Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Cara Menyimpan ASI Perah dengan Tepat?

KOMPAS.com - Sangat wajar ketika ibu yang baru masuk ke fase menyusui merasa bingung bagaimana cara menyimpan ASI perah. Berbeda dengan menyusui langsung (direct breastfeeding), ASI perah diperoleh dari proses memerah dengan pompa ASI.

Tak hanya ibu bekerja, terkadang ibu yang tidak bekerja pun ingin memerah ASI untuk menyimpan cadangan atau ketika produksi ASI miliknya melimpah. Satu hal yang pasti, menyimpan ASI perah harus di wadah yang memang khusus untuk menyimpan ASI.

Menyimpan ASI perah dengan tepat akan menjamin stok ASI tetap aman dan terjaga kualitasnya. Jangan sampai ASI jadi terbuang sia-sia atau rusak hanya karena tidak tahu cara menyimpan ASI perah yang benar.

Cara menyimpan ASI perah

Hal pertama yang perlu dipersiapkan sebelum mengetahui cara menyimpan ASI perah adalah mempersiapkan peralatannya, di antaranya:

  • Pompa ASI (elektrik atau manual)
  • Botol kaca
  • Plastik khusus ASI
  • Kulkas untuk menyimpan ASI

Bagi ibu menyusui yang bekerja, kebutuhan di atas perlu dilengkapi dengan cooler bag, ice gel, dan peralatan lain seperti nursing cover dan pengisi daya pompa. Siapkan pula sabun cuci khusus untuk membilas botol pompa atau botol kaca usai digunakan.

Baik menyimpan ASI perah di botol kaca maupun plastik khusus ASI sama-sama benar. Itu hanya pilihan mana yang dirasa lebih praktis. Menggunakan botol kaca artinya perlu mencuci namun botol kaca tersebut bisa dipakai kembali.

Namun ketika menyimpan ASI perah dengan plastik khusus, artinya itu hanya bisa dipakai satu kali. Ingat, tidak ada plastik ASI yang bisa dipakai berulang. Plastik ASI pun harus benar-benar rapat dan tidak rawan bocor.

Biasanya, plastik penyimpan ASI perah dilengkapi dengan klip segel dua lapis serta bagian di depan untuk menuliskan tanggal dan nama.

Simpan sesuai tanggal

Setelah tuntas memerah ASI, maka menyimpannya pun bukan sekadar urusan menuangkan ASI dari botol pompa ke plastik atau botol kaca saja. Anda perlu menulis tanggal, jam, dan nama sebelum menyimpannya di kulkas khusus ASI.

Fungsinya adalah agar tahu berapa lama usia ASI perah tersebut. Ketika akan mengeluarkannya untuk diberikan kepada buah hati, upayakan memberikan yang paling lebih dulu diperah untuk menghindari ASI perah kedaluwarsa tanpa diketahui.

Untuk urusan menyimpannya, ada dua pilihan yaitu di kulkas bawah (chiller) dan freezer. Menyimpan di kulkas bawah hanya dilakukan apabila ASI perah akan diberikan dalam waktu dekat atau kurang dari 5 hari.

Namun jika Anda menyimpan ASI perah untuk jangka panjang, segera simpan di freezer khusus ASI. Jika tidak memiliki kulkas khusus ASI dan terpaksa menyimpan bersama dengan frozen food lainnya, pastikan posisinya benar-benar terlindungi.

Anda bisa menggunakan container plastik untuk menjaganya dari kontaminasi dan sebaiknya hindari meletakkan di bagian pintu. Ingat, bagian pintu kulkas adalah yang paling sering dibuka tutup dan rentan mengalami perubahan suhu.

Daya tahan ASI perah

Hal yang tak kalah penting adalah mengetahui berapa lama daya tahan ASI perah di kulkas. Berbeda letak penyimpanan, berbeda pula daya tahannya.

Panduannya adalah sebagai berikut:

  • Suhu ruangan: tahan hingga 4-6 jam bergantung pada suhu ruangan
  • Cooler bag: tahan hingga 24 jam (selama ice gel tidak mencair)
  • Kulkas bagian bawah (chiller): 5 hari, disimpan di bagian belakang yang paling dingin
  • Freezer: 6-12 bulan

Namun jangan lupa bahwa semakin lama Anda menyimpan ASI perah – entah itu di kulkas bawah atau freezer – semakin besar kemungkinan kandungan nutrisinya berkurang. ASI yang masih segar tetap mengandung nutrisi dan vitamin yang paling komplit.

Bagaimana cara memberikan ASI perah pada bayi?

Setelah memahami cara menyimpan ASI perah, selanjutnya yang tak kalah krusial adalah mengetahui cara memberikan ASI perah pada bayi.

Jangan sampai setelah rangkaian proses penyimpanan yang sudah sesuai prosedur, ASI perah jadi rusak hanya karena salah proses pencairan.

Aturan utama memberikan ASI perah pada bayi adalah dengan menghindari perubahan suhu drastis. Contohnya, tidak langsung menghangatkan ASI perah dari kondisi beku. Tujuannya agar kandungan antibodi dalam ASI perah tidak rusak.

Sebaiknya, turunkan dulu ASI beku dari freezer ke kulkas bagian bawah sehari sebelumnya. Dengan demikian, ketika akan diberikan pada bayi, ASI perah tersebut telah mencair dan siap untuk dihangatkan. ASI perlu dicairkan dengan suhu yang bertahap.

Cara menghangatkannya pun tidak bisa sembarangan. Metode terbaik adalah dengan membiarkan ASI perah mencair di suhu ruangan. Namun jika harus segera diberikan pada bayi, hangatkan ASI di mangkuk berisi air hangat terlebih dahulu.

Setelah suhunya hangat, pindahkan ke botol susu anak untuk dikonsumsi. Penting diingat, ASI perah yang sudah dihangatkan tidak boleh dimasukkan kembali ke kulkas. Jika tidak habis dikonsumsi dalam waktu 24 jam, ASI perah harus dibuang.

Media pemberian ASI perah

Bagi ibu bekerja atau ketika ibu tidak sedang bersama anaknya untuk menyusui langsung, metode pemberian ASI perah bisa menggunakan cup feeder atau botol susu. Carilah bahan yang tidak mengandung Bisphenol A (BPA).

Menurut Food and Drug Administration AS, BPA berpotensi memberikan dampak buruk pada otak, perilaku, hingga kelenjar prostat janin, bayi, dan anak-anak.

Itulah mengapa sangat direkomendasikan untuk memilih produk-produk untuk konsumsi anak yang bebas BPA.

Selain itu, jika ada botol atau gelas plastik yang rusak atau retak, segera ganti dengan yang baru. Kerusakan itu dapat menjadi tempat berkembang biaknya kuman atau jika ada kandungan BPA, ada potensi larut ke makanan.

Para Ibu, tak perlu khawatir. Kini, merealisasikan cara menyimpan ASI perah yang ideal jadi semakin mudah berkat kemudahan teknologi dan fasilitas yang serba canggih. Jika sang ibu telah dimudahkan, ‘tugas’ memberikan yang terbaik bagi sang buah hati pun jadi lebih leluasa.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/12/19/121239420/bagaimana-cara-menyimpan-asi-perah-dengan-tepat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke