Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Cara Menjadi Orangtua dengan Penuh Kesadaran

Pola asuh penuh kesadaran membuat orangtua hadir seutuhnya untuk anak, bukan hanya secara fisik tapi juga perhatian, sehingga orangtua dan anak bisa saling terhubung dalam cara yang lebih bermakna. Diharapkan pola relasi yang seperti ini dapat menghilangkan tekanan pada kedua pihak.

"Mengingat kehidupan kita yang sangat sibuk dan betapa sibuknya juga kehidupan anak-anak kita, kita seperti hidup di treadmill,” kata Kristen Race, seorang psikolog anak dan penulis bu Mindful Parenting.

“Orangtua melewatkan semua momen yang bermakna dengan anak-anaknya karena berusaha untuk bertahan hidup,” tambah Race.

Kondisi tersebut membuat semua momen berharga lewat begitu saja, sehingga tahu-tahu anak sudah besar dan mandiri, tetapi hubungan dengan orangtua terasa hampa.

Menjadi orangtua dengan penuh kesadaran bisa menjadi cara untuk mencegah hal itu, dengan memusatkan perhatian seutuhnya pada si kecil.

1. Buatlah pagi menjadi awal yang baik
Setiap orangtua tahu bahwa segala kekacauan pagi dimulai dari saat kaki menyentuh lantai setelah bangun dari tidur. Orangtua harus membangunkan anak-anak, menyiapkan sarapan, sambil menyuruh si kecil menyikat gigi, membantunya memakai seragam, dan menjawab pesan-pesan di aplikasi percakapan.

Sayangnya mindfulness tidak akan membuat semua kerepotan di pagi hari lenyap. Tetapi, kita bisa mengurangi rasa stresnya.

Race merekomendasikan latihan sederhana, saat mengantar anak ke sekolah atau berkendara terutama untuk anak kecil, untuk selama satu menit penuh berdiam diri bersama dan mendengarkan semua suara yang ada di sekitar.

Setelah itu, bagikan apa yang Anda dengar. Latihan ini juga bisa dilakukan bahka di lingkungan yang bising, yang hanya terdengar suara sirine dan klakson.

“Anda bisa bertanya, 'Apa suara terjauh yang bisa kamu dengar? Apa yang dekat? Terkadang kita tidak memperhatikan hal-hal itu,” kata Race.

Atau, Anda bisa meminta si kecil menunjukkan sesuatu yang belum pernah mereka perhatikan sebelumnya.

Tujuan dari latihan ini adalah untuk memberikan waktu hadir utuh bersama. Ditambah lagi, ini akan membangkitkan rasa ingin tahu si kecil, sehingga pada saat masuk kelas mereka sudah siap untuk belajar.

2. Memberi pelukan
Latihan sederhana dan indah ini dipopulerkan oleh biksu Zen Thich Nhat Hanh. Buatlah satu moment orangtua dan anak berkumpul bersama saling berpelukan selama tiga tarikan napas.

Meski Anda bisa melakukannya kapan saja, Race mengatakan itu bisa sangat efektif ketika si kecil sedang terlihat lesu karena itu akan membantu Anda berdua untuk melewati masa-masa sulit bersama.

"Ketika kita melakukan ini, sistem saraf menjadi tenang dan itu mengajarkan anak-anak bahwa dengan mengatur napas dapat merespons situasi sulit. Ini tidak hanya mengajarkan anak-anak cara untuk menenangkan diri, tetapi juga mengajarkan Anda cara menenangkan diri sendiri,” katanya.

3. Taruh ponsel Anda
Anda tidak bisa menjadi orangtua yang berkesadaran jika Anda terpaku pada ponsel sepanjang waktu. Anda harus menetapkan batasan. Misalnya tidak memegang ponsel sama sekali sejak anak bangun sampai berangkat sekolah atau satu jam penuh saat makan malam.

4. Sebutkan tiga hal baik setiap hari
Pada malam hari, mungkin ketika keluarga Anda berkumpul bersama di meja makan atau menemani si kecil bersiap tidur, cobalah bergiliran menyebutkan tiga pengalaman terbaik dari hari ini.

Tak perlu sesuatu yang menakjubkan, hal sederhana seperti anjing mengibas-ngibaskan ekornya ketika melihat Anda, berbagi kue dengan teman, melontarkan beberapa lelucon konyol dengan teman di sekolah. Semakin kecil dan sederhana pengalaman tersebut maka semakin baik dalam beberapa hal.

“Ketika menjadikan hal ini sebagai sebuah kebiasaan, Anda akan menjadi lebih sadar akan pengalaman positif yang terjadi. Kita jadi melatih otak untuk memperhatikan pengalaman-pengalaman yang baik,” jelas Race.

5. Ingat: PBR.
PBR adalah kependekan dari “pause, breathe/bernapas, dan respons dengan perhatian”. Ini merupakan cara orangtua untuk mencoba tetap tenang dan sabar di tengah kemarahan atau ketidaknyamanan lainnya dari anak-anak.

“Ini memaksa Anda untuk mengambil satu atau dua napas dalam-dalam. Karena ketika stres, Anda hanya bernapas di bagian atas paru-paru. Setelah itu, Anda dapat memilih respons yang mengarah pada pilihan yang paling positif,” kata Race.

Namun, memberi respon dengan niat atau tujuan bukan berarti Anda membiarkan si kecil lolos ketika perilaku mereka tidak baik. Anda mungkin bisa tetap berwibawa atau keras, tetapi tujuannya adalah menjadi bijaksana dalam mendidik anak lebih disiplin dan menghormati orang lain.

(Renna Yavin)

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/02/11/122303520/5-cara-menjadi-orangtua-dengan-penuh-kesadaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke