Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Streaming Film dan Meeting Online Picu Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Penggunaan internet di tengah pandemi Covid-19 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Hal ini tidak mengherankan mengingat banyak pertemuan yang dilakukan secara virtual.

Selain itu, banyaknya waktu di rumah juga digunakan untuk bermain media sosial, browsing, streaming film, dan lain sebagainya.

Tapi siapa sangka, ternyata penggunaan internet berdampak pada kondisi lingkungan. Hal ini terkait dengan cara data internet disimpan dan ditransfer ke seluruh dunia.

Penelitian terbaru mengungkapkan, konferensi video atau streaming film selama satu jam dapat mengeluarkan 150-1.000 gram karbon dioksida.

Tak hanya itu, dengan waktu yang sama, sebanyak 2-12 liter air juga dikeluarkan.

Namun, mematikan kamera selama konferensi video dapat mengurangi pengeluaran karbon dioksida dan air hingga 96%.

Sama halnya dengan streaming film. Mengganti kualitas video dari tinggi ke standar dapat menurunkan pengeluaran hingga 86%.

Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Purdue University, Yale University, dan Massachusetts Institute of Technology.

Para peneliti menganalisis jejak air dan tanah yang dikeluarkan terkait dengan infrastruktur internet, selain jejak karbon.

Ini adalah penelitian pertama yang melihat kaitan penggunaan internet dengan lingkungan. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Resources, Conservation & Recycling .

"Kita tidak bisa fokus hanya ke satu jenis saja untuk melihat pandangan yang lebih menyeluruh terkait penggunaan internet dan dampaknya ke lingkungan."

Begitu kata profesor teknik industri dari Purdue University, Roshanak Nateghi seperti dikutip Science Daily.

Sementara itu, sejumlah negara telah melaporkan peningkatan lalu lintas internet setidaknya 20%. Peningkatan itu terjadi sejak Maret tahun lalu, ketika pandemi mulai merebak.

Penelitian menemukan, jika tren tersebut terus berlanjut hingga akhir 2021, maka peningkatan penggunaan internet membutuhkan hutan seluas 71.600 mil persegi.

Lahan yang luasnya dua kali luas daratan Indiana itu diperlukan untuk menyerap karbon yang dipancarkan dari penggunaan internet.

Belum lagi pemrosesan dan transmisi data membutuhkan air dalam jumlah banyak. Volumenya diperkirakan bisa untuk mengisi lebih dari 300.000 kolam renang standar olimpiade.

Jumlah jejak tanah yang diperlukan juga tak kalah banyak. Kira-kira jumlahnya sama dengan ukuran luas wilayah Los Angeles.

Tim peneliti memperkirakan jejak karbon, air, dan tanah terkait dengan setiap gigabyte data yang digunakan untuk YouTube, Zoom, Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, serta 12 platform lainnya.

Penggunaan data juga cukup besar pada aplikasi game online dan penjelajahan web lainnya. Semakin besar data yang digunakan dalam suatu aplikasi, semakin besar jejak yang dikeluarkan.

Hal ini dikarenakan pemrosesan data menggunakan banyak listrik. Produksi listrik apa pun memiliki jejak karbon, air, dan tanah.

Oleh karenanya, peneliti menarik kesimpulan, mengurangi pengunduhan data akan mengurangi kerusakan lingkungan.

"Mematikan kamera saat konferensi video atau mengurangi kualitas streaming dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan," kata pemimpin penelitian Kaveh Madani.

Sayangnya penelitian ini belum membandingkan dengan dampak lingkungan yang terjadi jika orang bepergian ke kantor untuk meeting daripada menggunakan internet.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/10/180244820/streaming-film-dan-meeting-online-picu-kerusakan-lingkungan-kok-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke