Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Hubungan Menemui Jalan Buntu, Apa Yang Bisa Kita Lakukan?

KOMPAS.com - Ada kalanya kamu dan pasangan tidak bisa mencapai kata sepakat untuk topik tertentu. Misalnya menentukan siapa yang mengerjakan pekerjaan rumah, atau bagaimana cara mendidik anak dengan baik.

Jika sudah demikian, hal itu bisa menjadi jalan masalah dan akan menimbulkan konflik dalam hubungan kita.

Menurut terapis hubungan Esther Perel, kebuntuan hubungan bisa sulit dipecahkan karena pasangan keliru memahami akar masalahnya.

Hubungan yang menemui jalan buntu dipicu perasaan rentan

Perel mengatakan, penting bagi kita menyadari akar masalah sebenarnya.

Seringkali, perbedaan pendapat membuat pasangan merasa rentan, kata Perel, dan itu bisa menyebabkan mereka bersikap defensif sehingga nyaris tidak mungkin untuk menyelesaikan masalah.

"Saat hubungan dalam kondisi buntu, masa lalu pun bisa diungkit-ungkit, lalu persoalan menjadi makin runyam," kata Perel.

Dia memberikan contoh pasangan yang tidak setuju mengenai siapa yang mendapat tugas A dan tugas B, dan salah satu terus-menerus bertanya kepada pasangannya, "Mengapa saya melakukan tugas itu?"

"Ketika pasangan berdebat soal pekerjaan, entah mencuci piring, mencuci pakaian, apa pun itu, maka pembicaraan bisa melebar soal apa yang sudah kamu perbuat untukku dan memperdebatkan lagi siapa yang lebih berjasa," kata Perel.

Kebuntuan dalam hubungan ini bisa berasal dari perasaan tidak dihargai di masa kanak-kanak atau hubungan sebelumnya.

Cari tahu mengapa pasangan merasa defensif

Untuk menghentikan pertengkaran berulang tentang pekerjaan rumah, mengasuh anak, atau mengatur anggaran, kedua belah pihak harus berusaha memahami perasaan rentan satu sama lain dan soal perasaan sensitif mereka mengenai topik yang sedang dibahas.

Perel menyebut, salah satu cara untuk mengurangi ketegangan dan lebih produktif adalah mengingat bahwa tidak ada sisi yang benar atau salah.

"Setelah kamu dan si dia memahami tujuan utamanya adalah mengerti perasaan pasangan, maka itu mengubah seluruh cara berkomunikasi," kata Perel.

Jelaskan mengapa kita bersikap defensif

Jika kita marah atau kesal karena suatu masalah tertentu, Perel menyarankan untuk memikirkan mengapa kita merasa "diserang", dan menyampaikannya kepada pasangan kita.

Misalnya, jika pasangan tidak membantu kita mencuci pakaian, jelaskan kepadanya hal itu membuat kita merasa sendirian dan mengingatkan kita dalam hubungan sebelumnya di mana kita tidak dihargai.

Ia mengatakan, cara tersebut memungkinkan kita mendiskusikan masalah tanpa mengasingkan pasangan dan terjebak dalam kebuntuan.


https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/15/191611820/hubungan-menemui-jalan-buntu-apa-yang-bisa-kita-lakukan

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke