Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Orang Indonesia Lebih Memilih Berobat ke Luar Negeri?

Perjalanan di awal tahun 2019 itu terjadi karena dia harus mengantar orangtuanya ke RS Mount Elizabeth, agar bisa melakukan pemeriksaan jantung. 

“Bapakku operasi jantung di Singapura tahun lalu. Kenapa Singapura? Karena yakin aja sama pengobatan di sana,” ujar Farhan mengenang kejadian tersebut.  

Ketertarikan Farhan datang dari testimoni beberapa teman dan kolega ayahnya yang sukses menjalankan operasi serupa di sana.

Sedangkan, beberapa teman ayahnya yang lain harus kecewa dengan pelayaan rumah sakit di Indonesia. Salah satunya karena kepastian diagnosa.

Pengalaman Farhan ini tentu pernah dialami banyak orang lain di Indonesia.

Buktinya, Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, spending orang Indonesia untuk berobat di Singapura dan Malaysia mencapai 3-5 miliar dollar AS.

“Banyak uang yang keluar karena kita tidak punya industri kesehatan yang bagus.”

Begitu kata Budi dalam Webinar Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), Senin (10/8/2020) pagi.

Budi menjelaskan, industri kesehatan Indonesia tidak mandiri, karena 90 persenan bahan baku obat dan alat kesehatan masih impor.

Tahun 2014 misalnya, impor alkes mencapai 750 juta dollar AS. Sedangkan bahan baku farmasi 1,3 miliar dollar AS yang diimpor dari China dan India.

Demi membangun industri kesehatan, Kementerian BUMN melakukan transfrormasi membentuk holding RS BUMN.

Pada tahap II awal Agustus 2020, sudah ada 4.200 bed hasil penggabungan. Pada fase selanjutnya, bed yang dimiliki gabungan RS BUMN menjadi 7.500 bed.

Dengan jumlah tersebut, RS BUMN ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia dengan jaringan yang luas.

Fathema Djan Rachmat, Direktur Utama PT Pertamina Bina Media IHC, Holding Rumah Sakit BUMN ikut memberikan penjelasan.

Menurut dia, setidaknya ada dua alasan utama masyarakat memilih berobat ke luar negeri.

Pertama, kepastian untuk sembuh. Hal ini bisa dilihat dari outcome yang terukur.

Lalu, kedua, kurangnya sumber daya manusia.

“Jumlah dokter spesialis di Indonesia teredah di Asia Tenggara, hanya ada lima dokter spesialis untuk 1.000 orang."

"Jauh dari nilai ideal WHO, 23 dokter untuk 100 orang,” tutur dia.

Selanjutnya, akan ada berbagai perbaikan pelayanan, SDM, ataupun sistem operasional.

Fathema mengaku pihaknya akan memaksimalkan penggunaan big data hingga artificial intellegent terkait permasalahan ini.

Salah satunya dengan pengembangan diagnostic tools, layanan darurat, hingga pembentukan e-medical record, sehingga RS jaringan bisa saling menarik data.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/10/160157820/mengapa-orang-indonesia-lebih-memilih-berobat-ke-luar-negeri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke