Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Camilan Tak Sehat Lebih Menarik Selama Karantina di Rumah

KOMPAS.com - Ada banyak kebiasaan dalam kehidupan kita yang berubah di masa pandemi Covid-19. Salah satunya adalah kebiasaan makan atau ngemil yang lebih sering.

Walau sadar ngemil makanan tidak sehat bukan kebiasaan baik, tapi rasanya sulit menahan godaan untuk mengonsumsinya. Kita cenderung akan memilih sepotong donat ketimbang apel.

Psikolog klinis Christine James menjelaskan, ada beberapa hal yang memicu keinginan ngemil lebih banyak ketika kita hanya di rumah saja.

Salah satunya adalah banyak dari kita yang kehilangan struktur dan batasan harian untuk pergi bekerja atau sekolah. Selain itu, banyak pula yang kehilangan pekerjaan serta mengkhawatirkan kondisi keuangan dan kesehatan mereka di kondisi pandemi.

Pada situasi seperti itu, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian. Banyak kekhawatiran juga menimbulkan kondisi kenyamanan dari makan.

"Tidak ada banyak kesempatan untuk mengalihkan perhatian atau tetap sibuk. Dan kebosanan dan kesepian adalah masalah nyata," kata James.

Mengapa makanan tidak sehat?

Makan memang bisa menjadi pengalih dari masalah atau situasi yang sedang kita alami. Namun, kita cenderung mencari makanan tidak sehat, seperti makanan tinggi gula atu lemak. Mengapa demikian?

"Makan makanan bergula, berlemak atau tinggi karbohidrat dapat memberi kita energi singkat dan dapat melepaskan endorfin (hormon pemicu rasa positif) di otak," paparnya.

Makanan tinggi karbohidrat juga dikaitkan dengan produksi serotonin atau hormon yang menimbulkan rasa senang. Karbohidrat secara psikologis juga kerap diakitkan dengan masa kecil ketika kita diasuh.

Saat dewasa, kesan tersebut membuat diri kita merasa diperlakukan dengan baik ketika mengonsumsinya.

Ahli diet terakreditasi Health At Every Size, Mandy-Lee Noble mengatakan, craving atau perasaan ingin makan dapat dipicu oleh kekurangan. Misalnya, kondisi energi tubuh rendah atau kadar zat besi rendah.

Namun, keinginan makanan yang kuat juga bisa dikaitkan dengan "aturan makanan" seseorang dan hubungannya dengan makanan tertentu.

"Seringkali yang mereka inginkan adalah makanan yang mereka dilarang makan atau mereka membatasi porsi makan makanan itu," kata Noble.

Menahan nafsu ngemil

Noble menyebutkan, salah satu saran untuk menahan nafsu makan yang kuat adalah dengan makan.

"Makanlah di waktu makan ketika lapar, berhenti ketika kenyang dan mengonsumsi makanan bervariasi unyuk mengatasi nafsu ngemil," ungkapnya.

Senada dengan Noble, James mengatakan kunci menahan keinginan ngemil adalah tidak melewatkan makan utama.

"Pastikan kamu makan utama tiga kali sehari dengan porsi normal, serta mengonsumsi camilan di pagi dan sore hari jika diperlukan," kata dia.

Berikut tipsnya:

1. Mengonsumsi makanan utama dengan variasi rasa, tekstur dan nutrisi, serta makanlah hingga kenyang.

2. Menciptakan rutinitas jadwal makan.

3. Pastikan menyertakan kegiatan menyenangkan di sela waktu makan, seperti ngobrol, bermain musik, berolahraga, dan hobi lainnya.

4. Makan secara formal di meja makan dan tidak menyambinya dengan nonton televisi atau bahkan bermain ponsel.

5. Ketika kenyang, buang makanan sisa dan cuci piringnya sebagai sinyal bahwa sesi makan selesai.

6. Membatasi makanan di rumah yang bisa memicu kita makan berlebih.

7. Buat perencanaan camilan dan makan menggunakan piring atau mangkuk sehingga kamu bisa mengukur porsinya.

8. Minta bantuan jika diperlukan.

9. Jangan merasa bersalah karena makan. Menurut Noble, hal yang penting adalah tidak menghakimi diri kita atau orang lain karena makanan.

"Tidak ada yang buruk dengan makan donat. Itu hanya membuatmu menjadi manusia," ujarnya.


https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/23/090934120/alasan-camilan-tak-sehat-lebih-menarik-selama-karantina-di-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke