Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Yang Terjadi pada Otak Ibu Saat Pertama Melihat Senyum Bayinya

KOMPAS.com—Rasa sakit pasca persalinan serta jadwal tidur yang berantakan, tentu akan dialami semua ibu baru. Namun, hal itu seakan tak menjadi masalah saat melihat senyum merekah di wajah mungil bayi.

Bagi banyak ibu, senyum itu akan membuat hati meleleh dan jiwa menjadi begitu hangat. Ini adalah penghiburan untuk membantu melewati tantangan berikutnya, apakah itu latihan tidur, flu pertama bayi, atau masa-masa rewel karena tumbuh gigi.

Setiap kali bayi itu tersenyum, seorang ibu akan ingat, "saya bisa melakukan ini".

Dayna M. Kurtz, LMSW, CPT seorang psikoterapis dan penulis Mother Matters: A Holistic Guide to Being a Happy, Healthy Mom, mengatakan ia melihat ini dalam praktik klinisnya.

"Seorang ibu menceritakan pengalamannya tentang senyum pertama bayinya. Pada delapan minggu pascapersalinan, kelelahan dan kewalahan, dia ingat bayinya tersenyum lebar padanya sebelum makan malam," kata Kurtz.

"Pada saat itu, dia diliputi oleh kegembiraan dan kelegaan yang luar biasa, dan merasakan, untuk pertama kalinya, hubungan yang nyata dengan putranya,” imbuhnya.

Jadi, ada apa dengan senyum bayi yang bisa sangat memengaruhi seorang ibu? Bisakah itu semua dikaitkan dengan hormon ibu-baru?

Mungkin itu berasal dari naluri bertahan hidup yang menghubungkan bayi dengan ibunya, atau bayi belajar isyarat sosial. Atau ada sesuatu yang lebih dalam otak kita?

Pada 2008, para ilmuwan di Houston, TX menerbitkan penelitian mereka tentang topik tersebut.

Studi mereka, "What's in a Smile? Maternal Brain Responses to Infant Facial Cues", mengambil data MRI dari 26 wanita ketika mereka mengamati foto bayi mereka yang sedang tersenyum, menangis, atau dengan ekspresi netral.

Foto yag ditunjukkan itu termasuk bayi ibu sendiri, berganti dengan bayi asing dari etnis yang sama yang memakai pakaian dan posisi foto yang sama.

Dalam setiap gambar, bayi menunjukkan emosi yang berbeda melalui salah satu dari tiga ekspresi wajah; bahagia, netral, atau sedih.

Peneliti memantau perubahan aktivitas otak ibu melalui transisi dalam gambar dari bayi sendiri ke bayi yang tidak mereka kenal, dari bahagia menjadi netral menjadi sedih dan sebaliknya.

"Ketika seorang ibu baru melihat wajah bayi mereka, jaringan otak yang luas tampaknya diaktifkan, di mana informasi afektif dan kognitif dapat diintegrasikan dan diarahkan ke output motorik atau perilaku," tulis penulis penelitian.

Melihat bayinya tersenyum atau menangis merangsang area otak yang akan menghasut ibu untuk bertindak, apakah itu untuk menghibur, merawat, atau membelai dan bermain dengan bayi.

Selain itu, penulis menemukan bahwa daerah otak yang berhubungan dengan ganjaran (reward) akan diaktifkan secara khusus sebagai respons terhadap wajah bayi yang bahagia, tetapi tidak saat bayi sedih.

Area otak yang menyala dalam penelitian mereka adalah area yang sama dengan yang melepaskan dopamin, senyawa kimiawi di otak yang menghasilkan hormon kebahagiaan.

Kegiatan lain yang menimbulkan lonjakan dopamin termasuk makan cokelat, berhubungan seks, atau menggunakan narkoba.

Dengan kata lain, senyum bayi mungkin sama kuatnya dengan pengalaman-pengalaman bahagia yang lainnya.

Tujuan khusus

Perasaan melekat yang mungkin dirasakan ibu saat melihat bayinya tersenyum bukan hanya bertujuan untuk kegembiraan, tapi perasaan itu rupanya mempunyai tujuan.

Sistem penghargaan ini (alias sistem neuroendokrin dopaminergik dan oksitosinergik) ada untuk memotivasi ibu menjalin hubungan positif dengan bayi, menurut Aurélie Athan, PhD, direktur Laboratorium Reproduksi & Maternal Psychology.

Jaringan ini juga mempromosikan kemampuan seorang ibu untuk berbagi keadaan emosinya dengan anaknya, yang merupakan akar empati.

"Seorang ibu menangis ketika bayi menangis, tersenyum ketika bayi tersenyum," kata Athan.

Sementara itu ada juga penjelasan fisiologis yang mendasari bahwa sensasi hangat yang timbul karena senyuman bayi, mungkin ada faktor lain yang juga berperan, kata Kurtz.

"Penangkapan perhatian semacam ini pada pihak bayi dapat memungkinkan dan menumbuhkan attunement ibu, yakni kemampuan seorang ibu untuk lebih terhubung dengan bayinya. Kualitas attunement pada masa kanak-kanak sering mengatur pola hubungan seseorang di masa depan," ucapnya.

Apa pun tujuan dari senyum bayi, entah respons fisiologis, aktivasi saraf, naluri sederhana, atau penguat hubungan emosional, yang pasti perasaan yang ditimbulkan oleh senyuman bayi adalah pelampung di samudera berombak bagi orangtua baru.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/02/23/172809720/yang-terjadi-pada-otak-ibu-saat-pertama-melihat-senyum-bayinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke