Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

2 Gadis Belia Iseng Bisnis Pakaian Bekas, Kini Raup Omzet Rp 60 Juta

Gadis-gadis belia itu adalah Putri Nabila (18) dan Qasyah Rahmani Febiyan (19). Kedua sahabat ini memulai bisnisnya dengan modal Rp 600.000.

“Uangnya patungan, nyisihin uang jajan. Saya Rp 300.000, temen saya Rp 300.000,” ujar Putri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/5/2020) lalu.

Keduanya lantas memutar otak. Bisnis apa yang bisa menguntungkan, dan dikenal banyak orang hingga ke luar negeri, dengan hanya modal Rp 600.000.

Mereka kemudian mendapat inspirasi dari pakaian yang dikenakan orang-orang di luar negeri yang disaksikan lewat jejaring YouTube dan Pinterest.

Ya, orang-orang itu tak segan mengenakan baju bekas, dan mampu tetap tampil keren.

Setelah berhitung untung rugi, Putri dan Qasyah memutuskan untuk membuat bisnis daur ulang baju.

Sebab, mereka meyakini, selain menguntungkan, bisnis ini memiliki nilai jual lebih.

Apalagi, limbah fesyen sulit diatasi. Dengan mendaur ulang pakaian bekas, secara tidak langsung, keduanya membantu dunia mengurangi limbah fesyen.

Mereka kemudian berburu kaus dan hoodie bekas hingga Pasar Senen, Jakarta, dan Pasar Gedebage, Bandung.

Kemudian, pakaian itu didaur ulang dengan teknik tie dye, -teknik ikat celup atau teknik mewarnai kain dengan cara mengikat kain sebelum dilakukan pencelupan.

Teknik yang sudah ada sejak zaman dulu ini, di Indonesia dikenal dengan nama jumputan.

Teknik tie dye beberapa tahun ini kembali hype. Bahkan, beberapa merek dunia menggunakan teknik serupa.

“Karena saya main TikTok, saya endorse (artis) TikTok, kemudian saya promo ke teman. Ternyata tie dye shirt ini booming di TikTok,” ungkap Putri.

Buktinya, dalam hitungan hari, permintaan terus melonjak.

Bayangkan saja, jika saat pertama kali berbisnis tahun 2019, mereka hanya memproduksi enam kaus. Dalam beberapa bulan kemudian, mereka sudah bisa menjual 80 baju per minggu.

“Itu pun banyak yang gak kebagian. Jadi pas diluncurin, rebutan gitu,” tutur Putri.

Namun, mencari barang bekas yang sesuai dengan keinginan, bukanlah hal mudah. Dibutuhkan tenaga dan waktu banyak untuk mencarinya.

Karena itu, mereka lalu mulai bermain di baju baru polos yang diberi sentuhan seni.

Teknik yang digunakan pun menjadi beragam. Misal, menggabungkan empat kaus menjadi satu.

“Misal, ada kaus bekas yang cacat di sebelah kiri. Nah, sebelah kanannya akan digabung dengan kaus yang lain,” ucap dia.

Harganya tentu berbeda dengan satu kaus bekas yang didaur ulang. Untuk pakaian yang digabungkan tersebut, dibanderol mulai harga Rp 280.000.

Sedangkan, untuk kaus dengan merek-merek ternama, dipatok harga antara Rp 500.000-600.000 per potong.

“Omzet kami Rp 15 jutaan sekali produksi. Sekitar Rp 60 juta per bulan, bersih,” ucap dia.

“Kita berdua itu punya mimpi, sebelum usia 23 tahun bisa punya mobil atau rumah,” ungkap mereka sambil tertawa.

Mimpi itu pula yang menyemangati mereka untuk membuat bisnis pakaian daur ulang ini. Apalagi, mereka kuliah bisnis.

“Gak enak aja, masa kuliah bisnis tapi gak bisnis. Kami gak mau cuma dapat teori doang, kami ingin mengimplementasikannya,” ucap dia.

Ia pun optimistis bisnisnya akan terus berkembang. Sebab, permintaan pasar saat ini terus naik, bukan hanya dari dalam negeri, tapi luar negeri pun mulai melirik produknya.

Seperti beberapa waktu lalu, ada beberapa warga asing dari Filipina, Malaysia, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat yang mengontak untuk membeli produk Our Trashes.

Namun, Putri dan Qasyah belum bisa memenuhi permintaan itu karena kerepotan dalam urusan shipping.

Belajar dari nenek

Bagi Putri, bisnis ini bukanlah yang pertama. Sejak masih bersekolah di SMPN 8 Tangerang Selatan, putri pasangan Yanto Setiawan-Ade Nurhikmah ini sudah berbisnis.

“Waktu SMP saya jualan susu. Pernah juga bisnis makanan dengan sistem online,” ucap Putri.

Saat itu, ia berbisnis untuk menambah uang jajan dan membeli keperluan sekolah. Ia tidak ingin meminta uang lebih kepada orangtuanya.

Kemampuannya berbisnis ia pelajari dengan otodidak. Ia melihat sang ayah yang berwirausaha di bidang arsitektur.

Putri pun belajar banyak dari neneknya yang berjualan keliling. Ia bahkan kerap bertanya kepada sang nenek tentang bisnis.

“Kalau mau bisnis, harus punya niat, tekun, enggak setengah-setengah. Terus perhatikan pasar, sering-seringlah update model,” tutup Putri.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/08/141407520/2-gadis-belia-iseng-bisnis-pakaian-bekas-kini-raup-omzet-rp-60-juta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke