Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berita Bunuh Diri Bisa Memancing Niat Bunuh Diri Orang Depresi

KOMPAS.com -  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga sudah mengingatkan krisis kesehatan mental yang terjadi secara global akibat dari pandemi Covid-19, seperti kecemasan, stres, hingga depresi.

Jika tidak ditangani, kondisi depresi berat bisa memicu seseorang untuk bunuh diri, apalagi ketika seseorang yang sedang terpuruk itu membaca berita-berita seputar bunuh diri.

Pemberitaan yang masif tentang bunuh diri, bahkan sampai diuraikan cara-caranya, ternyata dapat memancing keinginan seseorang untuk melakukan hal yang sama.

"Ada peningkatan pelaporan bunuh diri secara besar-besaran saat kasus bunuh diri Chester Bennington dan Jong Hyun dimuat di media sosial," kata Founder & Adviser komunitas pencegahan bunuh diri Into The Light, Benny Prawira Siaw dalam diskusi Panduan Pelaporan Berita Bunuh Diri dan Kesehatan Mental" yang diadakan secara virtual pada Kamis (8/10/2020).

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Facebook, Moira Burke, juga menemukan kaitan antara pemberitaan bunuh diri dengan keinginan bunuh diri seseorang.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Burke bekerja sama dengan rekannya Farshad Kooti dan 
Steven Sumner dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), ditemukan fenomena serupa di banyak negara.

"Di saat aktor Robin Williams bunuh diri, kasus bunuh diri di AS meningkat 10 persen dalam waktu lima bulan setelah aktor tersebut bunuh diri. Sebanyak 32 persen kenaikan angka bunuh diri menggunakan pola yang sama," katanya dalam acara yang sama.

Burke dan timnya menyimpulkan, jika pemberitaan bunuh diri yang tepat bisa mengurangi risiko penambahan angka bunuh diri.

"Pemberitaan yang tepat bisa mengubah persepsi masyarakat, mematahkan mitos yang beredar, dan menjelaskan kompleksitas isu tersebut ke publik."

Para ahli di bidang pencegahan bunuh diri mengembangkan panduan bersama beberapa pihak terkait pemberitaan bunuh diri.

1. Elemen berbahaya

- Menggambarkan metode dan lokasi bunuh diri

- Membagikan isi surat bunuh diri

- Menceritakan informasi pribadi tentang orang yang sudah meninggal dunia

- Pemberitaan yang sensasional

2. Elemen pencegahan, sebaiknya dalam berita disertakan:

- Menyertakan informasi mengenai layanan bantuan atau hotline

- Menampilkan pilihan penanganan

- Menjelaskan bagaimana seseorang bisa membantu

- Menyertakan kisah seseorang yang dapat mengatasi pikiran bunuh diri


"Dari temuan kami, sebagian besar berita bunuh diri menyertakan elemen berbahaya, seperti nama individu yang bunuh diri. Jarang yang menyertakan elemen pencegahan," lanjut Burke.

Kemudian, hanya 16 persen dari berita terpopuler mengenai bunuh diri yang mencantumkan layanan bantuan.

Namun, kata Burke, artikel atau berita yang menggunakan bahasa yang aman dan tidak sensasional justru mendapat interaksi tinggi di Facebook.

"Artikel yang sesuai panduan mendapat interaksi lebih tinggi, dan berpeluang di-share sebesar 19 persen."

Media sosial

Selain di media konvensional, konten yang dibagikan seseorang di media sosial seperti Instagram dan Facebook dapat berdampak negatif dan dinilai secara berbeda oleh setiap orang.

"Kami memberikan peringatan kepada pengguna untuk beberapa konten yang kita nilai mengganggu atau sensitif," ucap Head of Safety Instagram Vaishnavi J.

Ia menambahkan, Instagram juga memiliki berbagai fitur yang dapat melindungi keamanan penggunanya. Fitur itu antara lain profil privat untuk membatasi siapa saja yang bisa melihat unggahannya, melaporkan unggahan berupa perilaku sensitif, blokir, hingga mengontrol komentar.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/08/165839620/berita-bunuh-diri-bisa-memancing-niat-bunuh-diri-orang-depresi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke