Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengobatan Terkini Atasi Nyeri Lutut karena Pengapuran

JAKARTA, KOMPAS.com - Nyeri lutut akibat pengapuran sendi (osteoartritis) termasuk keluhan yang banyak diderita orang lanjut usia. Operasi bukanlah satu-satunya pengobatan nyeri lutut kronis. Salah satu tindakan medis yang bisa menjadi alternatif adalah PRP (Platelet Rich Plasma).

Osteoartritis mayoritas diderita orang berusia di atas 50 tahun. Gejalanya bisa mengurangi kualitas hidup seseorang karena mobiltas menjadi terganggu, otot dan sendi kaku, dan juga serangan rasa nyeri.

Menurut dr.Ibrahim Agung SpKFR, pengapuran bisa terjadi di semua sendi, seperti leher, pinggung, atau tulang punggung. Namun, keluhan pada lutut termasuk yang paling banyak karena manusia sering melakukan aktivitas yang membebankan lutut sehingga bantalan antar sendi makin menipis.

"Ini karena 50 persen berat tubuh kita dibebankan ke lutut. Hal itu membuat kerusakan pada sendi lutut makin cepat terjadi," kata Ibrahim dalam acara media edukasi "Penanganan Nyeri Lutut Tanpa Operasi" di klinik penanganan nyeri, Klinik Patella Jakarta (14/12).

Terdapat beberapa cara pengobatan pengapuran pada lutut tanpa operasi, misalnya saja fisioterapi, viscosuplementasi, atau injeksi steroid. Terapi yang terkini adalah PRP, yaitu teknik injeksi yang memiliki prinsip regenerasi.

Dijelaskan oleh Ibrahim, penggunaan teknik ini telah meluas dalam beberapa tahun terakhir dan penerapannya tak terbatas pada penanganan cidera, tapi juga pada kasus degenarasi tulang rawan dan sendi seperti osteartritis.

PRP dihasilkan dari dari darah pasien dengan mengambil darah sebanyak 8 – 10 cc, lalu diprosesuntuk diambil komponen plasma (platelet) yang nantinya akan disuntikkan ke sendi lutut.

“Proses injeksi ini aman karena darah yang diambil dari tubuh sendiri. PRP mengandung faktor pertumbuhan (growth factor) dan protein lain yang dapat merangsang terjadinya proses perbaikan (regenerasi) jaringan sehingga dapat membantu penyembuhan jaringan yang rusak secara alamiah," ungkap Ibrahim.

Ia menyarankan agar terapi ini dilakukan sejak awal, ketika pasien mulai merasakan nyeri lutut sehingga hasilnya lebih optimal.

Injeksi berulang

Injeksi PRP diberikan satu kali selama 3 bulan dan dilakukan evaluasi setelah 6 bulan dan 12 bulan injeksi.

“Terapi PRP ini bisa dilakukan secara berulang tergantung keluhan dan aktivitas pergerakan lutut pasien setelah injeksi. Jika aktif bergerak mungkin setelah satu tahun diinjeksi lagi. Tapi, kalau pasien tidak banyak aktivitas dengan lutut bisa diinjeksi lagi setelah tiga tahun,” ungkapnya.

Pasien yang dapat melakukan terapi PRP ini adalah orang yang memiliki kendala nyeri lutut yang menganggu aktivitas sehari – hari dan orang yang sudah melakukan berbagai terapi tetapi tidak membawa hasil.

Terapi ini tidak dapat dilakukan oleh pasien yang memiliki masalah medis pada pendarahan, sedang menjalani terapi dengan antikogulan, anemia, ibu hamil, dan alergi.

Efek samping yang sering terjadi setelah melakukan PRP adalah rasa tidak nyaman, panas dan kaku di area suntikan selama beberapa hari. Namun, hal itu merupakan reaksi normal tubuh dalam perbaikan jaringan.

Ibrahim menyarankan setelah melakukan PRP, pasien dapat menggunakan pelindung lutut bila perlu, mengompres dengan air dingin di area yang bengkak dan nyeri, dan melakukan latihan otot untuk membangun kekuatan otot di sekitar sendi.

"Olahraga paling aman untuk yang sudah terkena nyeri sendi adalah berenang dan sepeda karena olahraga tersebut tidak terlalu banyak memberikan beban di lutut," jelasnya.

(Renna Yavin)

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/12/16/070000320/pengobatan-terkini-atasi-nyeri-lutut-karena-pengapuran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke