Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nasib Tren Sneakers Tanah Air di Tengah Pandemi Corona

Dalam skala global -misalnya, selama dua minggu terakhir terjadi penundaan peluncuran sejumlah sneakers.

Bahkan, Sneaker Con, salah satu event sneakers terbesar di dunia yang rencananya digelar pertengahan Maret ini, juga terpaksa ditunda.

Lalu, beberapa toko pakaian olahraga yang menjual sepatu juga menutup gerainya di negara-negara terdampak virus corona, mulai dari Nike, Adidas, Under Armour, dan lainnya.

Begitu pula di Tanah Air, event sneakers pun ditunda untuk sementara waktu.

"Kami ada dua event offline yang harus di-cancel. Tapi kan enggak ada yang mau begini, kita semua kena efeknya."

Begitu kata Co-founder Urban Sneaker Society Jeffry Jouw dalam sesi live talks TAYTB Live Stream Fest, Sabtu (4/4/2020).

Meski begitu, sejumlah agenda dan bisnis sneakers sebetulnya tetap berjalan seperti sebelumnya.

Beberapa label bahkan tetap melangsungkan rilis koleksinya Maret lalu.

Adidas, misalnya, tetap merilis Yeezy Boost 380, dan sneaker kolaborasinya bersama Pharell Williams.

Nike Air Jordan juga tetap merilis Air Jordan IV retro sneaker dan Air Max Day --perayaan Nike Air Max pertama, tetap dilangsungkan pada 26 Maret. Juga, sejumlah rilis sneakers tetap dilaksanakan.

Pelaksanaan raffle sneakers yang biasanya banyak dilaksanakan offline, kini juga tetap berlangsung meski lebih banyak melalui online.

Menurut Jejouw, sapaan akrab Jeffry, bisnis sneakers masih terus berjalan.

Dia bahkan mengaku baru mendapatkan raffle untuk dua sneakers, yakni Nike Stussy Spiridon dan Air Jordan 1 Royal Court Purple 2.0.

Sneakers, menurut dia tidak lagi hanya menjadi incaran kolektor, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup para penggemarnya.

Sehingga, para pemburu sneakers tetap rela mengantre untuk mendapatkan sneakers incarannya, meskipun formatnya berubah menjadi online.

"Beda antre dan enggak (antre) kan sebetulnya exposure. Toko juga berharap saat antre orang-orang juga lihat sepatu yang lain dan membeli," ungkap dia.

Karena sudah menjadi bagian dari gaya hidup, kegemaran orang-orang akan sneakers menurut dia tidak akan berubah.

Beberapa hal yang mungkin berubah adalah bagaimana pola hidup masyarakat bergeser menjadi lebih bersih.

Lalu, akan semakin banyak orang yang lebih menyadari perlunya sadar akan perubahan iklim.

Jejouw menambahkan, ke depan tren custom juga akan semakin diminati. Termasuk untuk tren mode secara luas.

"Barang custom bakal tren banget. Baju yang misalnya sudah bosan bisa dibuat tie dye. Gue juga ada jeans sudah enggak terpakai dibuat jadi tote bag," kata dia.

Minat masyarakat yang semakin tinggi terhadap barang custom, menurut dia juga didorong oleh keinginan untuk tampil berbeda.

Terutama, pada kelompok generasi Z atau kelompok usia yang lahir antara 1995-2010.

"Seperti yang suka thrifting (barang seken), itu gen Z banget. Karena barangnya enggak mungkin samaan, bakal beda, dan mereka sadar di balik itu ada value-nya," tambah Jejouw.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/04/185030620/nasib-tren-sneakers-tanah-air-di-tengah-pandemi-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke