Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tiap Detik Laku 5 Produk, Kisah Jatuh Bangun di Balik Sukses Wardah

Bagi pecinta make up, merek tersebut sudah menjadi brand lokal yang sangat diperhitungkan.

Apalagi, produk-produk tersebut begitu mudah ditemukan di tengah masyarakat. Mulai dari toko-toko di pasar hingga mall besar.

Data PT Paragon Technology and Innovation -perusahaan yang memproduksi ketiga brand itu, mengungkap, grup ini berkembang 16 kali lipat sejak 2010.

Bahkan dalam data tersebut diklaim, rata-rata lima produk terjual per satu detik.

Hal ini membuat Paragon Technology and Innovation menjadi perusahaan industri kosmetik terbesar dan industri lokal terbesar di Indonesia dengan 12.000 pegawai.

“Pencapaian tersebut diperoleh dengan kerja keras. Perusahaan Wardah ini juga jatuh bangun sebelum ada di posisi sekarang.”

Begitu kata Pendiri PT Paragon Technology and Innovation, Nurhayati Subakat dalam webinar Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), belum lama ini.

Nurhayati mengatakan, sejak awal tak ada dalam pikirannya untuk menjadi pengusaha kosmetika.

Lulus dengan predikat terbaik dari Farmasi ITB dan Apoteker ITB, ia ingin menjadi dosen.

“Ibu saya suka bilang, jadi dosen buka apotek. Entah kenapa saya tidak diterima jadi dosen, padahal lulusan terbaik,” tutur Nurhayati.

Ia kemudian bekerja di perusahaan kosmetika multinasional selama lima tahun, sebelum kemudian mundur karena ingin fokus kepada tiga anaknya.

Tahun 1985, ia memutuskan untuk mendirikan PT Pusaka Mandiri Ibu dengan produk sendiri.

Berbekal pengalaman dan bidang keahliannya, ia membuat make up dengan kualitas mirip dengan produk multinasional di mana dia bekerja dulu.

Menariknya, dia bisa menjual kerasi itu dengan harga lebih murah.

Perlahan namun pasti, perusahaannya berkembang dari dua pegawai menjadi 25 orang. Setelah itu, ujian datang di tahun 1990.

“Kondisi perusahaan minus saat itu,” ucap Nurhayati.

Saat itu, jika memikirkan diri sendiri, ia bisa berhenti dan mengandalkan gaji suami yang terbilang cukup.

Namun dia memikirkan karyawan dan utang sehingga tidak berniat mundur.

Nurhayati berusaha bangkit dan mencari pinjaman. Beruntung, dari pengajuan pinjaman Rp 50 juta, dia bisa diberi Rp 150 juta.

Begitu pun dari suplier, ada sejumlah bantuan. Bahkan kenalannya meminjamkan rumah untuk tempat usaha.

Kurang dari setahun, ia bisa membangun pabrik kecil di daerah Tangerang, serta sebuah rumah.

Tahun 1995, ia membuat Wardah, pionir kosmetika halal di Indonesia. Sebenarnya, ide Wardah bukan dari Nurhayati.

Saat itu, terbersit dalam dirinya untuk membuat produk halal, namun tidak mengerti cara menjualnya.

Di saat itulah, Pesantren Hidayatullah mengeluarkan ide produk halal.

Itu pun tidak langsung sukses. Karena ia menjual produknya di pesantren, sedangkan penghuninya banyak yang tidak mengenakan make up.

“Bisa dibilang saat itu gagal. Tapi saya kembali bangkit dan mencoba lagi. Saya iklan di harian yang tidak begitu terkenal, dan dapat dua disributor,” ungkap Nurhayati.

Di tahun 1996, ia menjual dengan sistem direct selling dan menyuplai MLM (multi level marketing) Syariah. Nmaun di tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Krisis ini berimbas pada banyaknya pengangguran, namun model usaha beralih ke MLM sehingga produknya ikut berkembang.

Di saat krisis moneter, ia justru membangun pabrik. Hingga ia mendapat julukan jayamon (jaya di saat krisis moneter).

Namun di tahun 2004, penjualan MLM syariah turun 50 persen per tahun. Menginjak tahun 2005, ia mulai memasok produk ke MLM lain.

Baru di tahun 2009, perusahaan itu melakukan relaunching Wardah menjadi lebih modern. Momen ini berbarengan dengan booming-nya tren hijaber.

“Satu-satunya yang bisa menjawab kebutuhan hijaber adalah Wardah. Momennya pas."

"Kalau dalam Islam, tidak ada kejadian tanpa seizin Allah. Ini pertolongan Allah kembali,” cetus dia.

Dari sana terjadi lonjakan luar biasa. Tahun 2010 ia mulai merilis produk Make Over dan mengganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation di 2011.

Tahun 2014, Nurhayati mengeluarkan produk untuk remaja bernama Emina.

Kini, perusahaannya menjadi market leader kosmetik di Indonesia, bahkan pernah menjadi pembahasan di Harvard Business Review.

Wardah dan juga sosok Nurhayati mendapat banyak penghargaan. Sebutkah Top Brand di 15 kategori dan 25 wanita berpengaruh di bidang enterpreuneur di Asia versi majalah Forbes.

Dengan kekuatan enam nilai di perusahannya, antara lain kekeluargaan dan tanggung jawab, membuat perusahaan ini terus berkembang.

“Pekerja saya banyaknya milenial. Orang bilang milenial itu gampang keluar, tapi di kita enggak. Tingkat turn over-nya kecil sekali,” tutur dia.

Tak hanya itu, Nurhayati kini memiliki pabrik seluas 20 hektar, 32 distribution center di seluruh Indonesia, dan satu di Malaysia.

Inspirasi

Bila bertanya siapa sumber inspirasi bagi Nurhayati? Jawabannya adalah orangtua-nya.

Sang ayah adalah pedagang sekaligus Ketua Muhammadiyah di Padang Panjang.

Orangtuanya menanamkan enam nilai dalam keluarganya, yaitu visioner, iman-takwa, ilmu pengetahuan-teknologi, peduli lingkungan dan masyarakat, suportif, serta motivatif.

Setelah ditinggal sang ayah, ibunya menjadi orangtua tunggal. Meski membesarkan delapan anak seorang diri, seluruh anaknya mampu lulusan dari perguruan tinggi.

“Ibu saya selalu bilang, kita tidak usah khawatir. Di tiap kesulitan, insha Allah ada kemudahan. Inspirasi dari orangtua inilah yang kami pegang sampai sekarang,” ungkap dia.

Semua kerja kerasnya membawa Nurhayati meraih gelar doktor honoris causa dari ITB. Ia menjadi perempuan pertama yang mendapat anugerah tersebut dari ITB.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/14/105213620/tiap-detik-laku-5-produk-kisah-jatuh-bangun-di-balik-sukses-wardah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke