Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menghadapi Perasaan "Terjebak" dalam Hubungan

KOMPAS.com - Merasa terjebak dalam suatu hubungan tak akan menyenangkan bagi siapa pun. Perasaan itu dapat menyebabkan derita, putus asa, hingga depresi.

Perasaan cinta dengan pasangan pun memudar, berganti dengan rasa tidak suka, tidak percaya, atau saling membenci. Sebab, masing-masing melihat satu sama lain sebagai musuh yang membuat mereka terjebak.

Hubungan yang bersifat demikian bisa menjadi sangat beracun dan merusak diri, namun sebagian orang terlalu takut bertanggung jawab atas pilihan mereka dan mendapat kembali kendali untuk menjalani hidup yang diinginkan.

Akibatnya, mereka menyembunyikan perasaan negatif ini, menahannya dalam diam dan berperilaku seperti biasa karena kewajiban atau takut mengecewakan seseorang.

Orang yang terjebak dalam hubungan biasanya tidak sadar mereka punya pilihan untuk membebaskan diri mereka dan pasangannya, atau tidak tahu cara mengekspresikan diri.

Mereka merasa sengsara seumur hidup dan tak mampu mengubahnya.

Keinginan jadi satu

Jadi, bagaimana dua orang yang saling mencintai bisa terjebak dalam hubungan?

"Ketika kita bertemu seseorang yang kita sukai, kita meluangkan seluruh waktu kita untuk membangun keintiman sehingga kita 'dikenal, terlihat dan aman'," kata Valentina Tudose, pakar hubungan dan ahli hipnoterapis bersertifikat.

Keinginan 'bergabung' dengan orang yang dicintai untuk menjadi 'satu', saling mengenal secara mendalam, dan diterima adalah tujuan pertama yang kita ingin capai.

"Meskipun ini sepenuhnya alami di fase romansa atau nafsu dalam hubungan, itu bisa menjadi bumerang ketika berlangsung begitu dalam sehingga seseorang merasa kehilangan identitas diri mereka," ujar Tudose.

Menurut Tudose, hal itu memicu rasa takut atau terjebak dan kehilangan diri, dan mengarah ke fase kedua hubungan, yaitu perebutan kekuasaan.

"Setelah fase romansa selesai, kita tanpa sadar pergi ke arah lain mencoba mendefinisikan kembali identitas kita dan mencari tahu bagaimana hubungan telah mengubah kita," tuturnya.

Kita pun mulai memperhatikan aspek pasangan yang tidak sempurna seperti yang kita pikir sebelumnya, tambah Tudose. Kita sadar segala sesuatu mungkin tidak seperti apa yang terlihat.

"Tergantung pada pilihan yang kita buat, seberapa besar komitmen kita, bagaimana kita terbiasa menerima sedikit dari keinginan kita, dan tidak menetapkan batasan jelas, kita terjebak dalam situasi yang kita anggap tidak ada harapan."

Akibatnya, kita seolah harus menanggung situasi, bahkan jika harus menderita dalam diam.

Mulai membenci

Terkadang, perasaan tidak berdaya menjadi begitu dalam, membuat orang yang bertahan lama dalam situasi tersebut semakin membenci pasangan mereka.

Tudose menjelaskan, orang yang terjebak dalam hubungan gagal menyadari bahwa tidak membuat pilihan juga merupakan pilihan, dan satu-satunya jalan keluar adalah mengambil tindakan.

"Semua hubungan berkembang secara berbeda dan memiliki berbagai jenis tekanan," kata Tudose.

"Bagi mayoritas orang, hubungan seimbang berarti punya waktu untuk melakukan hal-hal bersama pasangan mereka, serta menghabiskan waktu dalam kegiatan pribadi yang membuat mereka bahagia."

"Ketika 'me time' terasa kurang karena isolasi saat pandemi virus corona, atau saat pasangan terpaksa menghadapi kurangnya keintiman dan koneksi, perasaan bahwa mereka tidak lagi sama seperti sebelumnya jauh lebih terlihat dan banyak konflik muncul," ucap Tudose.

"Pasangan yang terbiasa menghabiskan waktu bersama dan menghargai privasi satu sama lain dapat menikmati pengalaman tanpa merasa terjebak, karena kejelasan batasan dan peran, serta menyamakan harapan mereka."

Menerima kenyataan

Bagi mereka yang takut perasaan terjebak dapat mengakhiri hubungan, Tudose memberikan saran.

"Saya percaya, kita jatuh cinta dengan fantasi yang kita ciptakan pada seseorang dibandingkan seperti apa mereka sebenarnya. Itulah dasar dari 'fase romansa'."

"Ketika bagian dari hubungan ini berakhir, kenyataan hadir. Bukan berarti cinta itu hilang, namun lebih seperti evaluasi ulang yang realistis dari hubungan."

Yang perlu dilakukan orang adalah mengevaluasi kembali apa yang menyatukan kita dengan pasangan dan membuat kita tetap bersama.

Tudose menyebut, jika perasaan terjebak berasal dari rasa takut kehilangan diri, itu adalah kesempatan mendefinisikan kembali siapa kita dan peluang menemukan diri kita yang lebih baik serta meningkatkan koneksi dengan pasangan.

Cara terbaik mengatasi rasa tidak berdaya yang terkait dengan rasa terjebak dalam hubungan adalah bertanya pada diri kita, menurut Tudose.

"Apa yang kita izinkan dengan tidak mengambil tindakan? Apa yang menghentikan kita dari kedamaian hubungan ini? Harapan apa yang tidak terpenuhi, dan apa yang bisa saya lakukan?” katanya.

Kekecewaan dan ketidakbahagiaan seringkali diciptakan oleh perbedaan antara kenyataan dan harapan kita saat bersama pasangan.

"Jika kita mengklarifikasi asal kesenjangan ini, kita dapat menyesuaikan harapan kita dan belajar dari pengalaman itu dan pergi, atau menerima pasangan dan situasi kita apa adanya," ujar dia.

"Begitu tidak ada konflik antara kedua pandangan itu, perasaan terjebak akan menghilang."

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/22/130700620/menghadapi-perasaan-terjebak-dalam-hubungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke