Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Anosmia Pasien Covid-19 Bisa Permanen?

Namun, berdasarkan orang-orang yang pernah mengalaminya, dua gejala ini dapat terjadi berkepanjangan. Apakah mungkin gejala ini bisa permanen?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan AS (CDC), bagi sejumlah kecil orang yang tertular Covid-19, hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman secara permanen dapat menjadi kenyataan yang tidak menguntungkan, di samping jumlah kasus dan korban meninggal yang masih terus bertambah.

Banyak orang yang terinfeksi virus ini melaporkan gejala anosmia atau hilangnya kemampuan indera penciuman, dan kemampuan indera perasa.

Biasanya, kemampuan kedua indera tersebut kembali setelah sembuh dari virus, biasanya dalam waktu beberapa pekan.

Tetapi, banyak orang melaporkan gejala anosmia terjadi bahkan hingga berbulan-bulan setelah mereka pulih dari Covid-19.

Memengaruhi kualitas hidup

Kini kita masih menunggu sejumlah penelitian yang sedang berlangsung untuk mengetahui kepastian berapa lama gejala tersebut dapat bertahan sebelum akhirnya pulih.

Meskipun kehilangan indera penciuman dan perasa berkepanjangan jarang terjadi, kondisi ini masih berpotensi mengkhawatirkan.

Ditambah dengan isolasi sosial dan anhedonia (ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan), kondisi tersebut bisa memperburuk rasa keterasingan yang telah dirasakan.

Efek lainnya yang juga mungkin terganggu akibat kehilangan kemampuan indera penciuman dan perasa berkepanjangan adalah asupan nutrisi.

Orang dengan anosmia mungkin masih merasakan rasa dasar, seperti asin, asam, manis, dan pahit.

Namun, penciuman menambah kompleksitas pada persepsi rasa melalui ratusan reseptor bau yang memberi sinyal ke otak.

Bau sangat erat kaitannya dengan rasa dan nafsu makan, dan kondisi berkepanjangan dari dua gejala tersebut tentu dapat merampas kenikmatan makan seseorang.

Pada akhirnya, kondisi tersebut dapat berdampak besar terhadap suasana hati dan kualitas hidup seseorang.

"Hal itu dapat mengubah cara seseorang memandang lingkungan dan tempat mereka di lingkungan tersebut. Perasaan sejahtera mereka bisa berkurang."

"Ini bisa menjadi sesuatu yang menggelisahkan dan membingungkan," kata Dr. Sandeep Robert Datta, profesor neurobiologi dari Harvard Medical School kepada The New York Times.

Meskipun junlahnya mungkin sedikit, namun bayangkan jika kondisi tersebut dialami oleh sejumlah orang dari berbagai negara.

Menurut Datta, hal itu sangat penting jika dilihat dari perspektif kesehatan masyarakat.

"Bahkan jika hanya 10 persen yang mengalami kehilangan penciuman (dan perasa) yang lebih lama, kita berbicara tentang kemungkinan jutaan orang (di dunia)."

Itulah mengapa penting untuk terus disiplin menerapkan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) demi mengurangi penyebaran Covid-19 serta mencegah diri kita mengalami gangguan indera penciuman dan perasa.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/11/063000520/benarkah-anosmia-pasien-covid-19-bisa-permanen-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke