Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Katon Bagaskara Uji Kelayakan Masker Kain untuk Cegah Corona

Lapisan penutup hidung dan mulut tersebut berguna untuk menghambat kemungkinan seseorang terkena droplet -cairan yang keluar dari seseorang yang terinfeksi Covid-19.

Namun, menyusul kelangkaan masker pabrikan di pasaran, dan juga kondisi defisit alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja medis -termasuk masker, warga pun mencari alternatif penggunaan masker kain.

Sayangnya memang, tidak ada standar baku yang bisa memastikan bahwa sebuah masker kain bisa efektif dan layak dipakai untuk mencegah penularan virus corona.

Nah, tentang persoalan ini, musisi legendaris asal Yogyakarta, Katon Bagaskara tergerak untuk berbagi inspirasi dalam menguji kelayakan sebuah masker kain.

Beberapa hari lalu, lewat akun Instagram-nya @katonbagaskara, pentolan grup musik Kla Project ini mengunggah semacam video tutorial, tentang cara dia menguji masker kain.

"Sesuai dengan video yang saya terima dari China --dari Wuhan kayaknya, yang viral di mana-mana, cara mengetes masker kita aman atau tidak, tembus atau tidak," kata Katon.

Katon lalu membagikan sepotong klip yang menggambarkan seorang wanita memeragakan pemasangan masker di wajahnya, untuk kemudian meniup pematik api di tangannya.

"Oke kita tes ya, ini maskernya, saya pasang, ambil koreknya," kata Katon tak lama setelah klip itu berakhir.

Dia lalu menyalakan pematik dan meniup api di depan mulutnya dengan keras. Ternyata api di pematik tersebut tak padam meski sudah ditiup keras.

Katon melakukan eksperimen itu terhadap dua masker. Yang pertama ada masker kain berwarna biru, dan selanjutnya masker sejenis berwarna hijau pupus.

"Lolos," kata Katon singkat.

"Ayo, teman teman kita coba juga masker kita di rumah," sambung dia lagi.

Namun, seiring kian merebaknya penyebaran virus hingga menjadi pandemi global, setiap orang disarankan untuk menutup hidung dan mulutnya ketika berada di luar rumah.

Jika berkaca pada negara-negara di Eropa, sejumlah Pemerintah di sana telah menyerukan warganya untuk mengenakan masker saat berada di luar rumah.

Asosiasi Medis Jerman -misalnya, menyarankan warga membuat masker kain sederhana ketika keluar ke tempat umum.

Seruan itu pun masih terkait dengan ajakan untuk meninggalkan penggunaan masker medis, yang lebih diperlukan oleh para dokter dan relawan di garis depan.

Lalu di Austria, pembeli di toko bahan makanan juga diharuskan memakai masker.

Di New York, Gubernur Andrew M. Cuomo menyarankan siapa pun yang berusia lebih dari 70 tahun untuk mengenakan masker.

Di Indonesia seruan semacam itu memang belum terdengar.

Bahkan, Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto masih berpendapat, masker diperuntukkan hanya untuk mereka yang terinfeksi.

Pandangan Menkes ini pun sejalan dengan penyataan resmi organisasi kesehatan dunia (WHO).

WHO tetap merekomendasikan orang untuk tidak menggunakan masker, kecuali dalam kondisi sakit karena Covid-19 atau merawat pasien.

"Tidak ada bukti khusus yang menunjukkan pemakaian masker oleh populasi massal memiliki potensi manfaat."

Begitu kata Dr. Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Senin.

Kendati demikian, banyak pandangan di luar WHO yang meyakini penggunaan penutup wajah dapat menurunkan risiko terkena droplet saat berada dekat dengan orang lain.

Alhasil, warga berbondong-bondong membeli masker, bahkan masker medis berkualitas tinggi, dengan standar respirator N95.

Akibatnya jenis masker tersebut menjadi langka di pasaran, atau harganya melambung tinggi.

Padahal, pekerja rumah sakit dan responden darurat pandemi corona dengan beban kerja tinggi dan risiko terpapar virus corona yang besar, amat membutuhkan masker semacam ini.

Masker tersebut mampu menyaring partikel kecil di udara hingga 95 persen. Jelas, warga umum tak membutuhkan masker perlindungan sekelas itu.

Lalu, kampanye yang sekarang terdengar adalah tidak menggunakan masker medis, melainkan memakai masker kain buatan sendiri.

Dengan gerakan ini diharapkan, defisit APD -dalam hal ini masker, bagi kalangan pekerja kesehatan dapat sedikit diatasi.

Di sisi lain, warga dapat memakai masker yang lebih hemat, karena bisa dicuci dan dipakai berulang kali.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/02/123116420/cara-katon-bagaskara-uji-kelayakan-masker-kain-untuk-cegah-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke