Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berubahnya Bisnis Kuliner di Masa Pandemi Covid-19

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh wilayah di dunia berdampak pada berbagai sektor, tak terkecuali sektor kuliner.

Banyak pebisnis kuliner dan pemilik restoran di dunia terpaksa menutup usahanya untuk sementara waktu, dan tak sedikit yang mengalami kebangkrutan.

Hal ini dijelaskan oleh Chef Gun Gun Handayana dan Chef Ragil Imam Wibowo pada program Chef Talks "Berbisnis Kuliner di Masa Penuh Tantangan" yang ditayangkan live di akun Instagram @unileverfoodsolutionsID.

Chef Gun Gun mengatakan, wabah virus corona telah mengakibatkan penurunan pendapatan bagi mereka yang berkecimpung di industri kuliner.

"Data menunjukkan, pendapatan restoran di seluruh dunia turun hingga 70 persen. Bahkan di beberapa tempat, angka penurunan mencapai 80 persen," kata Chef Gun Gun.

Alih-alih pergi ke restoran, saat ini orang-orang lebih memilih berbelanja bahan makanan serta bahan-bahan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut Chef Ragil Imam Wibowo, pendiri rumah makan NUSA Indonesian Gastronomy, data dari pertengahan Maret hingga awal April 2020 memperlihatkan, snack atau makanan ringan adalah barang yang paling banyak dibeli.

"Kebetulan saya pernah ke pasar swalayan, di mana banyak orang membeli makanan ringan dan makanan instan. Mereka melakukan stock up karena takut PSBB membuat mereka tidak bisa pergi berbelanja," ujar dia.

Dampak pandemi terhadap bisnis Chef Ragil

Chef Ragil mengatakan, pandemi virus corona telah memberi dampak sangat besar bagi usahanya.

"Karena pandemi, saya harus melakukan hal yang ekstrem, beberapa usaha saya tutup sementara dan ada yang saya tutup selamanya."

"Hampir semua sektor terdampak dan ini bukan hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia."

"Beberapa teman saya yang punya restoran di luar negeri, termasuk di Eropa juga harus menutup usahanya sementara," ucap Chef Ragil.

Dari sembilan restoran milik Chef Ragil yang berada di area Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Depok, hanya dua unit yang buka per hari ini, dan satu unit yang dikhususkan untuk delivery.

"Empat kita tutup sementara, dan dua unit kita tutup selamanya. Kita mulai berpikir bagaimana caranya mengubah konsep, mengembangkan unit bisnis baru," tuturnya.

"Beberapa hal di dunia kuliner memang akan berubah. Dan perkiraan saya, situasi akan kembali normal paling cepat sekitar enam bulan."

"Namun dalam usaha, kita harus berpikir bahwa situasi ini bisa berlangsung sampai satu setengah tahun ke depan."

Selain menutup sejumlah usahanya, Chef Ragil juga melakukan penyesuaian terhadap karyawan yang bekerja di tempat usahanya.

"Semua orang di bagian administrasi sudah dirumahkan dan sesuai keperluan saja, kemudian yang baru bekerja 1-2 tahun terpaksa kita kenakan layoff, dan beberapa minta izin untuk membuka usaha sendiri," katanya.

"Saat ini, tim inti kita sedang merancang delivery project, yang akan membuat snack untuk sahur dan buka puasa di bulan Ramadhan."

"Pada akhirnya, kita dipaksa untuk lebih kreatif dan memikirkan apa yang dibutuhkan pasar."

Cara kreatif yang ia lakukan agar usahanya tetap berjalan adalah membuat lebih banyak frozen food, alih-alih makanan siap saji.

Memulai usaha frozen food

Menurut Chef Ragil, ada banyak hal yang harus diingat jika ingin memulai usaha frozen food.

"Pertama yaitu proses memasak. Proses memasak frozen food tidak jauh beda dengan makanan lain," ujar dia.

"Tapi, kalau ingin membuat salah satu makanan ringan sebagai frozen food, misalnya risoles, goreng sampai tingkat kematangan 50-60 persen saja, jangan sampai 100 persen."

Tahap berikutnya adalah promosi. Chef Ragil menyebut, saat ini aplikasi WhatApp dan Instagram merupakan aplikasi terbaik sebagai sarana untuk mempromosikan produk, seperti frozen food.

"Kalau pasarnya anak muda, kita pakai aplikasi Line. Sementara jika targetnya orang yang lebih dewasa, bisa juga menggunakan Facebook.

"Tapi yang terpenting dalam frozen food, kita cari tahu dulu apa makanan favorit keluarga dan tetangga terdekat. Dari situ kita buat frozen food dan jual kepada mereka."

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/20/132308820/berubahnya-bisnis-kuliner-di-masa-pandemi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke