Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Disepelekan, Sariawan pada Anak Bisa Berbahaya

KOMPAS.com - Sariawan adalah kondisi peradangan yang terjadi di dalam rongga mulut dan biasa muncul di area seperti pada pipi atau bibir bagian dalam, lidah, langit-langit mulut, gusi, hingga dasar rongga mulut.

Kondisi ini kerap disepelekan. Padahal, jika terjadi pada anak dan dibiarkan berlarut, sariawan bisa mengganggu tumbuh kembang anak.

Apalagi, bayi atau anak yang masih belum bisa bicara belum bisa menyampaikan keluhannya secara utuh kepada orang dewasa.

Pada anak yang belum bisa bicara, mogok makan bisa menjadi tanda awal ada yang terjadi di dalam mulut anak, termasuk kemungkinan mengalami sariawan.

"Jika sariawan terjadi pada anak, apalagi bayi, akan memengaruhi kualitas kehidupan mereka," ungkap dr. Herwanto, Sp.A dari RS Mitra Keluarga Kalideres dalam media webinar bersama Kalbe, Kamis (15/10/2020).

Nyeri yang dirasakan ketika sariawan akan menyebabkan anak kesulitan makan dan minum, bahkan berbicara.

Jika dibiarkan berlarut, situasi ini dapat mengganggu asupan nutrisi anak, membuatnya lemas, kekurangan cairan, dan pada akhirnya memengaruhi tumbuh kembangnya.

Pertolongan pertama sariawan pada anak
Sariawan minor (ukuran kurang dari 1 cm) adalah jenis sariawan yang paling banyak terjadi. Namun, jika dibiarkan berlarut dapat berkembang menjadi sariawan mayor yang ukurannya lebih besar dari 1 cm, bisa lebih banyak dari tiga buah, dan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama.

Beberapa langkah pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada sariawan minor pada anak, antara lain:

1. Jika tidak memiliki obat sariawan di rumah, usahakan untuk memperbaiki hidrasi anak dengan memberikan banyak minum. Sebab, sariawan akan menurunkan keinginan makan dan minum anak, sehingga anak berpotensi kekurangan nutrisi dan dehidrasi.

2. Jika sariawan disertai nyeri, berikan obat anti nyeri dalam bentuk paracetamol yang bebas dijual di apotek. Pada bayi, gunakan produk oles agar tepat sasaran dan bisa bertahan cukup lama. Pada anak yang sudah cukup besar dan bisa diberi arahan (4 tahun ke atas), berikan obat sariawan berbentuk semprotan. Hindari obat oles yang memungkinkan jari masuk terlalu dalam ke rongga mulut anak dan berpotensi memberi refleks muntah yang menimbulkan trauma. Jika anak sudah lebih besar dan remaja, berikan obat bentuk kumur.

3. Bagi anak yang sudah berusia cukup besar, arahkan agar menjaga kebersihkan mulut sehingga tidak terjadi infeksi pada sariawan yang mereka alami.

4. Sesuaikan bentuk makanan. Orangtua bisa memberikan anak bentuk makanan cair seperti sop atau makanan berkuah lainnya, atau makanan bertekstur lunak seperti bubur sehingga makanan tidak sakit ketika terkena sariawan.

5. Pengobatan alami juga bisa menjadi opsi penanganan pertama, misalnya dengan mengoleskan lidah buaya. Namun, jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihannya dan hindari mengoleskan lidah buaya yang belum dibersihkan ke dalam rongga mulut.

Kapan harus ke dokter?
Beberapa kondisi membuat penderita sariawan perlu pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, yakni:

  • Jika ukurannya menjadi lebih besar dan menjadi sariawan mayor.
  • Jika sariawan malah terus bermunculan, serta semakin besar dan lebar meski sudah diberi obat.
  • Terjadi lebih dari dua minggu. Sariawan mayor bisa terjadi hingga empat minggu, dan kondisi itu perlu diperiksa oleh dokter.
  • Jika nyerinya tidak teratasi meski sudah minum obat pereda nyeri, dan
  • Jika sariawan sangat mengganggu rutinitas makan dan minum, bahkan menimbulkan demam.

"Jika hal-hal ini terjadi pada anak, kita harus segera membawanya ke dokter," ungkap dr. Herwanto.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/15/174307520/sering-disepelekan-sariawan-pada-anak-bisa-berbahaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke