Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Mencari Gejala Penyakit di Internet? Bisa Jadi Tanda Cyberchondria

Ya harus diakui, internet memang membantu orang untuk terhubung dan mempelajari berbagai hal di mana saja dan kapan saja mereka mau.

Namun, di sisi lain, ada peningkatan masalah dengan penggunaan internet yang berlebihan. Banyak orang menjadi ketergantungan pada mesin pencari untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan mereka.

Sebuah studi baru menunjukkan, bagaimana orang menjadi "cyberchondria." Itu berasal dari kata "hypochondria," yang dikenal sebagai kecemasan kesehatan atau kekhawatiran obsesif tentang kesehatan meskipun hanya memiliki gejala kecil, demikian menurut peneliti Jill Newby, associate professor di University of New South Wales, dan Eoin McElroy, dosen psikologi di University of Leicester di Inggris.

Cyberchondria terjadi ketika seseorang memeroleh terlalu banyak informasi dari pencarian web tentang suatu kondisi, yang memicu kecemasan dan kepanikan.

Ini dimulai ketika kamu mencari tentang kondisi kecil yang kamu alami, seperti sering sakit kepala dan Google kemudian menampilkan cerita-cerita menakutkan yang membuat kamu berpikir bahwa kamu sakit parah.

“Algoritma pencarian web sangat misterius. Tetapi hasil pencarian teratas belum tentu merupakan penjelasan yang paling mungkin untuk gejalamu," kata Newby dan McElroy dalam sebuah artikel yang diposting di The Conversation.

"Hasil pencarian teratas sering kali hanya sebuah click bait – di mana mereka menampilkan kisah yang jarang, tetapi menarik dan mengerikan tentang penyakit tersebut (bukan hal-hal yang membosankan)."

Para peneliti mengatakan, kecemasan kesehatan dapat menyebabkan kontak yang tidak perlu dengan layanan kesehatan dan secara negatif memengaruhi fungsi seseorang sehari-hari.


Tim ini menganalisis efek terapi online pada 41 orang dengan kecemasan kesehatan yang parah dan kelompok kontrol yang terdiri dari 41 orang sehat.

Para peserta mengambil enam terapi perilaku kognitif online – cognitive behavioral therapy (CBT) selama lebih dari 12 minggu. Program ini bertujuan untuk membimbing orang dalam menemukan cara berpikir dan perilaku yang bermanfaat.

Para peneliti juga memberikan dukungan telepon dari seorang psikolog selama masa percobaan. Mereka kemudian menentukan bagaimana pencarian web yang berlebihan dapat memengaruhi gaya hidup peserta.

Hasil menunjukkan, bahwa CBT dapat membantu mengurangi cyberchondria. Peserta dengan kecemasan kesehatan melaporkan berkurangnya frekuensi pencarian online dan peningkatan kemampuan untuk mengontrol aktivitas pencarian mereka.

Kelompok ini juga menunjukkan kemajuan dalam mengatasi kecemasan kesehatan mereka setelah terapi online.

"Temuan ini menunjukkan, jika kamu merasa cemas tentang kesehatan, kamu dapat menggunakan strategi praktis kami untuk mengurangi pencarian kecemasan tentang kegelisahan dan pencarian online berlebihan tentang kesehatan," tambah Newby dan McElroy.

Tim mencatat, bahwa mereka belum menentukan bagaimana terapi online secara langsung membantu mengurangi cyberchondria.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/11/20/061500920/sering-mencari-gejala-penyakit-di-internet-bisa-jadi-tanda-cyberchondria

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke