Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Halusinasi dan Delusi, Gejala Gangguan Mental Psikosis

KOMPAS.com - Ketika kamu menyadari seseorang sering mengalami halusinasi, bisa jadi ia menderita psikosis.

Psikosis merupakan ganggun mental serius yang ditandai oleh gangguan hubungan dengan kenyataan.

Seperti dilansir dari situs Healthline, orang yang mengalami psikosis kemungkinan mengalami halusinasi atau delusi.

Meski banyak yang mengira kedua istilah itu punya arti sama, halusinasi dan delusi sebetulnya berbeda.

Delusi adalah kepercayaan atau kesan keliru yang dipegang teguh, meskipun itu bertentangan dengan kenyataan dan apa yang secara umum dianggap benar.

Ada delusi paranoia, delusi muluk, dan delusi somatik. Orang-orang yang mengalami delusi paranoia mungkin berpikir bahwa mereka sedang diikuti padahal tidak atau merasa ada pesan rahasia yang sedang dikirim kepada mereka.

Sementara seseorang dengan delusi yang muluk-muluk akan merasa penting secara berlebihan. Sedangkan delusi somatik adalah ketika seseorang percaya bahwa mereka memiliki penyakit yang mematikan tetapi pada kenyataannya sehat.

Di sisi lain, halusinasi adalah persepsi indrawi dengan tidak adanya rangsangan eksternal. Itu berarti berkaitan dengan bagaimana seseorang melihat, mendengar, merasakan, atau mencium sesuatu yang ada.

Seseorang yang berhalusinasi mungkin melihat hal-hal yang mungkin ada atau mendengar orang berbicara ketika sendirian.

Misalnya, seseorang yang mengalami halusinasi pendengaran mungkin mendengar ibu mereka berteriak kepada mereka ketika ibu mereka sebenarnya tidak ada.

Atau seseorang yang mengalami halusinasi visual mungkin melihat sesuatu, seperti seseorang di depan mereka, yang sebenarnya tidak ada di sana.


Ada beberapa tipe psikosis, di antaranya:

- Gangguan psikosis singkat

Tipe ini kadang juga disebut psikosis reaktif singkat, dapat terjadi selama periode stres pribadi yang ekstrem seperti kematian anggota keluarga atau saat menghadapi musibah seperti kebanjiran.

Seseorang yang mengalami psikosis reaktif singkat umumnya akan pulih dalam beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung pada sumber stresnya.

- Psikosis terkait narkoba atau alkohol

Psikosis tipe ini dapat dipicu oleh penggunaan alkohol atau obat-obatan, termasuk stimulan seperti metamfetamin dan kokain.

Obat halusinogenik seperti LSD sering menyebabkan pengguna melihat hal-hal yang tidak benar-benar ada, tetapi efek ini bersifat sementara.

Beberapa obat resep seperti steroid dan stimulan juga dapat menyebabkan gejala psikosis.

Orang yang memiliki kecanduan alkohol atau obat-obatan tertentu dapat mengalami gejala psikosis jika mereka tiba-tiba berhenti minum atau minum obat itu.

- Psikosis organik

Cidera kepala atau penyakit atau infeksi yang memengaruhi otak dapat menyebabkan gejala psikosis.


Penyebab psikosis

Setiap kasus psikosis berbeda dan penyebab pastinya selalu jelas. Ada beberapa penyakit tertentu yang menyebabkan psikosis, namun ada juga pemicu seperti penggunaan narkoba, kurang tidur, dan faktor lingkungan lainnya.

Selain itu, situasi-situasi tertentu juga dapat mengarah pada tipe-tipe tertentu dari psikosis yang kemudian berkembang.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan psikosis meliputi penyakit otak seperti penyakit Parkinson dan beberapa gangguan kromosom tumor atau kista otak, beberapa jenis demensia seperti alzheimer, HIV, sifilis, beberapa tipe epilepsi, stroke, dan infeksi lain yang menyerang otak.

Penelitian juga telah menunjukkan bahwa genetika dapat berperan dalam perkembangan penyakit psikosis.

Orang lebih cenderung mengembangkan gangguan psikotik, jika mereka memiliki anggota keluarga dekat, seperti orangtua atau saudara kandung, yang memiliki gangguan psikotik.

Anak-anak yang lahir dengan mutasi genetik yang dikenal sebagai sindrom penghapusan 22q11.2 berisiko mengembangkan kelainan psikotik, terutama skizofrenia.

Gejala psikosis

Gejala psikosis meliputi:

- Kesulitan berkonsentrasi.

- Suasana hati tertekan.

- Tidur terlalu banyak atau tidak cukup.

- Merasakan kegelisahan dan kecurigaan.

- Penarikan diri dari keluarga dan teman.

- Untuk delusi halusinasi mengalami ucapan tidak teratur, seperti mengalihkan topik secara tidak menentu, dan

- Depresi pikiran atau tindakan bunuh diri.

Banyak gejala psikosis yang dialami oleh orang dewasa bukanlah gejala psikosis pada orang muda.

Misalnya, anak kecil sering memiliki teman khayalan dengan siapa mereka berbicara. Ini hanya merupakan permainan imajinatif, yang sepenuhnya normal untuk anak-anak.

Tetapi jika seseorang khawatir tentang psikosis pada anak atau remaja, cobalah menjelaskan perilakunya kepada dokter.

Jika merasakan gejala-gejala di atas, jangan ragu memeriksakan diri ke dokter. Atau jika orang sekitarmu yang mengalaminya, konsultasikanlah dengan dokter.

Perawatan penderita psikosis mungkin melibatkan kombinasi pengobatan dan terapi. Kebanyakan orang akan mengalami perbaikan gejala dengan beberapa perawatan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/02/201655020/mengenal-halusinasi-dan-delusi-gejala-gangguan-mental-psikosis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke