Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gangguan Penciuman karena Covid-19 Bisa Pulih dengan Cara Ini, Benarkah?

Misalnya, alih-alih mencium aroma lemon, mereka mungkin malah mencium bau kubis busuk atau cokelat mungkin berbau bensin.

Kondisi yang dinamakan parosmia ini juga masih dirasakan oleh sebagian pasien yang sudah sembuh dari Covid-19.

Apa bedanya parosmia dan anosmia yang dalam beberapa waktu terakhir juga sering dibahas sebagai salah satu gejala Covid-19?

Menurut Science Direct, anosmia adalah tidak adanya sensasi penciuman, sementara parosmia adalah persepsi penciuman yang terdistorsi, baik dengan atau tanpa adanya rangsangan bau.

Kehilangan penciuman sering kali disadari pasien sebagai perubahan sensasi rasa.

Meski sebagian pasien sembuh Covid-19 masih merasakan gangguan penciuman, sebuah penelitian di Inggris belum lama ini menemukan latihan khusus yang dapat membantu pasien Covid-19 mendapatkan kembali kemampuan indera penciumannya.

Meski begitu, sebuah penelitian di Inggris belum lama ini menemukan latihan khusus yang dapat membantu pasien Covid-19 mendapatkan kembali kemampuan indera penciumannya.

"Kehilangan penciuman juga merupakan gejala utama Covid-19, dan kami tahu bahwa pandemi ini menyebabkan banyak orang kehilangan kemampuan penciuman jangka panjang atau distorsi bau seperti parosmia," ungkap peneliti Carl Philpott, dari Norwich Medical School di University of East Anglia melalui rilis berita universitas, seperti dilansir WebMD.

Lalu, apa yang perlu dilakukan dalam latihan penciuman tersebut?

Untuk melakukan latihan penciuman ini, seseorang harus mengendus setidaknya empat bau berbeda dua kali sehari, yang dilakukan setiap hari selama beberapa bulan.

Menuru Philpott, latihan ini bertujuan untuk membantu pemulihan berdasarkan neuroplastisitas atau kemampuan otak untuk mengatur ulang dirinya sendiri sebagai pemulihan setelah adanya perubahan atau cedera.

Para peneliti bekerja dengan lebih dari 140 orang yang mengalami kehilangan atau perubahan pada indera penciuman mereka.

Para partisipan diberi berbagai alat pelatihan penciuman, termasuk bau-bauan yang berbeda, seperti kayu putih, lemon, mawar, kayu manis, coklat, kopi, lavender, madu, stroberi, dan timi.

Philpott mengungkapkan, para peneliti menemukan bahwa munculnya parosmia dan kinerja penciuman pada pengujian identifikasi bau tersebut berkaitan dengan pemulihan yang signifikan secara klinis dalam fungsi penciuman seseorang setelah terinfeksi Covid-19.

"Artinya, latihan ini dapat membantu pemulihan kemampuan penciuman," ujarnya.

Para peneliti juga menemukan bahwa orang tua lebih mungkin untuk memulihkan indera penciuman mereka lebih cepat.

Sedangkan tingkat pemulihan paling terlihat adalah pada orang-orang yang mengalami kehilangan fungsi penciuman paling parah.

Meskipun penelitian dilakukan sebelum pandemi, tetapi para peneliti meyakini temuan mereka dapat membantu orang-orang yang kehilangan indra penciuman karena Covid-19.

Adapun laporan tersebut dipublikasikan secara online baru-baru ini melalui jurnal The Laryngoscope.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/03/084523020/gangguan-penciuman-karena-covid-19-bisa-pulih-dengan-cara-ini-benarkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke