Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Hal tentang Trigger Finger, Kondisi Jari Kaku yang Bisa Berbahaya

Misalnya, profesi yang berkaitan dengan aktivitas berkebun atau memasak.

Ternyata, aktivitas melibatkan jari tangan secara berulang mungkin memicu kondisi yang disebut trigger finger.

Dokter spesialis bedah ortopedi, dr. Rizky Priambodo Wisnubaroto, SpOT menjelaskan, trigger finger adalah ketidakmampuan untuk meluruskan atau menekuk jari akibat tendon yang terperangkap.

Kondisi ini bisa disembuhkan, namun jika dibiarkan tak terobati bisa menjadi permanen.

Ketahui beberapa fakta mengenai trigger finger berikut dan cara pencegahannya:

1. Disebabkan aktivitas jari berulang
Rizky menjelaskan, pada penderita trigger finger terjadi jepitan secara mekanik pada tendon fleksor sewaktu melewati pulley atau jaringan ikat yang menebal di tangan.

Apabila terjadi perubahan struktur atau benjolan pada tendon, gerakan yang seharusnya halus pada pulley, menjadi terhambat.

Aktivitas yang menggunakan jari-jari secara berulang dapat menyebabkan iritasi atau peradangan pada area pulley tersebut dan menyebabkan konstriksi atau pembengkakan, sehingga jari akan terkunci pada posisi menekuk.

"Trigger akan terjadi ketika kita meluruskan jari," katanya dalam diskusi virtual bertajuk "Kenali dan Atasi Trigger Finger", Jumat (29/01/2021).

2. Jari terasa terkunci
Menurut Rizky, pasien trigger finger umumnya datang ke dokter dengan keluhan seperti jari terkunci dan tidak bisa menekuk.

Lebih lanjut, dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Puri Indah itu menyebutkan beberapa gejala yang kerap dialami pasien trigger finger, antara lain:

  • Nyeri pada jari dan terasa terkunci.
  • Ada bunyi "kletek" ketika jari ditekuk atau diluruskan.
  • Memerlukan bantuan jari lain untuk meluruskan jari yang terkena gejala.
  • Kaku pada jari tangan, terutama di pagi hari.

"Sebab kalau di malam hari tendon ukurannya cenderung sedikit lebih besar," ucapnya.

3. Aktivitas yang berisiko
Trigger finger dialami sekitar 2 hingga 3 persen dari total populasi umum. Beberapa kategori orang yang berisiko mengalami triggerfinger, antara lain:

  • Perempuan berisiko dua hingga enam kali lebih besar daripada laki-laki. Namun, sejauh ini belum ditemukan apa penyebab pastinya mengapa perempuan lebih berisiko, termasuk apakah ada sebab fisiologis yang mendasari.
  • Usia dewasa muda.
  • Penderita diabetes melitus (DM) lima kali lebih sering terkena trigger finger. Belum ditemukan pula alasan pasti yang menjelaskan sebab-akibat mengapa penderita DM lebih mungkin mengalami trigger finger.
  • Masalah ini banyak dialami oleh kelompok ibu rumah tangga, musisi, tukang kebun atau orang yang hobi berkebun, serta orang-orang yang pekerjaannya banyak melibatkan jari.

Memang, belum ada penelitian yang secara spesifik mengaitkan aktivitas mengetik di komputer atau laptop bisa menyebabkan trigger finger, namun aktivitas tersebut juga perlu diwaspadai.

4. Bisa terjadi pada lebih dari satu jari
Jari manis dan jari telunjuk adalah yang paling sering mengalami trigger finger.

Namun, berhati-hatilah karena kondisi ini bisa terjadi pada lebih dari satu jari atau bahkan lebih dari satu tangan.

"Kalau lebih dari satu jari, biasanya dengan jempol, dilanjutkan jari dua dan tiga," kata Rizky.

5. Bisa lebih parah jika tak terobati
Meski terdengar sepele, namun kondisi ini bisa lebih parah jika dibiarkan tak terobati.

Rizky menjelaskan, penderita trigger finger akan merasakan nyeri pada jarinya.

Ketika jari terasa nyeri, ia cenderung enggan menggerakkan atau menekuk jarinya.

"Karena itu, jari akan terkunci terus pada posisi fleksi (menekuk). Kalau dibiarkan terlalu lama akn menjadi semi-permanen atau permanen," ungkapnya.

Ketika mulai merasakan gejala, cobalah melakukan penanganan mandiri terlebih dahulu dengan mengistirahatkan tangan.

Lakukan peregangan jari di rumah dengan melakukan pijatan-pijatan tertentu dan gunakan splint di malam hari supaya kondisi ini tidak terlalu mengganggu di pagi hari.

Jika ketiganya tidak bisa meredakan gejalanya, segeralah bertemu dengan dokter.

Dokter nantinya akan mendiagnosa untuk memastikan masalah yang diderita adalah trigger finger atau bukan.

Jika iya, salah satu tindakan yang dilakukan adalah tindakan injeksi dengan steroid dan anti-nyeri, yang efektivitasnya mencapai sekitar 70 persen.

Jika hasil tidak memuaskan, bahkan setelah pasien dipasangkan splint jari, maka diperlukan pembebasan tendon dengan operasi minimal invasif.

"Kalau sejak awal pembebasan dilakukan, setelah semua terapi dilakukan, biasanya dia (jari yang menekuk) akan kembali mendekati normal."

"Jika pembebasan dilakujan setelah posisi kaku, tidak akan sebagus kalau kami kerjakan sejak awal," tuturnya.

Pada beberapa kasus, trigger finger bisa sembuh sendiri, namun sering kali tidak demikian.

Jika trigger finger sudah terjadi dan pasien tidak melakukan perubahan di kesehariannya, maka kemungkinan kondisi itu tidak akan sembuh.

6. Bisa dicegah
Kondisi ini tentu saja bisa dicegah, sekalipun kamu memiliki profesi yang menuntut untuk banyak menggunakan jari-jari tangan.

Menurut Rizky, salah satu pencegahan utamanya adalah jangan jangan lupa untuk mengambil jeda istirahat ketika bekerja atau beraktivitas.

"Ambil istirahat yang periodik, sama seperti saran untuk tidak duduk di depan laptop atau meja terlalu lama," ungkapnya.

Jika bekerja dalam waktu yang panjang, cobalah mengambil jeda istirahat seperti setiap satu atau dua jam sekali untuk melakukan peregangan.

Peregangan tubuh, khususnya jari, bisa dilakukan selama sekitar 5 hingga 10 menit.

"Jadi, jangan terlalu ekstrem dan ambil istirahat periodik jika bekerja dalam waktu yang panjang," ucapnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/29/192345020/6-hal-tentang-trigger-finger-kondisi-jari-kaku-yang-bisa-berbahaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke