Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Anak Terus Menempel dan Bersikap Manja Selama Masa Karantina?

KOMPAS.com - Ketika semua aktivitas diakukan dari rumah selama masa pandemi Covid-19, ini berarti waktu bersama anak di rumah semakin banyak.

Kita dengan mudah makan bersama di meja makan, mencuri waktu bermain bersama anak saat jam kerja, menemani anak mengerjakan tugas sekolah, dan berbagai hal lain yang biasanya sulit dilakukan bersama saat harus pergi ke kantor.

Namun, semakin sering bersama, mengapa anak justru semakin menempel dan sering mencari perhatian orangtuanya ya?

Pertanyaan tersebut mungkin pernah muncul belakangan ini di benak kita.

Hal itu juga membuat kita sebagai orangtua khawatir, bagaimana menghadapi tingkah laku anak yang tampak selalu haus perhatian dan lebih manja kepada orangtuanya, setelah pandemi berakhir?

Berikut lima hal yang harus diperhatikan saat anak lebih lengket dan manja pada orangtua selama masa karantina ini:

1. Anak bergantung karena rasa aman

Menurut Steven Meyers, profesor psikologi di Roosevelt University di Illinois, AS, salah satu alasan utama mengapa anak semakin menempel dan ketergantungan pada orangtua adalah karena mereka berusaha membuat diri mereka aman dan nyaman.

"Ketergantungan adalah respons naluriah terhadap ancaman dan kecemasan yang dirasakan," ujar Meyers kepada HuffPost.

"Dalam istilah evolusi, keturunan semua spesies lebih mungkin bertahan jika mereka dekat dengan orangtua mereka untuk perlindungan ketika bahaya mendekat."

"Anak-anak ini disandikan ke dalam biologi mereka, dan itu dapat dipicu tekanan dan ketidakpastian pandemi global."

Dengan demikian, sikap manja mereka adalah manifestasi nyata dari upaya anak untuk mengatasi semua perubahan dan ketidakpastian di dunia saat ini.

Untuk membantu, cobalah mencari sumber dari kegelisahan mereka.

"Pertanyaannya, apa sebenarnya yang mereka khawatirkan? Mengidap penyakit? Kematian? Seperti banyak hal lainnya, ketergantungan harus dipahami dalam konteks."

Demikian kata Mark Reinecke, psikolog klinis dan direktur klinis Child Mind Institute's San Francisco Bay Area Center.


2. Anak yang lebih tua juga mengalami hal ini

Menempel pada orangtua dapat menjadi fase perkembangan untuk bayi, balita dan anak prasekolah, dan itu benar-benar sesuai usia mereka, kata Meyers.

Tetapi, anak yang usianya lebih dewasa bisa juga nempel dan bersikap manja pada orangtuanya, dan para ahli mengatakan hal semacam itu tidak selalu mengejutkan.

Contohnya, anak yang berusia sembilan tahun dan biasa bermain sendirian, tiba-tiba mengikuti kita di rumah sepanjang hari seperti bayangan.

Atau kita mungkin mendapati anak kita yang berusia remaja ingin tidur di satu ranjang yang sama dengan kita dan berpelukan di malam hari.

"Anak-anak yang berusia lebih tua dapat mengalami kemunduran di bawah tekanan akut dan bertindak dengan cara tidak biasa untuk usia mereka saat ini," kata Meyers.

"Regresi ini adalah respons berbasis ancaman untuk meningkatkan keselamatan yang dirasakan, menerima kenyamanan, dan mengurangi kecemasan."

Jika kita memiliki kekhawatiran pada anak yang berusia lebih tua tampak yang tak mau lepas dari kita, para ahli menekankan pentingnya berbicara dengan dokter anak atau profesional kesehatan mental.

3. Pentingnya menjaga rutinitas

Saran terakhir yang diharapkan oleh banyak orangtua saat ini adalah menetapkan rutinitas. Apa pun antusiasme yang dimiliki orangtua untuk membuat jadwal harian ketika sekolah diliburkan sudah lama berlalu.

Tetapi para ahli mengatakan, menciptakan rutinitas harian jauh lebih penting daripada memikirkan akademis anak, yaitu memberi mereka rasa aman yang sangat dasar saat ini.

"Rutinitas memberi struktur dan harapan pada anak tentang apa yang terjadi di keseharian mereka," kata Jenny Yip, psikolog klinis yang berbasis di Los Angeles, AS.

"Ini bisa menjadi jadwal yang fleksibel dan santai," ujar Yip menambahkan.

Salah satu strategi untuk mengurangi ketergantungan dan sikap manja anak, adalah memastikan rutinitas dan jadwal harian itu termasuk rentang waktu di mana baik anak dan orangtua tidak terganggu.

Yip menyebut, ada baiknya kita mencoba permainan papan bersama atau membaca buku.

Memberi mereka sedikit perhatian dapat memenuhi kebutuhan mereka secara emosional, sehingga mereka tidak tergantung pada kita setiap saat.

Perlu diingat, jika anak-anak memiliki tingkat rutinitas tertentu, kehidupan mereka di luar rumah tidak harus sama seperti di dalam rumah yang dramatis.

Jadi, untuk mengatasi kecemasan anak sebelum mereka dapat kembali bersekolah, coba terapkan beberapa rutinitas harian, kata Yip.

4. Tenang dan percaya diri

Terkadang, anak persepsi sendiri pada sesuatu. Meski kita melakukan yang terbaik untuk menjauhkan mereka dari berita atau mempertahankan kegiatan rutin, mereka cenderung akan merasakan emosi lain yang membuat mereka tak nyaman.

Pada akhirnya, mereka akan bersikap semakin manja dan menempel pada kita sebagai orangtua untuk mencari kepastian.

Para ahli tidak melarang kita untuk mengakui betapa sulitnya masa-masa pandemi, namun kita harus memperhatikan ketakutan atau kecemasan yang mereka rasakan dari kita.

Hal itu nantinya akan membantu mereka saat akhirnya kembali bersekolah, karena pada titik tertentu, mereka akan percaya bahwa kita tidak menempatkan mereka pada posisi yang tidak aman.

"Dalam situasi yang ambigu, anak di usia muda meminta bantuan orangtua mereka tentang cara merespons," kata Reinecke.

"Jika orangtua percaya diri, anak akan memahami ini. Apakah kecemasan anak secara tidak sengaja dimodelkan atau dipertahankan di rumah?"

5. Satu-satunya yang dimiliki anak adalah kita sebagai orangtua

Banyak anak sedih dengan semua perubahan yang mereka alami beberapa bulan terakhir, tidak ada sekolah, teman, kelas olahraga atau musik, rutinitas dan sosialisasi seperti dulu.

Tentu, mereka bisa mengakses Zoom atau platform konferensi video lain, tetapi itu tidak sama. Kita adalah satu-satunya sosok yang dimiliki anak selama masa karantina.

"Banyak anak menjadi lebih nempel pada orangtua, karena mereka memiliki lebih sedikit cara untuk bersosialisasi dengan orang lain," kata Meyers.

"Orang-orang memberi kita semua koneksi dan stimulasi, dan ada beberapa pilihan ketika kita terjebak di rumah."

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/22/081500420/mengapa-anak-terus-menempel-dan-bersikap-manja-selama-masa-karantina-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke