Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Anak Ngompol Lagi dan Bagaimana Mengatasinya?

Sekitar 5-7 juta anak mengompol -di mana anak laki-laki cenderung lebih banyak. Demikian data yang dikutip dari American Family Physician.

Namun kondisi ini tak perlu membuat orangtua stres, atau bahkan memojokkan serta mempermalukan anak.

Terlebih, jika anak sudah lama lepas dari popok sekali pakai, dan tiba-tiba kembali mengompol lalu, hingga mengotori kasur.

Nah, untuk lebih memahami mengapa anak-anak mengompol, dan bagaimana membantu mengatasinya, berikut ini adalah rangkuman pendapat dari dokter.

Mengapa mengompol kembali terjadi?

Menurut Dr. Matthew Ruderman, Ph.D., -psikolog klinis berlisensi di Pusat Pengembangan Anak dan Keluarga Providence Saint John, ada dua jenis enuresis.

“Enuresis primer adalah ketika anak tidak mengompol di malam hari (sejak usia muda),” kata dia.

"Ini sering dikaitkan dengan riwayat masalah keluarga, keterlambatan perkembangan, atau masalah fisiologis, meskipun faktor psikologis mungkin berperan,” sambung dia.

Misalnya, kandung kemih anak mungkin terlalu kecil untuk menampung jumlah urin yang diproduksi.

Atau, otot yang berkontraksi di kandung kemih mungkin lebih kuat daripada otot yang menahan urin.

Bisa pula karena ketidakseimbangan hormon, atau kondisi tertentu dari kandung kemih, hingga kemungkinan ada infeksi saluran kemih.

Lalu yang kedua adalah enuresis sekunder, yakni kekambuhan mengompol setelah satu tahun atau lebih mampu mengontrol kandung kemih, dan tidak mengompol di malam hari.

"Ini lebih mungkin terkait dengan tekanan emosional, seperti depresi, kecemasan, gangguan hiperaktif defisit perhatian, trauma, atau pelecehan," kata Ruderman.

Dalam kasus yang terakhir, Dr. Fran Walfish, psikoterapis keluarga dan hubungan, yang juga penulis "The Self-Aware Parent", mengatakan, dia sering mendapatkan pasien anak yang mengalami kecemasan.

“Banyak anak yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi di siang hari sering kali 'melepaskan' dan bersantai saat tidur, lalu mengompol,” kata Walfish.

“Dalam beberapa kasus, saya merawat sejumlah anak laki-laki hingga usia delapan tahun yang masih mengalami 'kecelakaan' mengompol,” imbuhnya.

Ada kepercayaan di antara beberapa profesional, hal ini mungkin terjadi pada anak-anak tertentu.

Misalnya, penyandang ADHD (anak yang sulit memusatkan perhatian), atau anak-anak ini memang tidak ingin berhenti dari aktivitasnya, dan lantas menahan kencing terlalu lama.

Jika anak mengompol, baik Ruderman maupun Walfish menyarankan keluarga harus berkonsultasi dengan dokter.

Selain itu, mereka merekomendasikan beberapa strategi yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu membimbing anak mereka saat kembali mengompol.

Jangan pernah malu

“Orangtua tidak boleh membuat keributan besar, mengkritik atau menghukum anak karena mengompol,” kata Walfish.

Sementara Ruderman menyarankan orangtua untuk tetap memberikan dukungan.

“Memastikan anak tahu mengompol bukanlah kesalahan mereka dan hindari kesalahan dan hukuman,” ucap dia.

Pastikan anak mendapatkan asupan cairan yang cukup sepanjang hari.

Hal ini dapat membantu anak meningkatkan kapasitas kandung kemih dan memungkinkan anak-anak mengenali perasaan kandung kemih penuh, dan perlu ke kamar kecil.

“Anak-anak yang tidak minum sepanjang hari mungkin kelebihan cairan setelah sekolah dan di malam hari, maka risiko mengompol di malam hari pun jadi membesar,” kata Ruderman.

Selain itu, kafein harus dihindari sebelum tidur karena bersifat diuretik.

Gunakan sistem penghargaan

Beri anak-anak stiker dan bimbing anak untuk mengosongkan kandung kemih sebelum waktu tidur dan minum cairan sepanjang hari.

"Bimbingan harus dilakukan untuk (anak) tetap berpegang pada rutinitas, tidak harus langsung meminta anak tidak mengompol di malam hari,” kata Ruderman.

Biarkan anak membantu bersih-bersih

Mintalah anak berpartisipasi dalam pembersihan diri sehingga ia memahami bagaimana sulitnya membereskan bekas ngompolnya sendiri.

Buat dia mandiri. Anak dapat melepas seprai yang basah dan membantu meletakkan seprai bersih yang baru di tempat tidur.

Dia juga bisa menggunakan tisu untuk membersihkan diri dan memakai piyama baru.

“Ini akan memotivasi dia untuk menggunakan toilet karena lebih sedikit pekerjaan,” kata Walfish.

Gunakan obat hanya sebagai pilihan terakhir

Kadang-kadang dokter mengobati enuresis dengan obat-obatan, meskipun ini biasanya bukan tindakan pertama yang akan dilakukan dokter.

"Karena belum ada obat yang terbukti dapat menyembuhkan mengompol secara permanen,” kata Ruderman.

Selain itu, mengompol sering berlanjut saat pengobatan dihentikan.

Dia menyarankan psikoterapi, khususnya jika mengompol dikaitkan dengan faktor psikologis seperti kecemasan, trauma, pelecehan, dan gangguan kurang perhatian dan hiperaktif.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/15/123937320/mengapa-anak-ngompol-lagi-dan-bagaimana-mengatasinya

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke