Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Olahraga Bikin Perempuan Ini Makin Gendut, Apa yang Terjadi?

Lalu tak hanya itu, banyak orang di jalan yang mencemooh perempuan asal Selandia Baru itu dengan sebutan pemalas dan gendut. 

Namun segala masalah itu tak menyurutkan niat mantan cheerleader tersebut untuk berlatih hingga empat kali seminggu di pusat kebugaran.

Dia juga menjalani diet ketat, untuk mencapai bentuk tubuh ideal.

Namun kenyataan langsung berubah ketika dia didiagnosis mengalami keadaan serius terkait masalah berat badannya. Peristiwa itu terjadi sekitar tiga tahun lalu.

Dari sanalah baru terungkap, mengapa tubuh Chyanne kian tambun meski sudah diet dan rutin berolahraga.

Perubahan bentuk Chyanne, kesehatan yang buruk, dan perubahan suasana hati adalah akibat dari sindrom cushing.

Disebutkan, perubahan bentuk tubuh Chyanne, dengan kondisi kesehatan yang buruk, serta masalah suasana hati yang labil adalah dampak dari sindrom tadi.

Cushing syndrome atau hiperkortisolisme adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar hormon kortisol di dalam tubuh.

Kortisol adalah salah satu jenis hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal terletak di atas masing-masing ginjal.

Gejala utama yang umumnya ditunjukkan oleh penyakit ini adalah kenaikan berat badan.

Meningkatnya kadar kortisol menyebabkan lemak menumpuk di beberapa bagian tubuh, terutama wajah, perut, dan dada.

"Saya dipandang sebagai gadis gendut yang doyan makan dan tidak berolahraga. Tetapi bukan itu masalahnya ternyata," kata perempuan berusia 23 tahun itu.

Sindrom cushing terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak kortisol, --hormon stres.

Gejalanya termasuk kulit tipis dan bercak yang mudah memar, kepadatan tulang yang buruk, peningkatan tekanan darah dan kenaikan berat badan - terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas.

Ada juga rasa sakit dan kelelahan, serta depresi, dan kecemasan.

"Cushing muncul akibat tumor di kelenjar pituitari, yang merupakan kelenjar kecil seukuran kacang di otak yang melepaskan hormon," kata Chyanne, yang pernah mencapai bobot 125 kilogram ini.

"Aku bagaikan permen lolipop yang berjalan, karena bagian tengah tubuhku sangat besar tetapi lengan dan kakiku tipis," sebut dia.

Chyanne pun inget, sejak masa sekolah di SMA, dia sudah menjadi yang paling gendut, meskipun rajin berolahraga.

"Saya melakukan banyak, main berperahu naga, softball, dan pemandu sorak. Tetapi saya semakin besar dan besar," kata dia.

"Saya adalah anak yang sangat gemuk dan selalu sakit," sebut dia. 

Dia tidak memiliki masalah dengan teman-temannya ketika mereka pergi untuk berlari, atau sekadar jalan sehat.

"Tapi, mereka semua kehilangan berat badan dan saya bertambah. Saya terlalu tidak nyaman untuk mengenakan pakaian imut dan pergi ke pesta-pesta seperti yang mereka lakukan."

"Akhirnya, saya lebih banyak memilih untuk tinggal di rumah," kata dia.

Pada usia 20 tahun, Chyanne menggunakan jasa pelatih pribadi dan berhasil menurunkan 10 kg berat badan.

Namun, penampakan badannya tak berubah, dan lantas beberapa saat kemudian kembali membengkak lagi. 

Akhirnya, dokter pun merujuk dia untuk menjalani serangkaian tes darah dan urine.

Dari sanalah terungkap jika masalah yang dialami Chyanne -terutama terkait berat badannya, datang dari sindrom cushing.

Lebih mengejutkan lagi adalah terungkapnya temuan bahwa olahraga membuat tubuhnya semakin membesar.

"Olahraga dan stres melepaskan kortisol, jadi itu sebenarnya membuatnya semakin buruk," kata Chyanne.

Dia lalu dirujuk ke dokter spesialis di Rumah Sakit Wellington, dan mengetahui bahwa dia mungkin memiliki kondisi tersebut sejak kecil.

"Saya sakit selamanya dan jika saya terluka butuh waktu lama untuk sembuh, ditambah lagi saya menderita asam lambung yang buruk," kenang dia.

"Saya pergi ke toilet hingga 10 kali sehari tanpa kendali," sebut dia.

Setiap kali dia berjalan atau berolahraga, Chyanne merasakan seperti ada jarum berdenyut di sekujur tubuhnya.

"Saya kehilangan banyak teman karena saya tidak memiliki kendali atas hormon, dan termasu kemarahan, sehingga saya kerap marah."

"Aku juga kehilangan rambut, alis, dan bulu mata, tetapi tumbuh rambut wajah, yang semuanya merupakan bagian dari gejala," kata dia.

Harapan

Tapi ada harapan bagi Chyanne, yang ditawari untuk menjalani operasi pada kelenjar pituitari yang bertanggung jawab melepas hormon kortisol.

Sam -pasangan perempuan ini, menjadi pendukung nomor satu. Lelaki itu ada di RS selama tiga operasi.

"Saya hanya ingin Chyanne bahagia dan kesehatannya baik. Saya tidak peduli soal penampilan karena hidup lebih dari itu," kata Sam.

"Saya mengatakan kepadanya untuk tetap positif. Ini adalah bagian yang harus kita lalui dan masa depan kita akan jauh lebih baik."

Setelah operasi yang tidak berhasil, Chyanne menjalani prosedur terakhir pada Oktober untuk mengangkat kelenjar adrenalnya.

Kelenjar itu berada di atas ginjal dan juga memengaruhi kortisol.

Itu berarti tubuhnya tidak lagi melepaskan hormon, dan dia harus minum lebih dari selusin pil setiap hari selama sisa hidupnya.

"Tanpa dukungan Sam, orangtua dan saudara-saudaraku, aku tidak akan memiliki keberanian untuk menjalani semua operasi," aku dia.

"Mereka menuntun saya setiap saat dengan dorongan untuk tidak menyerah," kata Chyanne.

Saat ini Chyanne sedang menunggu apakah kelainan yang dialaminya akan segera sembuh.

"Saya kenal seseorang yang menjalani operasi yang sama, dan dia bertahap kehilangan semua beratnya," kata Chyanne -yang juga telah mengalami penurunan berat badan 15 kilogram dalam beberapa bulan terakhir.

"Semua orang memperlakukanku sebagai orang gemuk dan butuh beberapa saat untuk menerima penyakit ini. Tapi sungguh, bukan salahku jika menjadi sebesar ini," kata dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/03/02/155628820/olahraga-bikin-perempuan-ini-makin-gendut-apa-yang-terjadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke