Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pria yang Rutin Olahraga Punya Sperma Lebih Sehat

KOMPAS.com - Aktivitas fisik memiliki segudang manfaat bagi kesehatan, termasuk salah satunya kesehatan sperma pada pria.

Kelebihan berat badan dan jarang bergerak diketahui dapat menurunkan gairah seks dan meningkatkan risiko ketidaksuburan.

Namun, sebuah studi menemukan, pria muda yang rutin berolahraga juga cenderung memiliki kualitas sperma yang lebih sehat.

Studi tersebut dicatat dalam sebuah jurnal bertajuk Human Reproduction (Reproduksi Manusia) edisi Desember 2019.

Para peneliti menganalisa ribuan sampel sperma dari ratusan pria yang masuk kualifikasi donatur sperma. Analisa dilakukan berdasarkan rekam medis dan kualitas sperma.

Ada tiga tingkat kesehatan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan, yakni konsentrasi sperma atau jumlah sperma yang dilepaskan melalui proses ejakulasi.

Selain itu, morfologi sperma atau ukuran dan bentuk sperma ideal dengan kepala oval dan ekor panjang, serta motilitas atau kemampuan sperma berpindah melalui saluran reproduksi wanita untuk mencapai sel terus.

Studi menemukan, pria yang melakukan olahraga rutin dan mencatat waktu paling banyak melakukan latihan intensif memiliki motilitas sperma yang lebih baik daripada pria yang sedikit berolahraga.

"Olahraga teratur dapat meningkatkan parameter kualitas semen di antara pria sehat dan tidak subur," kata salah satu penulis studi Dr. Yi-Xin Wang dari Tongji Medical College of Huazhong University of Science and Technology di Wuhan, Cina, dan the Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston.


Namun, ia menambahkan, sulit untuk menentukan berapa banyak olahraga yang diperlukan, seberapa sering olahraga itu harus dilakukan dan apa tipe olahraga yang dianjurkan untuk mengoptimalkan kesuburan pria.

Sebanyak 746 peserta studi secara sukarela menjadi donor sperma potensial di Bank Sperma Manusia Provinsi Hubei di Cina.

Mereka memiliki usia rata-rata 28 tahun, memiliki berat badan yang sehat, memiliki tingkat pendidikan rata-rata sekolah menengah, tidak memiliki penyakit menular seksual, dan tidak memiliki riwayat paparan radiasi.

Para peneliti bertanya kepada peserta seberapa sering mereka berolahraga, seberapa intens, serta kegiatan apa yang mereka lakukan.

Kemudian, tim studi menilai tingkat dan intensitas latihan partisipan berdasarkan ukuran yang dikenal sebagai metabolik setara tugas (metabolic equivalent of task/MET) menit per minggu.

Aktivitas ringan seperti jalan kaki atau pekerjaan rumah tangga memberikan poin lebih rendah untuk total MET per minggu daripada olahraga intensif seperti berlari atau bersepeda.

Secara keseluruhan, setengah dari pria dalam penelitian ini mendapat setidaknya 2.245,5 MET menit dalam seminggu.

Pria yang paling tidak aktif hanya mendapat sekitar 526,5 MET menit, sedangkan pria yang paling aktif mendapat sekitar 7.082,3 MET menit.

Jika tingkat MET yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan motilitas sperma, konsentrasi dan morfologi sperma pria tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan seberapa banyak olahraga yang mereka lakukan.

Jumlah waktu yang dihabiskan pria untuk aktivitas tidak bergerak, seperti bekerja di depan komputer atau menonton televisi juga tampak tidak memengaruhi parameter kualitas sperma.

Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah hanya mengukur tingkat aktivitas pada satu titik waktu.


Keterbatasan lainnya adalah para peneliti hanya berfokus pada pria sehat yang memenuhi syarat untuk menyumbangkan sperma.

Padahal, Muhammad Imran Omar, seorang peneliti di University of Aberdeen di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa olahraga berlebihan dikaitkan dengan ketidaksuburan.

"Karena itu, penting dicatat bahwa olahraga sebaiknya dilakukan dalam jumlah moderat," kata Omar.

Sementara itu, Dr. Joan Khoo dari Rumah Sakit Umum Changi di Singapura menuturkan, meskipun penelitian tersebut tidak menemukan keterkaitan kurang gerak dengan kualitas sperma yang lebih rendah, duduk terlalu banyak berdampak dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, obesitas dan penyakit jantung.

Kondisi tersebut kemudian menurunkan kemungkinan pasangan untuk hamil.

Menurutnya, orang-orang yang ingin hamil harus tetap mencoba menambah aktivitas fisik.

“Jika pekerjaanmu kebanyakan tidak bergerak, gunakan setiap kesempatan untuk keluar dari kursi atau kendaraan, berdiri, berjalan atau naiki tangga kapan pun Anda bisa."

"Parkirkan mobil agak jauh atau turun satu halte sebelum halte yang seharusnya, dan berolahraga sebanyak mungkin saat tidak berada di tempat kerja," kata Khoo menyarankan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/13/174608020/pria-yang-rutin-olahraga-punya-sperma-lebih-sehat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke