Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Fesyen Korea yang Kini "Merajai" Pasar di London

Dalam lima tahun terakhir, merek pakaian seperti Juun.J, Ader error, dan WeI I Done telah menjadi andalan untuk streetwear.

Alasannya, karena merek pakaian tersebut memiliki produk yang berkualitas.

Belum lagi kolaborasi dengan merek lain membuat pencinta fesyen semakin tertarik untuk membelinya.

Sebut saja Ader error yang bekerja sama dengan Alpha Industries dan Maison Kitsuné.

Lalu ada thisisneverthat yang berkolaborasi dengan New Balance, dan Hyein Seo dengan Woo dalam koleksi Fall/Winter 2020.

Popularitas merek pakaian Korea Selatan yang tengah meroket membuat toko-toko di London seperti UJNG dan XU London menjual produk tersebut.

Toko XU London yang didirikan oleh Riri Tabuchi biasanya menjual produk dari merek pakaian ternama seperti Comme des Garcons, Sacai, dan Yohji Yamamoto.

Namun belakangan toko ini turut menjual produk dari merek pakaian Korea Selatan yang sedang berkembang seperti Crank dan Another Youth.

Hal yang sama juga dilakukan oleh UJNG. Toko yang dioperasikan oleh Usman Zia dan Jasmin Meyer ini menjual produk yang berasal dari merek dan desainer ternama di Asia, termasuk Korea Selatan.

Di toko ini dapat ditemukan produk dari 1017 Alyx 9SM, MM6 Maison Margiela, dan C2H4. Ada pula Wel I done, Andersson Bell, IISE, Juun.J, Jiwon Yun, dan lainnya, yang berasal dari Korsel.

“WeI1Done sudah menjadi merek pakaian favorit berikutnya. Data dari toko offline maupun online menunjukkan penjualan produk ini mengalami peningkatan,” kata Zia seperti dikutip Hypebeast.

Menurut Zia, merek asal Korea Selatan itu memiliki gayanya sendiri, terbuat dari kain premium, dan estetika yang keren.

Sedangkan di XU London, Tabuchi memerhatikan pembeli menghargai hal-hal yang ditawarkan oleh merek baru Korea Selatan dan bukan karena kolaborasi dengan public figure.

“Busana Korea memiliki beberapa elemen yang tidak dimiliki merek lain seperti fungsionalitas dan detail."

"Beberapa orang mengatakan merek Korea disukai karena K-pop, tapi menurut saya tidak begitu,” kata Tabuchi.

Ia menambahkan, pembeli datang ke toko lalu mulai memerhatikan dan memahami nilai pakaian. Mereka menyukainya karena detail atau desain pakaian yang berukuran besar.

Meskipun ini bukan hal baru, tapi elemen tersebut sering kali eksklusif untuk pembeli kelas atas.

Selain itu, pakaian asal Korea hadir dengan harga lebih terjangkau sehingga menarik minat pembeli.

“Pakaian dari merek Korea fokus pada kualitas dengan warnanya yang bersih dan segar. Siluet pakaian biasanya berukuran besar dan terlihat bagus di semua bentuk tubuh sehingga menarik bagi semua kalangan pembeli,” ujar Zia.

Sementara itu Tabuchi menilai kaum muda menyukai streetwear dari negeri ginseng karena sudah bosan dengan dengan merek fashion yang sudah ada.

Selama ini streetwear dikenal dari merek ternama, desain pakaian yang bernuansa hype, dan simbol tertentu yang menunjukkan status.

Di sisi lain, fesyen Korea memiliki konsep yang berbeda. Contohnya pakaian dari Another Youth yang menggunakan blazer kulit imitasi dan dihias secara minimal.

Selain itu merek tersebut juga lebih berfokus pada eksekusi garmen.

Tabuchi menjelaskan, generasi muda lebih menghargai kualitas atau desain dibanding sekadar nama merek.

Banyak orang yang senang dengan pakaian Korea karena menawarkan gaya baru dengan harga yang terjangkau.

Sedangkan merek fesyen ternama kerap menawarkan gaya yang sama berulang kali.

Di sisi lain, pengaruh media sosial juga kuat. Banyak anak muda yang mencari pakaian dari desainer tertentu karena tertarik dengan desainnya di media sosial.

Belum lagi terkadang merek pakaian Korea mempromosikan produknya lewat film atau serial drama yang ditonton banyak orang.

“Bagi konsumen muda, membeli pakaian bukan tentang seberapa baik kualitas atau seberapa langkanya produk tersebut, tapi tentang menjadi pelopor. Merek Korea menyadari hal ini,” ujar Zia.

Ia menambahkan, merek Korea kerap memproduksi koleksi pakaian baru yang ada di drama atau film yang sedang tren.

Hal ini membuat pembeli bersemangat untuk membeli pakaian tersebut.

"London selalu menerima tren baru dan bangga menjadi kota yang sangat fashion-forward."

"Anak muda sangat terinformasi dan kancah fesyen Korea telah digemari selama beberapa waktu belakangan,” tambah Zia.

Besarnya minat terhadap pakaian merek Korea membuat sejumlah toko di London mulai menyimpan stok.

Bahkan, beberapa toko menawarkan pakaian dari merek yang lebih beragam,  dari produsen dan merek tidak terkenal sekali pun.

Menurut Zia, pencinta fesyen di London lebih senang membeli pakaian tanpa melihat apakah pakaian tersebut terkenal atau dipakai public figure.

Hal ini juga diakui oleh Tabuchi. "Sebagian besar konsumen membeli merek Korea hanya karena tertarik atau mengagumi gaya yang ditawarkan."

"Hal itu memberi kami pengalaman lebih dari sekadar nilai biaya,” tambah Tabuchi.

Pengalaman adalah segalanya dalam industri fesyen Korea. Merek pakaian tidak hanya sekadar menawarkan kualitas dan tren.

Lebih dari itu, merek pakaian Korea menawarkan pengalaman baru kepada pelanggan. Pakaian yang terasa eksklusif walau sebenarnya inklusif.

Selain itu, merek pakaian Korea memiliki harga yang lebih terjangkau. Kemunculan model pakaian di drama atau film juga menarik minat pembeli.


https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/03/160836320/cerita-fesyen-korea-yang-kini-merajai-pasar-di-london

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke