Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Stres Dapat Membuat Kita Sakit?

KOMPAS.com - Tanpa disadari stres psikologis berdampak pada banyak fungsi tubuh, dan sangat mungkin kesehatan mental akan berefek pada gejala fisik.

Menurut David Cutler, MD, seorang dokter obat keluarga di Providence Saint John's Health Center, stres diketahui berkontribusi pada sakit kepala, sakit perut, tekanan darah tinggi, dan bahkan sistem kekebalan yang melemah.

Inilah yang perlu diketahui tentang hubungan antara kesehatan mental dan kesehatan fisik, dan cara mengelola stres agar tetap sehat.

Stres dapat meningkatkan risiko jatuh sakit

Ketika kita stres, sistem kekebalan tubuh tidak akan berfungsi juga. Itu karena stres menyebabkan tubuh melepaskan hormon, seperti adrenalin, dopamin, norepinefrin, dan kortisol, yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk membuat limfosit - sel darah putih yang membantu melawan virus atau bakteri berbahaya.

Faktanya, penelitian telah menemukan bahwa stres kronis dapat membuat kita lebih rentan terserang penyakit, seperti flu.

Dalam sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences (PNAS), para peneliti melakukan wawancara stres pada 276 orang dewasa yang sehat dan kemudian memaparkan mereka pada virus yang menyebabkan flu.

Setelah memantau mereka di karantina selama lima hari, para peneliti menemukan bahwa stres kronis dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan mengembangkan pilek ketika terkena virus.

Bagaimana tubuh dan sistem kekebalan tubuh merespons stres tergantung pada banyak faktor, termasuk apakah stres itu akut atau kronis.

“Stres akut adalah bagian normal dari kehidupan sehari-hari. Begitulah cara tubuh merespons ancaman di lingkungan, dan itu diperlukan untuk bertahan hidup,” kata Cutler.

Kamu mungkin mengalami stres akut ketika terjebak dalam kemacetan lalu lintas atau terlambat untuk pertemuan penting.

Sebagian besar, stres akut ini dapat ditangani dan tidak menyebabkan gejala fisik yang bertahan lama.

Namun, jika kamu sering mengalaminya atau terus-menerus di bawah tekanan, itu dapat menjadi kronis dan merusak fungsi tubuh, seperti sistem kekebalan tubuh.

"Jika itu terjadi sangat singkat, lalu pergi, mungkin tidak ada efek pada sistem kekebalan tubuh," kata Cutler.

"Tetapi jika ada kortisol yang dilepaskan secara kronis selama berhari-hari dan berminggu-minggu, itu sangat mungkin dapat merusak sistem kekebalan tubuh."

Bagaimana kesehatan mental mempengaruhi kesehatan fisik

Ketika kita tiba-tiba mengalami stres, misalnya saat harus menginjak rem mendadak untuk menghindari kecelakaan, otot di tubuh kita menegang dan kemudian lepas begitu ketegangan berlalu.

Tetapi ketika kita berada di bawah tekanan untuk waktu yang lama, maka otot-otot itu akan tetap tegang, yang kemudian dapat memicu sakit kepala dan nyeri otot, demikian menurut American Psychological Association.


Stres kronis dan kesehatan mental yang buruk dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan fisik jangka panjang, di antaranya berikut ini:

1. Penyakit kardiovaskular

Melepaskan adrenalin saat stress, menyebabkan detak jantung meningkat dan meningkatkan tekanan darah.

Seiring waktu, ini dapat memberi tekanan ekstra pada jantung dan membahayakan arteri , sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan serangan jantung.

2. Masalah gastrointestinal

Stres dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke perut, yang dapat menyebabkan kram, kembung, radang, dan kurang nafsu makan.

3. Kualitas tidur buruk

Stres dapat membuat orang sulit untuk tertidur atau tertidur dalam waktu lama. Masalahnya, tidak mendapatkan tidur yang cukup dapat memperburuk masalah kesehatan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.


Cara mengelola stres dan tetap sehat

Menurut Cutler, stres berkepanjangan dapat berkaitan dengan banyak komplikasi kesehatan, seperti sistem kekebalan yang melemah dan peningkatan risiko penyakit jantung, sehingga semakin baik kita mampu mengelola stres, semakin baik kesehatan seluruh tubuh.

"Secara umum, orang-orang yang mampu mengatasi stres dengan lebih baik adalah mereka yang tetap fokus pada apa yang sedang terjadi saat ini, ketimbang mereka yang memikirkan apa yang terjadi di masa lalu yang membuat segala sesuatunya berbeda, atau apa konsekuensinya di masa depan,” kata Cutler.

Tiga cara yang terbukti ampuh untuk mengurangi stres:

1. Olahraga rutin

Penelitian telah menunjukkan, aktivitas fisik dapat meningkatkan suasana hati, meredakan ketegangan, dan mengurangi gejala kecemasan dan depresi.

Hanya 30 menit olahraga intensitas rendah hingga sedang setiap hari, seperti berjalan, dapat menstabilkan suasana hati dan meningkatkan kualitas tidur - belum lagi manfaat tambahan untuk kesehatan fisik, terutama dalam mencegah atau mengelola penyakit kardiovaskular.

2. Meditasi

Menurut Pusat Nasional untuk Kesehatan Pelengkap dan Integratif, meditasi dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi, dan juga dapat membantu meringankan beberapa efek fisik dari stres seperti sakit kepala dan sulit tidur.

Ada banyak jenis meditasi, tetapi meluangkan beberapa menit setiap hari untuk fokus pada napas, bisa menjadi langkah awal yang baik.

"Apa pun yang menempatkan kita dalam keadaan sadar untuk hanya menerima apa yang sedang terjadi, mengikhlaskan segala sesuatu yang di luar kendali, melepaskan harapan, dan hanya berada di masa sekarang," kata Cutler.

3. Mencari bantuan profesional

Bekerja dengan psikolog atau terapis dapat membantu mengembangkan strategi relaksasi atau pernapasan, jika memang tidak dapat mengelola stres sendiri.

Bicara dengan konselor berlisensi dapat mengurangi gejala kecemasan dan berkontribusi pada perbaikan kesehatan jangka panjang, demikian menurut tinjauan studi penelitian oleh American Psychological Association.

"Seorang psikolog atau terapis yang terlatih secara profesional dapat membantu membimbing Anda melalui proses ini," kata Cutler.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/03/104409520/benarkah-stres-dapat-membuat-kita-sakit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke