Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wanita Ini Sukses Kendalikan Diabetes dengan Diet Keto dan Intermiten

KOMPAS.com - Para penggemar diet keto telah lama mengklaim pola makan rendah karbohidrat dan tinggi lemak menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan.

Selain itu, diet keto dianggap bisa membantu orang untuk menurunkan berat badan, mendapatkan lebih banyak energi, serta mengurangi risiko sejumlah penyakit.

Sedangkan diet intermiten atau pola membatasi asupan makanan untuk periode waktu tertentu juga kerap disebut dapat menurunkan berat badan serta berpotensi memperpanjang usia.

Teori-teori itu mendapatkan validitas dari sebuah studi kasus yang menemukan di mana seorang wanita berusia 57 tahun mampu mengendalikan diabetes tipe 2 tanpa obat, dengan beralih ke diet keto-intermiten.

Ditambah lagi, wanita tersebut mengendalikan diabetes dengan diet tanpa menurunkan berat badan, menurut penelitian yang diterbitkan 7 Juli dalam BMJ Case Reports.

Penelitian sebelumnya telah menemukan, diet keto mengobati diabetes dengan mencegah gula darah naik, karena penderita diabetes tidak menghasilkan insulin dalam jumlah memadai untuk mengatur kadar glukosa mereka.

"Hal yang paling berdampak pada glukosa darah kita adalah jumlah karbohidrat dalam diet. Diet rendah karbohidrat efektif karena menurunkan jumlah insulin," kata Dr. Mark Cucuzzella kepada Insider dalam sebuah wawancara.

"Insulin adalah pemicu utama," tambah dia.

Bagaimana dokter merancang diet sang pasien

Pasien wanita itu mengonsumsi 80 persen kalori hariannya dari lemak, dan 5 persen karbohidrat, dengan total 1.500 kalori per hari.

Ia berpuasa pada hari Senin, Rabu, dan Jumat selama dua minggu pertama diet, kemudian menyesuaikan diri dengan puasa 42 jam pada hari Senin dan Rabu, serta 16 jam pada hari Jumat.

Setelah gula darah terkendali, ia mengurangi puasa menjadi 16 jam sehari, dengan 3 periode puasa 24 jam per bulan.

Selama masa puasa, pasien wanita tersebut hanya minum air, kopi, dan kaldu tulang. Jika tidak puasa, dia makan dua kali sehari tanpa mengonsumsi makanan ringan.


Kelemahan diet keto-intermiten

Selain fase penyesuaian diet selama seminggu, umumnya dikenal sebagai "keto flu," pasien mengatakan tidak memiliki kesulitan untuk berpegang pada pola diet keto-intermiten.

Ia berencana melanjutkan diet tersebut tanpa batas waktu, namun merasa kesulitan mempertahankan puasa 42 jam.

Puasa 16 jam jauh lebih mudah diterapkan ke dalam kehidupan sehari-harinya.

Berhenti mengonsumsi obat diabetes setelah 1 bulan

Empat minggu setelah menjalani diet, pasien berhenti mengonsumsi obat seperti metformim, antihipertensi dan statin, dan masih dapat mengendalikan kadar gula darahnya.

Empat bulan setelah program, kadar gula darahnya telah membaik secara signifikan, bahkan tanpa penggunaan obat-obatan.

Perubahan pola makan harus diawasi profesional medis

Hasil ini menambah bukti, bahwa nutrisi dapat menjadi terapi yang menjanjikan untuk penyakit kronis.

Namun, berkonsultasi dengan profesional medis adalah langkah terbaik sebelum membuat perubahan ekstrem pada diet kita.

Diet keto umumnya dianggap aman, tetapi beberapa ahli mengingatkan lemak jenuh dan kolesterol tinggi bisa berisiko bagi kesehatan jantung, dan kita masih belum tahu konsekuensi diet keto dalam jangka panjang.

Diet intermiten juga umumnya aman, terutama dalam durasi yang lebih pendek seperti 16 jam sehari.

Berpuasa lebih lama, 24 jam atau lebih, dapat memiliki efek samping yang serius seperti mengganggu tidur dan suasana hati serta meningkatkan stres.

Beberapa ahli gizi berpendapat, puasa yang terlalu lama tidak sepadan dengan risiko yang didapat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/17/222830120/wanita-ini-sukses-kendalikan-diabetes-dengan-diet-keto-dan-intermiten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke