Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inilah Mengapa Ditolak Terasa Sangat Menyakitkan

KOMPAS.com—Kita semua pasti pernah mengalami penolakan selama hidup. Bahkan penolakan terjadi semenjak kita kecil, seperti tidak diajak main oleh teman atau orangtua yang menolak menuruti permintaan kita.

Begitu dewasa, penolakan tak juga berkurang, bahkan skalanya lebih menyakitkan seperti saat cinta kita ditolak oleh orang yang ditaksir, atau lamaran kerja yang ditolak oleh HRD perusahaan.

Apa pun bentuknya, setiap penolakan selalu terasa menyakitkan.

Psikoterapis Dr. Mike Dow mengungkapkan bahwa stres yang dialami ketika ditolak, membuat penolakan menjadi terasa berat. Stres itu memicu respon "melawan atau tinggalkan".

"Otak terprogram untuk mengingat suasana hati yang selaras. Saat ditolak, semua memori cemas dalam hidup kembali bangkit dan rasanya hidup begitu kacau,” ujarnya.

Selain itu, juga lebih mudah untuk mengingat rasa sakit sosial daripada rasa sakit fisik. Misalnya, bahkan walau sudah putus bertahun-tahun, kamu mungkin masih dapat mengingat secara detail apa yang terjadi antara kamu dan mantan kekasihmu.

Dalam gambaran yang lebih besar, manusia adalah makhluk sosial.  Kita memiliki kebutuhan bawaan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok.

Jadi ketika kita "ditolak," rasa sakit karena ditolak mungkin terlalu berat untuk ditangani; seseorang yang sedang dikucilkan bahkan dapat bereaksi secara agresif terhadap penolakan.

Agar penolakan tidak terlalu membuat kita kehilangan motivasi, cobalah untuk mengingat bahwa kita sudah melalui banyak penolakan dan hal itu justru membuat mental kita makin kuat.

Jika penolakan terkait pekerjaan, jangan terlalu dimasukkan dalam hati, seberapa pun menyakitkannya komentar bos atau klien. Cobalah evaluasi diri sendiri dan cari tahu apa yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi pada tim.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/19/210716620/inilah-mengapa-ditolak-terasa-sangat-menyakitkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke