Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sadari, Sederet Dampak Buruk Menatap Layar Terlalu Lama

Terlebih di tengah masa pandemi Covid-19, durasi menatap layar tentu semakin bertambah. 

Sebab, tak hanya permainan dan hiburan, kegiatan belajar mengajar, rapat dan seminar pun digelar secara online, sehingga mengharusnya banyak orang menatap layar. 

Nah, menatap layar terlalu lama ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan emosi. Sementara, bagi anak-anak, kebiasaan ini juga memengaruhi perkembangan otak. 

Berdasarkan data yang dilansir laman Insider, di Amerika Serikat, anak berusia 8-12 tahun menghabiskan waktu rata-rata 4-6 jam per hari untuk melihat layar.

Sementara, anak remaja menghabiskan waktu sekitar sembilan jam per hari. Kemudian, orang dewasa memakai waktu rata-rata lebih dari 10,5 jam setiap hari.

Tidak ada panduan pasti mengenai berapa banyak screentime yang direkomendasikan bagi orang dewasa.

Namun, para ahli memiliki rekomendasi tersendiri dengan menentukan waktu menatap layar bagi anak-anak berdasarkan usia mereka.

0-18 bulan

Bayi di bawah usia 18 bulan tidak dianjurkan menatap layar perangkat elektronik, kecuali di saat mereka sedang melakukan panggilan video dengan anggota keluarga.

"Disarankan untuk fokus pada aktivitas seperti bermain, membaca, dan interaksi antara orang tua dan anak."

Demikian menurut Angela Mattke, MD, dokter anak di Mayo Clinic Children's Center.

18-24 bulan

Pada usia ini, anak dapat menatap layar selama beberapa saat, namun harus dibatasi konten tertentu -misalnya pendidikan, dengan pengawasan orangtua atau pengasuh.

"Kami menyarankan orangtua atau pengasuh fokus menyediakan program dan aplikasi berkualitas tinggi bagi anak," kata Mattke.

2-5 tahun

Pada tahap ini, anak dapat menatap layar untuk konten-konten lain di luar pendidikan, namun harus dibatasi.

American Academy of Child & Adolescent Psychiatry merekomendasikan anak tidak menatap layar lebih dari satu jam pada hari kerja dan tiga jam pada akhir pekan.

Lebih dari 5 tahun

Menurut Mattke,  tidak ada pendekatan general berapa banyak durasi menatap layar yang sehat bagi anak yang berusia di atas lima tahun dan orang dewasa, 

Aturan dasar bagi anak di atas lima tahun adalah, waktu menatap layar tidak boleh mengganggu proses belajar mengajar, serta hubungan sosial dengan teman sebaya dan keluarga.

Lalu, aktivitas dengan layar juga tak boleh mengganggu aktivitas fisik, tidur, atau kesehatan mental.

Namun, yang perlu dicermati juga adalah, menatap layar terlalu lama dapat merusak kesehatan fisik dan mental, dengan berbagai cara. 

1. Perilaku dan masalah belajar pada anak

Memutarkan acara televisi atau video YouTube untuk anak dapat membuat mereka tenang.

Namun, terlalu lama pun dapat menyebabkan masalah perilaku pada anak.

"Menonton acara televisi secara berlebihan dikaitkan dengan perlambatan dalam kognisi, bahasa, dan perkembangan sosial-emosional," ujar Mattke.

Studi pada tahun 2015 menemukan, anak berusia dua tahun yang menonton televisi lebih dari tiga jam per hari mempunyai kemungkinan tiga kali lipat mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa.

Capaian tersebut dibandingkan dengan anak yang menonton kurang dari satu jam.

Kemungkinan anak bisa mempelajari sesuatu lebih mudah melalui interaksi dengan orang lain dan obyek lain, dibandingkan menatap layar.

Terlalu lama menatap layar juga dapat berbahaya bagi kesehatan mental anak-anak dan remaja.

Studi pada tahun 2018 mengungkap, remaja yang menatap layar selama tujuh jam atau lebih per hari mempunyai kemungkinan dua kali lipat didiagnosis dengan depresi atau kecemasan.

Lagi-lagi, catatan itu dibandingkan dengan mereka yang menatap layar kurang dari satu jam.

Mattke menjelaskn, jenis media yang dilihat anak juga dapat memengaruhi perilaku mereka.

Pasalnya, anak dapat meniru tindakan yang mereka lihat di televisi sejak usia enam bulan.

"Ada hubungan kuat antara konten media yang penuh kekerasan dan perilaku agresif anak," tutur dia.

2. Obesitas

Kita biasanya menatap layar perangkat elektronik seperti ponsel, laptop, atau televisi dengan posisi duduk atau berbaring di kasur.

Artinya, di saat kita menatap layar, kita juga tidak bergerak dalam waktu lama. Kondisi tersebut meningkatkan risiko obesitas, dan masalah kronis seperti penyakit jantung.

Berada di depan layar bisa membuat kita cenderung ngemil tanpa disadari.

Sebuah penelitian pada tahun 2008 menemukan, anak-anak yang mengurangi waktu menatap layar hingga 50 persen bisa membatasi asupan kalori secara signifikan.

Catatan itu muncul melalui perbandingan dengan mereka yang tidak mengurangi waktu menatap layar.

Orang dewasa yang menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar juga berisiko lebih besar mengalami obesitas.

Penelitian pada tahun 2003 meneliti wanita berusia paruh baya selama enam tahun, terungkap wanita memiliki risiko obesitas 23 persen saat menonton televisi selama dua jam setiap hari.

Masalah tidur

"Ada banyak bukti yang menunjukkan penggunaan media berdampak negatif pada tidur anak dan orang dewasa," ujar Mattke.

Sebab, sebagian perangkat elektronik memancarkan cahaya biru yang dapat menurunkan kadar melatonin --hormon yang mengatur waktu tidur dan bangun seseorang.

Berdasarkan penelitian pada tahun 2019, terlalu sering menghabiskan waktu di depan layar dapat menyebabkan gejala insomnia pada remaja.

Remaja yang menatap layar selama lebih dari tiga jam per hari lebih susah tidur dibandingkan mereka yang tidak terlalu sering menatap layar.

Efek negatif dari layar perangkat elektronik dinilai berbahaya pada waktu sebelum kita tidur.

Sekitar 90 persen orang di AS mengatakan, mereka menggunakan perangkat teknologi kurang dari satu jam sebelum tidur.

Hal itu dapat memengaruhi rapid eye movement sleep atau tidur REM kita, dan membuat kita merasa lelah saat bangun keesokan paginya.

Para ahli merekomendasikan untuk berhenti menatap layar idealnya dua jam, atau minimal 30 menit sebelum kita tidur.

Masalah punggung dan leher

Menatap layar ponsel atau tablet berjam-jam dapat memberikan banyak tekanan pada otot leher dan tulang kecil di bagian atas tulang belakang kita.

Sebab, aktivitas menatap layar membuat postur tubuh kita membungkuk dalam waktu lama.

Apa yang ditemukan dari studi pada tahun 2010 adalah, remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu menatap layar lebih cenderung mengalami sakit kepala dan sakit punggung.

Mereka dibandingkan dengan kondisi para remaja yang jarang menatap layar.

Jika kita terpaksa harus menghabiskan waktu lama menatap layar, seperti mengikuti meeting kantor atau webinar, ada solusi mudah.

Para ahli menyarankan agar kita menggunakan perangkat untuk menopang layar, sehingga kita tidak perlu menundukkan kepala ke arah depan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/19/120945520/sadari-sederet-dampak-buruk-menatap-layar-terlalu-lama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke