Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali, Penyebab Gangguan Tidur Selama Pandemi dan Cara Mengatasinya

Jika biasanya pada siang hari kita melakukan aktivitas fisik atau berinteraksi sosial, maka hal itu sebenarnya berguna dalam menjaga jam biologis tetap "normal".

Sementara, jam biologis itu merupakan bagian penting dalam menggerakkan ritme sirkadian, yang bertanggung jawab atas waktu tidur dan bangun.

Dengan siklus yang baik, setiap perubahan dalam kehidupan tetap dapat terjaga dengan baik pula.

"Orang-orang harus menemukan ritme baru dalam hidup mereka dan terkadang hal itu membuat mereka sulit tidur."

Demikian dikatakan Direktur program penelitian tidur dan kesehatan di Arizona University, Michael Grandner kepada Insider.

Selain Grandner, para ahli juga mengamini, efek pandemi pada tidur sangat bervariasi, di mana ada yang menghabiskan waktu dengan tidur, dan yang lainnya begadang karena stres.

Berikut ini ada empat cara bagaimana pandemi dapat memengaruhi jadwal, kualitas, dan bahkan mimpi di dalam tidur kita.

1. Tidur dan bangun terlambat

Selama pandemi, banyak orang mengalami perubahan waktu tidur. Banyak yang tidur lebih malam dan bangun lebih siang.

Ini tentu ada hubungannya dengan banyak tempat kerja yang menerapkan bekerja dari rumah atau work from home.

Di saat biasanya kita sedang dalam perjalanan ke kantor, di masa pandemi kita bisa tidur lebih lama. 

Pakar neurologi di Michigan University, Cathy Goldstein mengatakan, beberapa pasiennya yang pulih dari kurang tidur kronis sejak pandemi, memang diketahui bekerja dari rumah.

"Setelah perawatan, mereka sekarang bisa tidur lebih lama, waktu tidur mereka lebih baik antara akhir pekan dan hari kerja," kata Goldstein.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Italia pada bulan Maret menemukan, banyak orang dewasa muda tidur dan bangun terlambat.

Baik mahasiswa maupun pekerja, mereka menunda waktu bangun sekitar 40 menit.

2. Jam tidur "disabotase"

Dalam sebuah penelitian di Italia, orang-orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur sejak dimulainya pandemi, memiliki kualitas tidur yang lebih buruk.

Hal ini semakin parah dengan meningkatnyastres, kecemasan, dan depresi.

"Jika kita bangun terlalu larut atau menghabiskan terlalu banyak waktu di tempat tidur pada siang hari, tubuh mungkin belum siap untuk tidur saat kita masih bangun di jam tidur," kata dia.

Goldstein pun merekomendasikan agar kita dapat mengurangi waktu terlalu lama di tempat tidur, agar terbentuk hubungan yang kuat antara tempat tidur dan tidur malam.

Lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk bermalas-malasan di tempat tidur juga berarti lebih sedikit sinar matahari dan olahraga yang penting bagi kualitas tidur di malam hari.

"Saya rasa banyak dari kita tidak menyadari betapa banyak aktivitas fisik yang kita dapatkan saat kondisi normal."

"Mulai dari berjalan ke kantor, transportasi umum, ke restoran atau kedai kopi," ungkap dia.

"Ada banyak aktivitas yang hilang dari orang-orang. Padahal, aktivitas fisik sangat membantu tidur untuk lebih nyenyak," sambung dia.

Aktivitas fisik dan paparan cahaya akan membantu kita mendapatkan tidur berkualitas tinggi dan menjaga ritme sirkadian berjalan dengan lancar.

Jadi, Goldstein merekomendasikan kita untuk keluar rumah dan berolahraga atau setidaknya berjalan kaki singkat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

3. Tingkat stres yang tinggi

Meningkatnya stres akibat pandemi Covid-19 ini bisa menyebabkan insomnia. Dalam sebuah studi di China, prevalensi insomnia lebih tinggi pada wanita muda.

Sedangkan di Amerika Serikat, sebuah survei menemukan, sebanyak 68 persen responden mengalami kesulitan tidur karena terus mengalami stres.

"Banyak orang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri di malam hari dengan segala sesuatu yang terjadi, jadi mereka lebih sulit tidur," kata Grandner.

Dia menambahkan, orang yang biasanya terbangun di malam hari juga mengalami kesulitan untuk kembali tidur.

Jika kita tidak bisa tidur setelah 30 menit, Grandner menyarankan untuk bangun dari tempat tidur dan mengalihkan perhatian sampai merasa mengantuk.

Dengan demikian, kita tidak berada di tempat tidur dengan kondisi terjaga.

4. Mengingat banyak mimpi buruk

Pandemi Covid-19 sungguh menjadi mimpi buruk bagi banyak orang.

Mulai dari. berjabat tangan yang tidak disengaja, terjebak di perbatasan selama karantina, dan kematian orang yang dicintai.

Di Finlandia, wanita disebut lebih sering mengalami mimpi buruk dan tingkat stres yang lebih tinggi daripada pria.

Studi lain terhadap 3.000 orang dewasa di AS juga menunjukkan, wanita merupakan populasi paling banyak mengalami mimpi buruk di masa pandemi.

Penulis utama studi di Finlandia, Anu-Katriina Pesonen mengatakan, sebenarnya mimpi terkait Covid-19 dapat membuat kita lebih kuat menghadapi pandemi di kehidupan nyata.

"Mereka bilang itu mimpi buruk, tetapi kami juga merespons itu sebagai mimpi yang sangat bagus," ungkap Pesonen.

"Tidur dapat mendorong proses belajar dan kita semua harus mempelajari cara baru untuk berperilaku sosial, serta beradaptasi di masa pandemi ini," tegas dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/27/205300620/kenali-penyebab-gangguan-tidur-selama-pandemi-dan-cara-mengatasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke