Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak yang Terinfeksi Covid-19

KOMPAS.com - Akibat pandemi Covid-19, banyak gangguan kesehatan atau penyakit baru bermunculan, salah satunya memengaruhi anak dan remaja.

Penyakit itu disebut sindrom inflamasi multisistem pediatrik atau pediatric multisystem inflammatory syndrome (MIS-C), kondisi yang diyakini terkait Covid-19.

Namun, masih banyak sesuatu yang belum diketahui perihal penyakit ini.

Ahli reumatologi anak Sirada Panupattanapong, MD, dan Elizabeth B. Brooks, MD, PhD, menjelaskan apa itu MIS-C atau sindrom inflamasi multisistem pediatrik.

1. Sindrom inflamasi multisistem pediatrik mirip penyakit Kawasaki

MIS-C mencerminkan gejala-gejala penyakit langka pada masa kanak-kanak yaitu penyakit Kawasaki, yang melibatkan peradangan pembuluh darah, khususnya jantung dan arteri koroner.

Sindrom inflamasi multisistem pediatrik menyerupai penyakit Kawasaki karena dapat menyebabkan melonjaknya peradangan.

Gejala lain penyakit Kawasaki termasuk:

- Demam yang berlangsung selama 5 hari

- Mudah marah

- Mata merah tanpa sebab

- Bibir, lidah atau tenggorokan berwarna kemerahan atau pecah-pecah

- Pembengkakan atau kemerahan pada tangan atau kaki

- Kulit mengelupas, umumnya dimulai di sekitar kuku

- Ruam sebagian besar pada torso (batang tubuh atau bagian tengah tubuh), namun terkadang bisa tampak di bagian lain

- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher

Gejala sindrom inflamasi multisistem pediatrik sama dengan penyakit Kawasaki, namun disertai diare dan gejala gastrointestinal (infeksi saluran pencernaan) lainnya.

Penyakit Kawasaki biasanya menyerang anak-anak dan dianggap langka, begitu pula sindrom inflamasi multisistem pediatrik.

Beberapa anak yang mengalami sindrom inflamasi multisistem juga menunjukkan gejala toxic shock syndrome (keracunan darah akibat bakteri) dan sepsis (peradangan di seluruh tubuh karena infeksi), sakit perut, demam, serta tekanan darah rendah.


2. Berkaitan dengan Covid-19

MIS-C diperkirakan sebagai hasil dari respons sistem kekebalan tubuh terkait virus, terjadi setidaknya dua hingga tiga minggu setelah puncak infeksi Covid-19.

Sebagian besar anak yang terinfeksi virus corona tampak tidak menunjukkan gejala atau gejalanya sangat ringan.

Di Eropa dan Inggris, para pakar medis mulai melihat anak-anak dengan sindrom inflamasi multisistem biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda Covid-19 dan mendapat hasil negatif dari tes virus dan antibodi.

Namun, sindrom inflamasi multisistem pada anak terlihat setelah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di daerah tempat mereka tinggal.

Di AS, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah memasukkan kebutuhan tes Covid-19 positif atau tes antibodi positif untuk mendiagnosis MIS-C atau sindrom inflamasi multisistem.

Meski demikian, ada sebagian anak yang diduga memiliki sindrom tersebut, namun tidak dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.

Penelitian terhadap sindrom inflamasi multisistem masih berlangsung, dan pakar medis mencoba memahami dan mempelajari lebih lanjut tentang hal itu.

3. Penanganan anak dengan sindrom inflamasi multisistem

Sindrom ini tetap merupakan fenomena langka dan belum ada pengobatan standar yang ditetapkan, namun layanan penyedia kesehatan bekerja keras dan berkolaborasi dalam riset dan data.

Sebagian besar anak yang datang ke rumah sakit karena sindrom inflamasi multisistem dirawat di unit perawatan intensif.

Perawatan yang diberikan bisa meliputi steroid, oksigen, aspirin dosis tinggi dan terapi imunoglobulin intravena (terapi untuk membantu pasien yang memiliki imunitas atau kekebalan tubuh rendah).

Jika orangtua mencurigai anak sakit atau mengalami gejala sindrom inflamasi multisistem, segera hubungi dokter.

Demi membantu melindungi anak dari sindrom ini, ikuti anjuran kesehatan untuk mencegah infeksi Covid 19 dengan memakai masker wajah, jarak sosial, hindari menyentuh wajah dan mencuci tangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/23/214817920/sindrom-inflamasi-multisistem-pada-anak-yang-terinfeksi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke