Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Detak Jantung Terlalu Lambat, Perlukah Khawatir?

KOMPAS.com - Salah satu cara tercepat dan termudah untuk mengukur kesehatan jantung kita adalah memeriksa detak jantung saat istirahat atau resting heart rate (RHR).

Detak jantung kerap digunakan sebagai tolak ukur untuk beberapa kondisi, seperti tekanan darah, stres, dan kurang tidur.

Saat beristirahat, detak jantung kita akan lebih lambat dibandingkan ketika kita melakukan aktivitas, dan ini bervariasi antara satu orang dengan orang lain.

Lalu, bagaimana jika detak jantung saat istirahat terlalu lambat? Perlukah kita khawatir akan hal itu?

"Secara umum, detak jantung saat istirahat seseorang dikatakan normal jika berada antara 60-100 beat per minute (BPM)," kata Dr. Brian Mikolasko, direktur medis di Warren Alpert Schools of Medicine di Brown University.

"Ada banyak faktor berbeda yang memengaruhi detak jantung saat istirahat bagi setiap individu, dari tingkat kebugaran hingga usia dan lingkungan."

Detak jantung saat istirahat yang normal bervariasi pada anak kecil. Hingga berusia satu bulan, detak jantung anak berkisar dari 70-190 BPM.

Batas atas rentang detak jantung anak menurun perlahan di usia 9 tahun, antara 70-110 BPM. Memasuki usia 10 tahun ke atas, detak jantung saat istirahat berada di kisaran 60-100 BPM.

Detak jantung saat istirahat di angka 38 atau 42 BPM identik pada pelari ketahanan atau atlet triatlon, namun angka itu tergolong lambat bagi seseorang yang melakukan olahraga biasa.

Sebelum beraktivitas di pagi hari, ada baiknya kita mengukur detak jantung saat istirahat, karena angkanya akan berubah selama kita berolahraga.

American Heart Association (AHA) menyatakan, detak jantung maksimum selama olahraga kira-kira setara dengan 220 bpm dikurangi usia, yang merupakan salah satu metode mendasar untuk memperkirakan batas atas detak jantung seseorang.

Pengukuran detak jantung berdasarkan usia mudah digunakan, tetapi belum tentu cocok bagi setiap orang, karena banyak faktor yang memengaruhi keakuratannya.

Ditambah lagi, detak jantung maksimal bervariasi secara signifikan pada orang-orang dengan usia yang sama.

Karena itu, American College of Sports Medicine menyarankan formula berbasis usia dengan standar deviasi (penyimpangan) yang lebih rendah, misalnya formula Gelish: 207 - (0,7 x usia) atau formula Tanaka: 208 - (0,7 x usia).

Kisaran normal detak jantung saat istirahat adalah 60-100 BPM, sehingga detak jantung di bawah 60 BPM dinilai lambat dan sering disebut sebagai bradikardia (detak jantung di bawah normal).

"Bukan hal aneh bagi orang sehat yang melakukan aktivitas ketahanan untuk mengalami bradikardia, berdasarkan peningkatan vagal tone dari latihan yang menekan detak jantung."


Begitu kata William O. Roberts, MD, profesor di Department of Family Medicine and Community Health di University of Minnesota.

Vagal tone mengacu pada aktivitas saraf vagus dan komponen mendasar cabang parasimpatis dari sistem saraf.

Cabang dari sistem saraf ini tidak berada di bawah kendali kesadaran dan bertanggung jawab atas pengaturan beberapa bagian tubuh saat beristirahat.

"Latihan juga meningkatkan ukuran jantung sehingga dapat mendorong keluarnya volume darah yang lebih besar ke tubuh dengan setiap kontraksi," tutur Roberts.

Ia menjelaskan, detak jantung lebih lambat pada jantung seseorang saat beraktivitas menghasilkan volume darah yang sama seperti detak jantung lebih cepat pada jantung seseorang yang tidak beraktivitas.

Selain itu, mengurangi atau menghentikan latihan ketahanan reguler akan membalikkan kedua efek tersebut, sehingga pelari yang tidak dapat berolahraga karena sakit atau cedera harus melakukan latihan setelah pemulihan, katanya.

Waktu yang tepat untuk pergi ke dokter

Jika kita khawatir detak jantung saat istirahat terlalu lambat, segera konsultasi kepada dokter.

Dr. Mikolasko merekomendasikan agar kita memeriksakan diri ke dokter jika detak jantung saat istirahat secara konsisten berada di bawah 60 BPM.

"Ini jelas sesuatu yang dapat kita tangani dengan dokter selama pemeriksaan fisik tahunan, dan mereka bisa memberi tahu kita bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya.

Detak jantung yang lambat juga bergantung pada faktor lainnya. Sangat umum bagi orang yang sering berolahraga untuk merasa pusing saat berubah dari posisi jongkok ke berdiri, menurut Roberts.

Jika kita dalam posisi duduk atau jongkok untuk waktu lama, berdiamlah sejenak untuk membiarkan darah mencapai otak kita.

Apabila mengalami gejala seperti detak jantung tidak teratur, pusing, nyeri dada, pingsan, atau sesak napas, kita harus memeriksakan diri ke dokter.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/20/104500620/detak-jantung-terlalu-lambat-perlukah-khawatir-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke