Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Sodomi bagi Kesehatan, dari Infeksi hingga Kanker

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika membahas mengenai kasus pemerkosaan, topik mengenai dampak dari sisi medis menjadi perbincangan yang perlu disoroti.

Salah satunya jika pemerkosaan dilakukan melalui lubang anus atau yang dikenal dengan sodomi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sodomi merupakan senggama antarmanusia yang terjadi secara anal, biasanya terjadi antarpria.

Pemerkosaan selain berdampak pada psikis korban, juga berdampak pada fisik.

Area yang paling terdampak dari senggama secara anal adalah anus dan rektum.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SsPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menjelaskan, anus atau dubur memang tidak dipersiapkan untuk menerima masuknya benda asing dari luar, termasuk penis.

Sehingga, masuknya benda asing secara paksa melalui dubur dan tanpa pelumas akan menyebabkan dinding anus dan bagian poros usus (rektum) rentan mengalami luka.

Ketika luka sudah timbul, maka area tersebut rentan mengalami infeksi.

"Ini (dubur) bukan tempat untuk senggama, tapi untuk BAB (buang air besar) keluar. Feses sebelum dikeluarkan setiap pagi memang ditampung di situ."

"Ini sumbernya infeksi, kuman, jamur, bakteri, ada di sana."

Hal itu diungkapkan Ari dalam sebuah seminar bertajuk Waspadai Kekerasan Seksual di Gedung Imeri FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2020).


Berbagai penyakit infeksi karena hubungan seksual (Sexually Transmitted Disease/STD) mudah ditularkan melalui hubungan anal seks ini.

Ari menyebut beberapa penyakit STD antara lain HIV, Herpes simplex, hepatitis B, hepatitis C, dan Human Papiloma Virus.

Selain itu, infeksi bakteri yang bisa terjadi antara lain gonorea, khlamidia, syphilis, dan shigelosis.

Pasien dengan infeksi bakteri bisa saja mengalami diare berdarah dan berlendir, mengalami luka-luka terinfeksi, bahkan timbul bisul dan radang di seputar dubur dan rektum.

Akibat paling berbahaya dari seks anal adalah terjadinya kanker anus.

"Kanker anus adalah paling ujungnya (paling parah). Yang selalu harus kita duga penyebabnya adalah seks anal," kata Ari.

Tak hanya bagi penerima, pelaku juga bukan berarti terhindar dari penyakit.

Jika si penerima menderita penyakit, misalnya hepatitis B atau C, maka pelaku juga bisa tertular.

"Jadi ada dampaknya. (Pelaku) tidak juga aman jika penerimanya menderita hepatitis B, C atau HIV. Bisa ketularan," ucapnya.

Penggunaan pelumas memang membuat dubur menjadi lebih lunak untuk penetrasi, namun bukan berarti risiko kesehatan berkurang.

Begitu pula jika pelaku menggunakan kondom.

"Kalau pelaku pakai kondom relatif risiko lebih kecil, tapi tetap ada risiko karena anus tidak siap untuk menerima benda asing selain kotoran keluar," jelas Ari.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/10/201332520/dampak-sodomi-bagi-kesehatan-dari-infeksi-hingga-kanker

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke