Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ternyata, Jepang adalah Pusat Mode untuk Fesyen Pria, Mengapa?

Misalnya, jika disebutkan kota Milan atau Paris, kita langsung mengasosiasikannya dengan fashion week, rumah mode mewah, dan gaun atau setelan jas mewah.

Tak heran jika lalu banyak yang beranggapan bahwa pusat mode dunia terletak di Eropa. Namun faktanya, ibu kota mode dunia bukan di Eropa, melainkan di Asia.

Jepang sudah lama dianggap sebagai negara paling modis di dunia. Masyarakat di sana secara umum dikenal sadar akan fesyen.

Di samping itu, Negeri Matahari Terbit juga menjadi rumah bagi merek-merek seperti Comme des Garcons, fragmen design, Neighborhood, dan Uniqlo.

Jangan lupakan store atau pengecer terkenal di dunia, seperti Beams, atmos dan Dover Street Market.

Bahkan, desainer terkenal seperti Yohji Yamamoto, Jun Takahashi, Issey Miyake, Nigo, dan Kenzo Takada yang baru saja berpulang, semua berasal dari Jepang.

Selera pria Jepang akan mode dipandang sempurna, dan cara mereka berpakaian memiliki pengaruh besar pada gaya modern.

Penggunaan streetwear, workwear, dan item retro sebagai fesyen pria modern di tahun 2020 sebenarnya sudah terlihat di jalanan kota Tokyo pada era 90-an.

Budaya sneaker modern --yang mengandalkan rilisan terbatas dan menciptakan hype, juga berawal dari kolektor alas kaki Jepang, yang sudah lama menjadi tujuan nomor satu dunia untuk sneaker langka.

Lalu, apa sebab pria Jepang lebih unggul dalam hal fesyen dibandingkan pria di belahan dunia lain?

Jawabannya sederhana. Karena orang Jepang lebih "melek" alias peduli fesyen ketimbang orang lain.

Orang Jepang bukan cuma memiliki budaya fesyen yang kaya, melainkan juga ahli dalam mengadaptasi gaya dari luar negeri dan menambahkan keunggulan khas negara mereka.

Sebagai contoh, celana denim Jepang dikenal akan kualitas dan daya tarik fesyen yang tak lekang oleh waktu.

Sejumlah publik figur biasa terlihat mengenakan celana denim Jepang, seperti penyanyi John Mayer, rapper Kid Cudi, dan aktor Benedict Cumberbatch.

Denim adalah studi kasus di mana orang Jepang mengambil unsur atau elemen dari budaya fesyen Amerika Serikat, dan menambahkan unsur budaya Jepang di dalamnya.

Kendati ada budaya konsumerisme yang melekat pada masyarakat Jepang yang senantiasa senang membeli barang baru, tampaknya hal itu tidak berlaku untuk urusan fesyen.

Sebaliknya, orang Jepang lebih unggul dalam hal investasi item berkualitas dan item yang sifatnya timeless atau bisa dipakai hingga bertahun-tahun ke depan.

Ada beberapa merek pakaian Jepang yang menggunakan pendekatan old-school atau kuno pada pakaian pria, seperti Hender Scheme, Visvim, Wacko Maria, dan WTAPS.

Orang Jepang terobsesi dengan mode. Menyempurnakan tampilan dan tampak menonjol di tengah keramaian adalah cara pria Jepang mengekspresikan diri.

Karakteristik pria Jepang dalam memilih busana adalah mereka berani mengambil risiko, bereksperimen, dan memakai apa yang mereka inginkan.

Sebagai contoh, banyak fesyen pria modern yang dipandang aneh atau kurang layak dipakai.

Sebutlah, dad shoes dengan busa tebal, kacamata penerbang, atau pun item yang mempunyai unsur tengkorak.

Namun, orang Jepang tidak setuju dengan pemikiran seperti itu. Mereka memakai sebuah item karena mereka menyukainya, bukan karena seseorang bakal mengenali merek yang mereka pakai.

So, dalam urusan fesyen, pria Jepang menciptakan komunitas, bukan mengikuti arus.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/26/163725220/ternyata-jepang-adalah-pusat-mode-untuk-fesyen-pria-mengapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke