Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Pengusaha Salon Bertahan dari Badai Pandemi

KOMPAS.com – Salon termasuk dalam usaha berskala usaha mikro, kecil, dan menengah yang terdampak oleh pandemi. Mereka harus menerapkan strategi dan inovasi demi mempertahankan bisnis dan juga karyawannya.

Kebijakan pembatasan sosial berskala besar dan juga karantina mandiri di rumah membuat banyak salon-salon ikut tutup. Para pekerja di bidang usaha kreatif ini pun banyak yang terdampak karena merosotnya penghasilan, bahkan tidak ada pemasukan sama sekali.

Cecil Era Wahjuni, pemilik salon The Icon, beriniasitif menutup salon miliknya sejak 21 Maret 2020 untuk mendukung pemerintah memutus rantai penularan Covid-19. Seluruh kegiatan salon dihentikan dan karyawan dirumahkan.

“Sebagian karyawan kaget karena berdampak pada penghasilan mereka,” kata Cecil dalam diskusi virtual yang diadakan oleh L’Oreal Professionnel (18/5).

Pada awalnya ia menyediakan layanan salon di rumah untuk para pelanggannya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Sebelum mengirimkan staf, kami pastikan kondisi kesehatannya bagus, termasuk riwayat perjalanannya. Intinya tidak boleh sakit sedikit pun. Demikian juga dengan pelanggan, kami buat perjanjian tertulis bahwa ia dalam keadaan sehat dan tidak ada kontak dengan orang yang mungkin terpapar,” katanya.

Layanan salon di rumah itu pun hanya terbatas pada potong rambut atau pewarnaan rambut yang sederhana.

Kemudian karena memikirkan nasib bisnisnya dan juga karyawannya, ditambah dengan banyaknya permintaan dari pelanggan, Cecil pun akhirnya mulai berani membuka salonnya pada pertengahan April.

“Kebetulan salon saya adanya di ruko, jadi bisa buka. Tapi, pelanggan yang datang tetap dengan perjanjian dulu,” kata wanita yang memiliki karyawan 8 orang ini.

Ia pun tetap menerapkan kebijakan social distancing di salonnya dengan membuat jarak dua meter antar kursi. Setelah salon tutup pun ruangan akan dibersihkan dan disemprot disinfektan.

Tak bisa WFH

Penata rambut dari salon Irwan Team, Wisnu, juga mengungkapkan banyak rekan-rekannya pekerja salon yang kesulitan, bahkan tidak punya pemasukan sama sekali pasca-ditutupnya salon selama pandemi.

“Kami semua shock. Seburuk-buruknya kondisi ekonomi, belum pernah seperti ini,” kata Wisnu dalam acara yang sama.

Berbeda dengan pekerja dari industri lain, menurut Wisnu, sebagai penyedia jasa, para pekerja salon tidak bisa melakukan kerja dari rumah.

“Hubungan pekerja dengan pemilik salon adalah rekan kerja. Jadi, apa yang kami kerjakan itu yang didapat. Kalau salon tutup sudah tentu tak ada pemasukan sama sekali,” ujarnya.

Sebagai penata rambut, menurut Wahyu, ia masih bisa mengerjakan layanan di rumah, namun tidak demikian halnya dengan pekerja salon di bagian cuci rambut atau terapis creambath.

“Semua terpukul, beberapa bahkan tidak tahu harus makan apa karena tak punya tabungan. Sebagian stylist sempat melakukan penggalangan dana untuk menyalurkan paket sembako,” katanya.

Ia berharap salon-salon bisa segera buka kembali, menyusul adanya kabar yang menyebut mal bisa beroperasi lagi mulai 8 Juni 2020.

Mempersiapkan SOP

Industri salon dan tata rambut di Indonesia merupakan pasar dengan estimasi nilai mencapai 13 triliun rupiah .

Saat ini, di Indonesia telah terdapat sebanyak kurang lebih 101.000 salon dan 5 ribu barbershop dengan estimasi penyerapan jumlah tenaga kerja kreatif sebanyak lebih dari 500 ribu orang.

Provinsi DKI Jakarta merupakan konsentrasi terbesar jumlah usaha salon yaitu sebanyak 55 persen dari jumlah total dan menyerap lebih dari 300 ribu tenaga kerja.

General Manager Proffesional Product L’Oreal Indonesia, Michael Justisosetya mengatakan, sejak awal meluasnya infeksi Covid-19, pihaknya sudah aktif berkomunikasi dengan cabang L’Oreal di negara-negara yang lebih dulu menghadapi wabah ini.

“Kami mengumpulkan infromasi dari negara-negara yang sudah lebih dulu mengalami wabah, seperti China dan Singapura, lalu berusaha meneruskan informasi ke mitra salon dan juga konsumen bahwa pelayanan di salon tetap aman,” kata Michael.

Selain itu, lanjut Michael, L’Oreal Indonesia juga membuat beberapa program agar roda bisnis salon-salon tetap berputar.

“Misalnya saja dengan menjual produk perawatan rambut lewat jasa pesan antar atau pun menginisiasi home service yang aman,” ujarnya.

Selama masa karantina ini, L’Oreal juga mempersiapkan pekerja salon dengan melakukan pelatihan online agar ketika salon sudah diijinkan dibuka, semua bisa berjalan dengan cepat.

“Sejak Maret kami juga sudah menyiapkan panduan SOP untuk diterapkan di salon, berdasarkan masukan dari beberapa negara. Nantinya SOP ini akan didiskusikan dengan pihak yang kompeten, seperti Kemenkes,” ujarnya.

Dengan protokol kesehatan yang ketat, Michael optimis industri kreatif seperti salon akan cepat kembali normal.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/18/191400220/cara-pengusaha-salon-bertahan-dari-badai-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke