Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Stres Sebabkan Kulit Berjerawat, Benarkah?

KOMPAS.com - Munculnya jerawat di wajah seringkali membuat kita tak nyaman, karena mengganggu penampilan.

Umumnya jerawat disebabkan oleh kotoran, minyak, dan kulit mati yang menyumbat pori-pori kulit. Lalu, bagaimana dengan stres? Apakah stres bisa menyebabkan munculnya jerawat?

Menurut Mara Weinstein Velez, MD, seorang dokter kulit di University of Rochester Medical Center, stres tidak menyebabkan jerawat secara langsung - tetapi bisa menyebabkan kondisi di mana bakteri penyebab jerawat dapat berkembang, karena sistem kekebalan tubuh menurun, kualitas tidur menurun, kurangnya hidrasi, dan pola makan yang buruk.

"Saya pikir, stres tidak menyebabkan jerawat," kata Weinstein Velez, "Tetapi, keadaan stres dapat membuat seseorang rentan terhadap jerawat."

Stres bukan penyebab, tapi pemicu jerawat

Stres mungkin tidak menyebabkan jerawat secara langsung, tetapi ada banyak faktor yang berkaitan dengan stres yang membantu membangun lingkungan yang sempurna untuk munculnya jerawat.

Hal itu karena jerawat tidak berawal dari kulit, jerawat berawal dari hormon. Misalnya, kortisol, hormon yang dilepaskan saat stres, semakin banyak semakin dapat meningkatkan jumlah minyak yang dihasilkan kulit.

Sebenarnya, minyak yang disebut sebum ini, muncul secara alami dalam jumlah kecil di kulit.

Tetapi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak, itu dapat menjadi lahan sempurna untuk jerawat, karena menyumbat pori-pori dan menciptakan tempat berkembang biak di pori-pori, sehingga bakteri penyebab jerawat tumbuh.


Di situlah stres memainkan peran lain, yakni menghambat sistem kekebalan tubuh, yang berarti tidak dapat melawan bakteri penyebab jerawat juga.

Jika bakteri itu memiliki banyak sebum untuk ‘dimakan’ dan tidak ada antibodi untuk menghentikannya, maka sebum akan berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan jerawat

Sementara itu, riwayat keluarga, jenis kelamin, diet, dan olahraga juga memengaruhi munculnya jerawat.

Sebagai contoh, sebuah studi berskala besar yang diterbitkan pada tahun 2015 menemukan, bahwa wanita dewasa dengan pekerjaan yang penuh tekanan lebih mungkin untuk memiliki jerawat daripada mereka yang memiliki pekerjaan dengan tingkat stres yang lebih rendah.

Selain itu, studi tahun 2017 pada 144 mahasiswa kedokteran juga menemukan korelasi yang kuat antara tingkat stres dan tingkat keparahan jerawat.

Stres membuat jerawat bertahan lebih lama

Hormon stres juga dapat menghambat kemampuan tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri, demikian menurut sebuah studi tahun 2014.

Ini berarti, dapat memperpanjang masa jerawat bertengger di kulit, karena tubuh tidak dapat bekerja untuk menghilangkan bakteri yang mengisi pori-pori.

Selain itu, sekitar 34% orang Amerika mengatakan, mereka cenderungmakan berlebihan ketika sedang stres, dan hormon stres memang dapat menyebabkan orang ingin makan lebih banyak makanan tinggi lemak dan gula.

Sebuah studi 2012 menemukan bahwa, di antara usia 13 hingga 18 tahun, mereka yang makan banyak gula memiliki peluang 30% lebih tinggi terkena jerawat.

Secara keseluruhan, menurut Weinstein Velez, kita harus mengambil pandangan holistik tentang bagaimana stres memengaruhi kesehatan kulit kita.

"Orang yang berbeda memiliki cara yang berbeda dalam mengelola stres mereka," kata Weinstein Velez.

"Dan pada beberapa orang, itu akan menyebabkan pola makan yang buruk, dehidrasi, kurang tidur – dan akhirnya semua hal itu akan memengaruhi kulit dan wajah kita.”

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/24/070500420/stres-sebabkan-kulit-berjerawat-benarkah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke