Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tangkal Virus Corona, Amankah Pakai Masker Kain Buatan Sendiri?

Namun, di tengah penyebaran wabah dan berkurangnya alat pelindung diri (APD) bagi pekerja medis, pelurusan atas saran tersebut menjadi penting untuk disebar.

Anjuran penggunaan masker kain bagi warga pun dikumandangkan, agar masker N95 dan masker surgical dapat diprioritaskan bagi para pekerja medis.

Mengenakan masker atau tidak?

Sejak awal disebutkan bahwa orang sehat tidak perlu memakai masker untuk melindungi diri dari virus corona.

Bahkan, hal itu diserukan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto sejak pertama kali kasus Covid-19 ditemukan di Indonesia.

Kendati demikian, ketika kita belajar lebih banyak tentang virus, maka muncul pula saran yang menentang pedoman resmi tersebut.

Disebutkan, menutupi wajah dengan masker saat berada di tempat umum juga diperlukan.

Menyusul pandangan itu pula, produk masker menjadi kian sulit ditemukan. Atau, kalau pun ada harganya melonjak naik.

Di sisi lain, -seperti disebutkan di atas, serapan pasar yang besar membuat tenaga medis pun mengalami defisit APD.

Banyak orang malah menimbun masker medis. Padahal, masker jenis itu diperlukan oleh rumah sakit dan para pekerja tanggap darurat.

Nah, dengan kondisi semacam itu, apakah mungkin kita membuat masker sendiri?

"Tutupi wajah kamu dengan kain," kata Shan Soe-Lin, seorang dosen di Institut Urusan Global Yale Jackson yang pernyataannya dikutip Nytimes.com.

"Tutupi wajahmu dengan teliti dari mulut ke hidung untuk mencegah tetesan aerosol besar keluar atau masuk," kata dia.

Pekan lalu, Asosiasi Medis Jerman menyarankan warga membuat masker kain sederhana ketika keluar ke tempat umum.

Seruan itu pun masih terkait dengan ajakan untuk meninggalkan penggunaan masker medis, yang lebih diperlukan oleh para dokter dan relawan di garis depan.

Tak hanya itu, di Austria, pembeli di toko bahan makanan juga diharuskan memakai masker.

Di New York, Gubernur Andrew M. Cuomo telah menyarankan siapa pun yang berusia lebih dari 70 tahun untuk mengenakan masker.

Masker medis berkualitas tinggi, yang disebut masker respirator N95 amat diperlukan untuk pekerja rumah sakit dan responden darurat dengan beban kerja tinggi dan risiko terpapar virus corona yang besar.

Masker semacam itu, mampu menyaring partikel kecil di udara hingga 95 persen. Jelas, warga umum tak membutuhkan masker perlindungan sekelas itu.

Jadi, jika kamu bukan pekerja medis dan memiliki simpanan masker N95 atau masker bedah standar, pertimbangkanlah untuk menyumbangkannya ke rumah sakit.

Itu akan sangat membantu.

Tak perlu masker

Jika kamu tinggal di rumah dan tidak ada seorang pun di keluarga yang terinfeksi virus corona, maka kamu dan anggota keluargamu tidak perlu memakai masker sepanjang waktu.

Lantas, ketika kita harus keluar rumah untuk membeli kebutuhan, maka saran para ahli adalah mengenakan masker non medis, atau buatan sendiri. Mungkin ini akan menjadi ide yang baik.

Penelitian mengungkap, pencegahan penyebaran penyakit pernapasan, termasuk SARS -bentuk lain dari virus corona, menunjukkan, penggunaan masker sederhana dapat menurunkan risiko infeksi.

Efeknya menjadi semakin kuat saat penggunaan masker sederhana itu dikombinasikan dengan kebersihan tangan dan jarak sosial.

"Saya pikir sejumlah besar data akan menunjukkan bahwa virus corona adalah infeksi yang ditularkan melalui droplet, dan itu juga dapat ditularkan melalui kontak langsung."

Begitu kata Dr. Siddhartha Mukherjee, Asisten Profesor Fakultas kedokteran di Universitas Columbia.

"Masker bekerja dalam dua cara - tidak hanya untuk melindungi diri sendiri, tapi juga orang di sekitar kita," kata dia. 

Meskipun tidak ada cukup penelitian tentang efektivitas masker buatan sendiri dalam mencegah penyebaran infeksi, para ilmuwan yang mempelajari penyakit yang ditularkan melalui udara memberikan beberapa panduan.

Masker yang dijahit dengan pola yang menutup hidung dan mulut menggunakan bahan kaus, bisa cukup menawarkan perlindungan. Semakin tebal kainnya, semakin baik.

"Coba pikirkan untuk menggunakan kaus katun tebal atau kain tebal," kata Linsey Marr, ilmuwan Virginia Tech,  yang juga pakar dalam penularan virus di udara.

Di sisi lain, beberapa orang menyarankan menggunakan bandana, kainnya biasanya sangat tipis sehingga kemungkinan akan memberikan sedikit perlindungan.

Namun kondisi itu bisa disiasati dengan menggandakan atau melipat tiga kain bandana sebelum digunakan.

Senada dengan itu, Dr. Soe-Lin mengaku percaya manfaat tambahan dari masker adalah sebagai pengingat untuk tidak menyentuh wajah, yang menjadi cara utama penyebaran virus corona.

Selain itu, -apa pun jenis masker yang digunakan, jika kita kerap memperbaiki pemasangannya dengan menggunakan tangan, maka efektivitasnya akan terus berkurang.

Apa pun maskernya, kata Soe-Lin, selalu lepaskan lewat tali atau pengait di telinga. Jangan pernah menarik dari bagian yang menutupi wajah.

Soe-Lin mengaku sudah menggunakan masker kain selama tiga minggu, dengan mencuci dan mengeringkannya secara teratur.

Jika kita hanya memiliki satu masker, maka kita dapat mencuci di malam hari, untuk kembali memakainya keesokan hari.

"Tapi kalau masker itu basah atau lembap saat kita memakainya, maka perlindungannya kurang efektif," kata dia.

Pandangan tentang ini pun disampaikan Robert Hecht, Profesor di Yale School of Public Health.

"Dalam situasi darurat ini, kita tampaknya sulit untuk berdebat untuk tidak menutupi wajah. Kita berpotensi mengalami sejumlah infeksi, dan bisa ditangkal dengan menggunakan masker," sebut dia.

Oh iya, jika kita memutuskan untuk mulai mengenakan masker, maka pembiasaan diri yang harus juga diperhatikan.

Masker bisa membuat kita menjadi panas dan tidak nyaman, lalu muncul kabut di kacamata. Namun, menariknya ke atas dan ke bawah bakal mengalahkan tujuan pemakaiannya -apa pun jenis maskernya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/01/104311920/tangkal-virus-corona-amankah-pakai-masker-kain-buatan-sendiri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke