Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pangeran Charles Rilis Koleksi Pakaian Berkelanjutan

KOMPAS.com - Awal tahun ini, beredar foto yang memperlihatkan pewaris tahta Inggris, Pangeran Charles yang membuat orang tersadar mengenai gaya berpakaiannya.

Foto-foto itu mengungkap fakta menarik, di mana Pangeran Charles terlihat hanya memakai dua jenis mantel sejak tahun 1988.

Terlepas dari hak istimewa dan kekuasaan yang didapat, Pangeran Charles tampaknya sudah bertahan selama hampir tiga dekade dengan hanya mengenakan dua outer atau luaran.

Luaran tersebut adalah mantel bulu unta, dan mantel wol dari Anderson & Sheppard. Keduanya memiliki lapisan ganda di bagian dada dan kerah tinggi.

Biasanya, kaum wanita dari Royal Family atau keluarga kerajaan Inggris yang cenderung menjadi berita utama seputar mode.

Namun, kebiasaan Pangeran Charles yang "hanya" punya dua mantel memberi tahu kita tentang nilai-nilai yang dia anut, terutama soal perlindungan terhadap lingkungan.

Sang pangeran sepertinya sadar  bahwa fesyen berkelanjutan tidak hanya mengenai material, melainkan juga kualitas dan gaya pribadi.

Belakangan badan amal miliknya, The Prince’s Foundation, bekerja sama dengan Yoox Net-a-Porter (pemilik menswear Mr. Porter) ikut membuat koleksi busana.

Keduanya mengumpulkan pelajar dari Italia dan Inggris Raya untuk membuat 18 koleksi kapsul pakaian berkelanjutan.

Proyek ini disebut The Modern Artisan, dan karya-karyanya sudah dijual di seluruh rangkaian situs e-commerce YOOX.

Menurut Jacqueline Farrell, direktur pendidikan di Prince's Foundation, tujuan proyek ini adalah membantu peserta menyadari bahwa menjahit adalah bentuk seni dan kerajinan.

"Selain itu juga bertujuan melihat bahwa jumlah waktu yang dihabiskan untuk membuat pakaian tidaklah singkat," ucap Farrell.

"Ada banyak komitmen yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mengajarkan kemampuan itu, dan berapa lama proses menciptakan sesuatu yang indah."

Koleksi fesyen berkelanjutan ini terdiri dari delapan pakaian pria yang semuanya didesain di Italia dan dikerjakan di Inggris.

Ada sweater rollneck gading kasmir dengan cable knit, celana panjang wol biru tua dengan lipatan di beberapa bagian, dan jaket bomber minimalis yang terbuat dari kasmir donegal abu-abu.

Item lainnya adalah kemeja slim-fit dengan kancing mutiara dari kapas organik serat tunggal yang mudah didaur ulang. Kemeja ini hadir dalam dua varian warna, biru dan putih.

Tidak ketinggalan mantel wol dan kasmir satu lapisan di bagian dada berwarna camel, kardigan jingga dengan pola bergaris, serta celana berbahan wol.

"Kami ingin menghilangkan pemborosan dalam desain," sebut Farrell.

"Proses desainnya sangat halus. Koleksi ini memang tidak mendekati benar, tetapi kita membayangkan hemline sedikit lebih panjang, lengan baju sedikit berbeda, dan sebagainya."

"Kesukaan pelanggan selama lima tahun menjelaskan bentuk setiap bagian dari garmen, termasuk kain dan warna serta proporsinya."

Harga koleksi pakaian berkelanjutan ini bervariasi, mulai dari 510 Pound atau sekitar Rp 9,5 juta untuk sweater rollneck, hingga jaket bomber yang dibanderol 1250 Pound atau Rp 23 juta.

Di balik harga pakaian yang mahal, ada kualitas yang ditawarkan.

Selain itu, barang bagus perlu dilabeli harga lebih tinggi. Pemahaman ini sangat dianut di Inggris, di mana fast fashion sudah menjadi candu.

"Ini cara bagi masyarakat untuk memahami hubungan antara pengerjaan dan keberlanjutan, dari serat, proses menjahit, hingga sebuah pakaian jadi," kata Farrell.

"Saya pikir di mata konsumen, koleksi ini dikemas dengan indah, tetapi tidak ada yang memikirkan tahapan yang dilalui untuk mencapai keindahan tersebut."

Bahan kasmir dan wol berasal dari perusahaan tekstil Skotlandia Johnstons of Elgin, sedangkan sutra organik yang melapisi beberapa item koleksi berasal dari Italia.

Proyek ini memprioritaskan bahan-bahan alami dan organik sehingga dapat dijadikan kompos.

Jika item fast fashion atau mode cepat sering dibuat dalam hitungan jam, pembuatan sebagian koleksi ini membutuhkan waktu berhari-hari.

Sebagai sentuhan akhir, setiap item koleksi memiliki ID digital yang memberi informasi produk dan pembuatnya, serta menawarkan rekomendasi untuk perawatan dan perbaikan.

"Kami ingin melihat beberapa luaran diwariskan dari generasi ke generasi," kata Farrell.

"Mereka begitu indah, didesain dengan peka dan baik sehingga harus bertahan dalam waktu lama."


https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/13/050500520/pangeran-charles-rilis-koleksi-pakaian-berkelanjutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke