Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bolehkah Orangtua Baca Buku Harian Anak?

KOMPAS.com - Setiap orangtua tentu ingin anaknya berada di lingkungan yang aman. Entah itu di lingkungan tempat tinggal, pendidikan, maupun pergaulan.

Namun seiring bertambahnya usia, terutama di usia remaja, anak akan menjadi lebih tertutup. Mereka tak lagi menceritakan kehidupannya secara rinci kepada orangtua.

Hal ini bisa membuat orangtua merasa khawatir karena tidak bisa mengontrol dan mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh anak maupun peristiwa yang dialaminya.

Beberapa orangtua yang tergoda untuk mencari tahu, bahkan sampai menganggu privasi anak. Misalnya membaca buku harian anak.

Ada banyak pendapat terkait membaca buku harian anak. Menurut Profesor psikologi di Oberlin College, Nancy Darling, membaca buku harian anak adalah hal yang tidak bisa dibenarkan.

Setidaknya ada tiga alasan yang membuat orangtua tidak boleh membaca buku harian anak, yakni melanggar privasi, melanggar integritas diri anak, dan merusak kepercayaan.

Kendati demikian, dalam situasi tertentu, orangtua diperbolehkan membaca buku harian anak. Kuncinya ada di keterbukaan.

"Ketika anak berbagi informasi yang benar yang diperlukan oleh orangtua, maka tidak perlu membaca buku hariannya," kata Darling.

Informasi itu menyangkut siapa saja teman anak, ke mana anak pergi, kapan anak akan pulang, dan lain sebagainya. Informasi-informasi itu diperlukan oleh orangtua untuk memastikan anaknya tetap aman.

Tapi ketika anak tidak mau terbuka dan orangtua merasa kehilangan fungsinya untuk melindungi anak, mungkin saja membaca buku harian anak bisa menjadi solusi.

Walau begitu, orangtua tetap harus berterus terang kepada anak jika ingin membaca buku hariannya dan ungkapkan alasan yang mendasarinya.

"Tekankan bahwa itu bukan tidak menghargai privasi atau tidak mempercayai anak. Tapi itu adalah tindakan kepedulian terhadap kesejahteraan anak," ujar Darling.

Pada akhirnya, keputusan untuk membaca buku harian anak tergantung dari pemikiran orangtua. Jika orangtua khawatir dengan keamanan anak, maka hal itu bisa dilakukan.

Di sisi lain, orangtua harus paham bahwa membaca buku harian anak dapat berdampak negatif pada hubungan kedua belah pihak, setidaknya untuk jangka waktu tertentu.

Buku harian itu sakral, dan membacanya tanpa izin bisa mendatangkan masalah besar karena berarti tidak ada kepercayaan.

Komunikasi yang terbuka dengan anak sangat penting untuk memperbaiki hubungan.

Orangtua perlu menekankan dirinya menghormati privasi anak, tapi ada alasan khusus yang membuatnya hafus membaca buku harian anak.

Meskipun tidak langsung membuat situasi menjadi lebih baik, penjelasan akan membantu anak memahami tindakan orangtuanya adalah bentuk perhatian dan keinginan melindunginya.

Diskusikan cara terbaik menangani situasi serupa di masa mendatang. Masing-masing orangtua dan anak memiliki cara yang berbeda.

Misalnya saja minta anak untuk lebih terbuka. Orangtua juga perlu mendengarkan alasan anaknya tidak mengungkapkan semua yang dialami.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/11/171032820/bolehkah-orangtua-baca-buku-harian-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke