Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Cegukan Jadi Gejala Baru Infeksi Covid-19?

KOMPAS.com - Setiap hari, semakin banyak orang terinfeksi Covid-19, dan tanda atau gejala baru terkait penyakit ini terus bermunculan.

Baru-baru ini, cegukan dilaporkan sebagai salah satu gejala infeksi Covid-19, namun tidak masuk ke dalam gejala resmi Centers for Disease Control and Prevention.

Sebab, hanya ada satu studi kasus cegukan yang terkait Covid-19, menurut dokter darurat bersertifikat Mitchell Li, M.D., pemilik Thrive Direct Care di Chicago, AS.

Dr. Li mengatakan, pasiennya tidak mengalami cegukan. Namun, ia mengatakan orang-orang di komunitas Facebook melaporkan gejala tersebut.

Menurutnya, hingga saat ini, belum ada bukti kuat untuk menambahkan cegukan ke dalam daftar gejala Covid-19.

Apakah cegukan merupakan pertanda terinfeksi virus corona?

Seorang pria berusia 62 tahun dilarikan ke unit gawat darurat setelah mengalami cegukan selama empat hari, menurut laporan yang diterbitkan dalam The American Journal of Emergency Medicine pada bulan Juli.

Metode CT scan (pemeriksaan kondisi tubuh seseorang dengan sinar X-ray) mengungkap adanya kelainan pada paru-paru pasien tersebut.

Pasien juga mengalami demam, dan tes virus corona menunjukkan pria itu terinfeksi Covid-19.

Menurut Dr. Li, studi ini diterbitkan karena kasusnya tidak biasa.

Namun, iritasi paru-paru yang disebabkan oleh Covid-19 bisa memicu cegukan secara terus-menerus, kata Neal Shipley, M.D., dari Northwell Health-GoHealth Urgent Care.

"Cegukan pada dasarnya adalah kejang yang terjadi ketika saraf frenikus (saraf yang mengendalikan otot diafragma) mengalami iritasi," kata Dr. Shipley.

Sehingga, iritasi dapat menyebabkan cegukan terus-menerus. Namun tidak semua kasus cegukan perlu dicemaskan.

"Kita hanya perlu berhati-hati dengan anggapan bahwa cegukan sama dengan Covid-19," ujar Dr. Shipley.


Penyebab cegukan terus-menerus

Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan cegukan, namun penyebab umumnya adalah masalah gastrointestinal, seperti refluks asam, kata Dr. Shipley.

Refluks asam adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan yang menimbulkan sensasi seperti terbakar, sehingga dapat menyebabkan perut mulas.

Namun, masalah gastrointestinal bisa jadi merupakan efek samping dari konsumsi obat-obatan tertentu.

Dr. Li menyarankan, kita harus bertemu dokter jika tidak dapat menghentikan cegukan selama lebih dari 48 jam.

"Jika seseorang datang dengan mengalami cegukan selama empat hari, saya tidak akan mengabaikannya," tuturnya.

Cegukan kronis bisa menjadi tanda masalah yang mendasari seperti tumor, diabetes, atau gangguan gastrointestinal, demikian menurut Mayo Clinic.

Namun, jika kita terpapar virus corona, tidak menerapkan jarak sosial, atau menunjukkan gejala lebih umum seperti batuk dan demam, Dr. Shipley menganjurkan untuk segera menjalani tes Covid-19.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/14/153446120/benarkah-cegukan-jadi-gejala-baru-infeksi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke