Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Dunia Fesyen Menyikapi Isu Rasialisme akibat Covid-19

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah menimbulkan sentimen terhadap orang-orang Asia, karena China dianggap sebagai negara yang menyebarkan virus ini.

Di Inggris, tindakan rasial terus terjadi dan kejahatan rasial meningkat sebesar 21 persen. Sedangkan di Amerika, ada peningkatan serangan bermotif rasial terhadap warga Amerika keturunan Asia, seperti dikutip The Guardian.

Komunitas fesyen tidak tinggal diam dan berada di garis depan dalam mengatasi sentimen anti-Asia.

"Peningkatan kekerasan dan diskriminasi benar-benar sangat dekat dengan tempat tinggal kita semua," kata perancang busana AS, Phillip Lim.

"Ketika kita melihat orang-orang yang seperti kita, teman dan anggota keluarga serta rekan kerja kita diserang, kita tidak bisa diam."

Label miliknya, yaitu 3.1 Phillip Lim, dan milik Prabal Gurung adalah beberapa label fesyen yang berkontribusi menyumbangkan pakaian, termasuk kaus dan topi, untuk All Americans Movement.

All Americans Movement sendiri merupakan kampanye untuk membantu mereka yang berasal dari komunitas termarjinalkan akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya, kampanye itu merupakan bagian dari gerakan lintas budaya. Ketika semua kelompok minoritas berdiri dan bersatu, arah masa depan yang lebih adil dan damai bisa dicapai.

"Memasukkan unsur ras ke dalam pandemi virus ini adalah kesalahan informasi yang harus kita lawan untuk memastikan kita mendapat informasi lengkap," kata Gurung.

Lim menyebut bahasa yang bernada menghasut di sekitar Covid-19 memiliki efek negatif. 

"Sangat frustasi menyaksikan pemimpin negara ini terang-terangan menyampaikan retorika xenofobia pada publik Amerika," ujar Lim, seraya menyinggung ucapan Presiden AS Donald Trump yang melabeli virus corona sebagai "virus China".

"Saya benar-benar percaya kebanyakan orang ingin berbuat baik," kata Gurung.

"Saya tidak terkejut dengan rasialisme. Di saat saya melihat keindahan luar biasa dari negara ini, saya selalu sadar akan retakan pada fondasinya dan rasialisme sistemik yang muncul."

Pernyataan sikap

Dalam show sebelumnya, Gurung menampilkan model dengan kaus yang menegaskan statement atau pernyataan seperti "The future is female", "Our bodies, our choices, our power," serta "I am an immigrant".

Bahkan, Gurung juga memutuskan tidak tampil dalam peringatan 10 tahun New York Fashion Week yang digelar di Hudson Yards pada 2019 lalu karena tuan rumah, Stephen Ross, menggalang dana untuk pemilihan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS.

Dalam satu show Musim Semi/Panas 2020, Gurung menampilkan model yang memakai selempang bertuliskan, "Who gets to be American?".

Gurung menyebut, ide untuk koleksi tersebut datang saat dia berada dalam pertemuan bisnis.

"Saya duduk di seberang kelompok pengusaha, memberi tahu mereka tujuan saya mendefinisikan ulang estetika Amerika," ujar dia.

"Lalu salah satu dari mereka berkata, 'Anda tidak terlihat seperti orang Amerika, jadi bagaimana Anda bisa mendefinisikan apa itu Amerika?'"

"Selempang punya efek visual yang kuat, dengan semua model dari seluruh dunia ini mewakili berbagai identitas dan kisah hidup impian Amerika," katanya. 

Ia mengatakan, koleksi itu mempertanyakan siapa yang akan mengklaim identitas sebagai orang Amerika di situasi saat ini.


https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/22/144439020/ketika-dunia-fesyen-menyikapi-isu-rasialisme-akibat-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke