Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Dislipidemia, Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Sayangnya, kondisi ini masih kerap diabaikan oleh sebagian masyarakat. Padahal, dislipidemia dapat dicegah sejak dini.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenalnya lebih dalam.

Dokter Spesialis Jantung Intervensi dari Rumah Sakit Immanuel Bandung, dr. Edwin Setiabudi, Sp.PD., KKV-FINASIM menjelaskan tentang dislipidemia.

Dia menyebut, dislipidemia adalah gangguan metabolisme lemak di dalam darah yang dipengaruhi oleh empat faktor.

Empat faktor tersebut adalah tingginya kadar Trigliserida, tingginya kadar kolesterol total, tingginya kadar LDL (lemak jahat), dan rendahnya kadar HDL (lemak baik), -dibandingkan dengan angka rata-rata.

"Jadi, gangguan ini terjadi ketika salah satu dari keempat faktor, beberapa atau semuanya ditemukan."

Demikian dijelaskan dr. Edwin dalam sesi webinar bertajuk "Dislipidemia dan Hipertensi sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner serta Program Screening Kesehatan", Senin (27/7/2020).

Dislipidemia tidak menunjukkan gejala, sehingga biasanya tidak disadari dan baru terdeteksi ketika seseorang melakukan pemeriksaan darah.

Lantas, kapan idealnya harus memeriksa kadar lemak darah?

Dr. Edwin menganjurkan agar pemeriksaan kadar lemak darah dilakukan setidaknya lima tahun sekali untuk orang sehat di bawah usia 40 tahun.

Sementara bagi orang-orang di atas usia 50 tahun idealnya dilakukan setahun sekali.

"Lakukanlah medical check up atau pemeriksaan menyeluruh, termasuk kadar lemak darah tanpa ada keluhan sebelumnya," ujar dr. Edwin.

Mengonsunsi makanan dengan kadar lemak rendah bisa membantu mencegah dislipidemia.

Beberapa makanan dengan kadar lemak rendah antara lain buah-buahan, sayuran, gandum, biji-bijian, ikan, berries, dan lainnya.

Namun, bukan berarti kita hanya boleh makan makanan tersebut.

Apakah masih boleh makan goreng-gorengan jika kita berisiko mengalami dislipidemia?

Menurut dr. Edwin, pada dasarnya kita masih bisa mengonsumsi makanan yang digoreng dengan mempertimbangkan jenis minyak goreng dan mengontrol porsinya.

Jika minyak goreng yang digunakan bersumber dari nabati, seperti minyak kelapa, maka asam lemaknya adalah asam lemak tidak jenuh atau tidak mengandung kolesterol tinggi, sehingga masih diperbolehkan.

Namun, rantai asam lemak tidak jenuh akan pecah dan bisa berubah menjadi rantai asam lemak jenuh jika dipanaskan secara berulang.

Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggoreng sendiri makanan di rumah dengan menggunakan minyak kelapa sekali pakai.

"Jadi jangan menggoreng dengan minyak jelantah atau yang sudah digunakan berulang kali karena sudah merupakan asam lemak jenuh dan itu tinggi kolesterol."

"Jadi kalau mau gorengan silakan tapi goreng sendiri," ungkap dia.

Di samping itu, hal lainnya yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengontrol dislipidemia adalah melakukan aktivitas fisik rutin, menurunkan berat badan, dan berhenti merokok.

Namun, jika pemeriksaan kadar lemak darah menunjukkan angka yang mengarah ke level tidak sehat, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan saran medis, sebelum angkanya semakin tidak sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/29/120053120/mengenal-dislipidemia-faktor-risiko-penyakit-jantung-koroner

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke