Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Hanya Orang Dewasa, Anak Remaja Pun Bisa Mengalami Gangguan Mental

KOMPAS.com - Gangguan mental kerap dikaitkan dengan masalah pada orang dewasa. Namun rupanya gangguan mental juga dapat menimpa anak-anak.

Pada tahun 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan bahwa setengah dari gangguan mental yang diidap orang dewasa terbentuk sebelum mereka berusia 14 tahun.

Bahkan, sekitar 15 persen anak remaja di negara-negara berkembang pernah berniat untuk melakukan bunuh diri.

Menurut Annelia Sani Sari, Psikolog anak di Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi gangguan mental emosional remaja usia di atas 15 tahun meningkat dari 6 persen di tahun 2013 menjadi 9,8 persen di tahun 2018.

"Sebenarnya, anak dikatakan sehat secara mental bila mereka bisa menjalin hubungan dengan orang dewasa dan teman sebayanya."

Begitu penuturan Annelia dalam diskusi media virtual "#HaloTalks: Gangguan Mental pada Anak, Musuh yang Tak Terlihat" pada hari Kamis (23/7/2020).

Ditambahkan oleh Annelia, anak yang memiliki kondisi mental sehat juga mampu menikmati dan memanfaatkan waktu luang, dan bisa mencari cara mengatasi rasa kebosanan.

"Mereka mampu berempati dan mengenali emosi yang dirasakan orang lain, dan kemampuan belajar dari kegagalan," ujar dia.

Jika anak punya kesehatan mental yang baik, kata Annelia, mereka akan memiliki beberapa karakter positif, seperti kemampuan beradaptasi dengan berbagai keadaan, menjaga hubungan baik, menghadapi stres, serta bangkit dari kondisi sulit - seperti pandemi saat ini.


Dampak gangguan mental pada anak

Annelia mengatakan, berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyebab kematian tertinggi di Indonesia masih merupakan penyakit kardiovaskular.

"Namun, penyakit yang memberikan kondisi ketidakberdayaan adalah gangguan mental, mencapai 13 persen dari populasi," katanya.

Dampak kesehatan mental yang buruk pada anak antara lain memiliki prognosis (prediksi perbaikan dan kesembuhan) yang lebih buruk, mendapat stigma negatif, serta terhambat mendapat akses layanan kesehatan dan pendidikan.

"Mereka juga rentan terhadap gangguan perilaku atau gangguan psikologis yang lebih serius dan lebih berat."

"Selain itu, mereka mengalami keterambatan perkembangan, pencapaian hasil belajar tidak baik, dan sulit mencapai kualitas hidup yang baik," Annelia menjelaskan.

Masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada anak

Annelia membagi masalah kesehatan mental pada anak menjadi lima kategori, yaitu:

1. Masalah perilaku

- ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) atau gangguan hiperaktivitas karena kurangnya perhatian sehingga memengaruhi perilaku anak.

- Conduct Disorder, gangguan perilaku dan emosi serius yang membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan dan cenderung sulit mengikuti aturan.

- Penyalahgunaan NAPZA atau narkotika dan obat-obatan terlarang.

2. Gangguan emosional, seperti gangguan mood, kecemasan, menarik diri dan keterasingan, serta stres akibat trauma.

3. Gangguan hubungan anak dengan orangtua dan keluarganya.

4. Gangguan perkembangan dan belajar seperti disabilitas intelektual, gangguan belajar spesifik, skizofrenia, dan autistic spectrum disorder (gangguan perkembangan yang ditandai oleh hambatan dalam berinteraksi sosial).

5. Gangguan perilaku makan dan perilaku kesehatan, gagal tumbuh atau stunting.

Annelia menyarankan dua hal yang bisa kita lakukan sebagai orangtua untuk memberi dukungan kepada anak dan remaja yang mengalami gangguan mental.

"Deteksi sejak dini. Ini bukan cuma tanggung jawab keluarga, melainkan seluruh elemen yang berkepentingan terhadap adanya generasi yang sehat secara fisik dan mental," ucap Annelia.

"Setelah mendeteksi adanya gangguan mental, lakukan intervensi yang sifatnya menyeluruh, fokus pada kegiatan promotif dan preventif, serta peningkatan faktor protektif atau pendukung kesehatan mental pada anak dan remaja."

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/23/191950120/tak-hanya-orang-dewasa-anak-remaja-pun-bisa-mengalami-gangguan-mental

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke