Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lihat, Besarnya Potensi Bisnis Bidang Olahraga di Indonesia

“Mulai dari atlet, merchandise, makanan, berbagai konten menarik, transportasi, hospitallity.”

Hal itu disampaikan Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Sekolah Bisnis Manajemen (SBM ITB), Reza Nasution dalam webinarnya, Senin (27/7/2020).

Reza mengungkapkan, olahraga membutuhkan aktivitas manajemen. Kalau tidak dikelola dengan baik, potensinya sulit diraih.

Keynote speaker webinar tersebut, Helmi Yahya mengatakan, ada tiga hal bagaimana olahraga bisa menjadi industri.

Pertama, pertandingan harus sangat menarik. Kedua, untuk membuat pertandingan menarik dibutuhkan pemain hebat.

Ketiga, para pemain dan petarung hebat harus diberikan gaji tinggi yang didapat dari revenue.

Misalnya Michael Jordan yang menjadi ikon atlet basket kulit hitam di dunia.

Setiap pertandingannya menghasilkan revenue besar dari tiket, sponsor, dan merchandise.

“Produk nempel, iklan nempel. Seperti sekarang Korea Selatan menciptakan (artis) K-Pop dan drakor. Sehingga gadget, kosmetik, dan lainnya masuk ke sana,” tutur Helmi.

Dalam dunia sepakbola, Indonesia bisa belajar dari Liga Inggris.

Belasan tahun lalu, TV rate Liga Inggris di bawah Liga Italia. Namun kini, rating Liga Inggris sama dengan gabungan Liga Spanyol, Italia, Perancis, dan Champion.

“Kenapa jadi mahal dan banyak ditonton? Pemain dan pelatih terbaik ada di sini, mampu bayar, karena penghasilannya tertinggi di dunia nomor empat,” ungkap dia.

Penghasilan terbesar mereka dari TVR -peringkat televisi, yakni ukuran audiens, mewakili persentase populasi dasar yang menonton sebuah program.

Selama ini, penonton terbanyak televisi ada di Asia. Dan, Liga Inggris menyadari hal tersebut.

Mereka kemudian menyiarkan pertandingan mengikuti primetime Asia, sehingga rate iklan mereka bisa melambung. 

“Penonton di China lebih banyak dibanding penonton Inggris keseluruhan. Sedangkan Liga Italia dan Spanyol ngotot mengikuti primetime negaranya."

"Jatuhnya di Asia tengah malam jadi sedikit yang menonton,” ucap Helmi.

Senada dengan itu, VP of Partnership & Activation/Comercial Persib Bandung, Gabriella Witdarmono mengatakan, olahraga memang awalnya hanya menonjolkan adu otot.

Namun sekarang, atlet menjadi role model kegiatan sosial, fashion, hingga endorsement.

Di luar negeri, pendapatan dari match day hanya 15 persen. Sisanya dari merchandise, partnership, player transfer, hingga digital content.

Hal itulah yang juga ingin dikejar Persib. Setidaknya ada tiga produk dalam sport management yang dibidik.

Pertama, good service. Misal bagaimana para atlet memberikan service kepada penggemarnya dengan foto bareng.

Kemudian social ideas dan psychic benefits.

Mulai dari membentuk komunitas, membuat konten, hingga mengunggahnya.

Ketiga hal tersebut yang kemudian ditata dan dipasarkan.  “Kita harus berinovasi untuk memberikan konten yang sesuai dengan yang ingin dicapai."

"Membuat konten interaktif, sehingga penonton merasa lebih dekat dengan pemain,” ungkap dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian mengatakan, sebuah riset menyatakan, potensi liga setiap tahun mencapai Rp 1,3 triliun.

Bahkan, dia memprediksi angka ril-nya lebih dari itu.

“Industri bola seperti gunung es, yang muncul masih sedikit. Seperti Persib, Persija, Arema, Persebaya."

"Mereka memiliki brand equity seperti digital media equity, sponspor equity, customer (fans) equity,” imbuh dia.

Akhmad mengungkapkan, ada empat transformasi untuk masa depan olahraga dan hiburan.

Seperti memikirkan kembali pengalaman penggemar, dan membentuk model bisnis. Kemudian, mengefisiensikan operasional dan memberikan keamanan.

“Banyak penggemar sifatnya berbeda. Pahami apa yang mereka inginkan,” cetus Akmad.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/27/143520120/lihat-besarnya-potensi-bisnis-bidang-olahraga-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke