Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Teori Temperatur Tekan Penyebaran Covid-19 Diragukan

KOMPAS.com – Sejumlah analisis menyebutkan pandemi Covid-19 akan reda seiring dengan datangnya musim panas. Temperatur yang hangat dianggap bisa membuat penyebaran virus corona berkurang.

Kendati demikian, sejumlah pakar meragukan teori temperatur tersebut. Hipotesa Covid-19 akan reda di cuaca hangat berasal dari pengaruh cuaca pada virus influenza dan juga fenomena SARS beberapa waktu lalu.

Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekaligus akademisi dari National University of Singapore, Tikki Pangestu, mengatakan ragu jika cuaca hangat berpengaruh pada penyebaran Covid-19.

Hal ini dikarenakan terus bertambahnya angka korban yang terkena infeksi virus tersebut di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia saat ini.

"Teori temperatur benar-benar tidak bertahan mengingat apa yang terjadi sekarang di sebagian besar Asia Tenggara," kata Tikki seperti dikutip dari thestar.com.

Tikki melanjutkan teori temperatur sempat disambut optimisme tinggi negara-negara di Eropa. Namun, dengan apa yang terjadi di Asia Tenggara, teori tersebut semakin diragukan.

"Orang-orang di Eropa berharap cuaca hangat akan membunuh virus. Saya ragu ini akan menjadi kenyataan," katanya.

Kepadatan populasi

Dengan semakin melonjaknya korban yang terpapar Covid-19, Tikki menjelaskan ada kemungkinan virus tersebut bermutasi. Namun, hal tersebut belum teruji.

"Ada kemungkinan virus itu bisa menjadi sesuatu yang lebih jahat, menyebar lebih cepat, atau menyebabkan penyakit lebih parah. Tetapi sejauh ini kami belum melihat terjadinya hal itu," ucap dia.

Peneliti Bidang Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, menambahkan masih banyak hal yang belum diketahui tentang Covid-19.

Karena itu, sejumlah pakar kesehatan menyarankan agar negara-negara tidak menggantungkan harapan terhadap cuaca yang hangat untuk menghambat penyebaran virus.

“Terlalu sederhana untuk menyarankan iklim tropis dapat menghentikan virus corona, karena ada banyak faktor lain seperti kontak manusia dengan manusia yang terjadi dengan cepat. Faktor lingkungan, mungkin, tidak mempengaruhi virus sama sekali,” ujarnya.

Sinar matahari

Sebelumnya, John Nicholls, Profesor Patologi di Universitas Hong Kong, mengatakan ada tiga hal yang tidak disukai virus corona, yaitu sinar matahari, suhu dan kelembaban.

“Sinar matahari akan memotong kemampuan virus untuk tumbuh hingga setengahnya. Sinar matahari sangat bagus untuk membunuh virus,” kata Nicholls.

Pemerintah Malaysia melaporkan kasus Covid-19 sudah mencapai 553 kasus. Adapun kasus Covid-19 di Indonesia sudah menyentuh angka 369 dengan 32 jumlah kematian, dengan tingkat kematian 8,3 persen.

Berdasarkan data WHO, tingkat kematian ini lebih tinggi daripada tingkat kematian dunia sebesar 4,07 persen.

Penelitian terbaru yang dimuat dalam MIT Technology Review menyebutkan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi penyebaran Covid-19, misalnya saja kepadatan populasi, kualitas layanan kesehatan suatu negara, serta respon pemerintah.

Faktor-faktor tersebut dianggap lebih berpengaruh ketimbang cuaca.

“Kita memang berharap ada penurunan penyebaran Covid-19 saat cuaca mulai menghangat dan makin panas. Tetapi, tidak beralasan jika hanya mengharapkan hanya dari cuaca saja bisa memperlambat penyebaran,” kata Marc Lipsitch direktur Pusat Penyebaran Penyakit Menular di Harvard School of Public Health.

Hal tersebut berarti, pemerintah harus terus melanjutkan upayanya untuk mengurangi aktivitas berkumpulnya manusia, masing-masing individu harus melanjutkan jarak sosial, untuk membuat kurva wabah jadi landai.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/03/20/183316120/teori-temperatur-tekan-penyebaran-covid-19-diragukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke