Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Budaya Peranakan Ghea Panggabean dalam Peralatan Makan Minum

KOMPAS.com - Istilah Peranakan pada umumnya merujuk pada keturunan imigran Tionghoa yang sejak akhir abad ke-15 dan abad ke-16 telah berdomisili di kepulauan Nusantara (sekarang Indonesia), termasuk Malaya Britania (sekarang Malaysia Barat dan Singapura).

Di Malaka anggota etnis ini menyebut diri mereka sebagai "Baba-Nyonya". "Baba" atau kemudian di Indonesia menjadi Babah (Jawa) dan Babeh (Betawi), adalah istilah sebutan untuk laki-lakinya, sedangkan "Nyonya" istilah untuk wanitanya.

Di Indonesia, proses asimilasi yang melahirkan peranakan dimulai pada abad ke-15 dan setelah pembantaian orang Tionghoa oleh VOC pada tahun 1749.

Para keturunan dan pendatang dari Tiongkok selatan yang menikah dengan penduduk setempat kemudian memulai komunitasnya sendiri dan mengembangkan budaya campuran yaitu disebut "Peranakan".

Motif serupa yang kebanyakan memiliki warna cerah dan hiasan yang halus juga ditemukan pada bangunan rumah hingga peralatan makan atau tableware, berupa porselen Peranakan.

Porselen dengan motif ini sering digunakan oleh para "Nyonya" sehingga dikenal sebagai Nyonya ware.

Berbeda dengan porselen China yang biasanya menggunakan palet warna minimal yakni biru, "Nyonya Ware" menggunakan dekorasi yang ramai dengan kontras warna yang tajam, biasanya dengan motif Phoenix dan Peony.

Cita rasa penuh warna ini juga ditemui dalam warna kebaya dan sarung yang mereka kenakan. Dan karena keindahannya tersebut, gaya Peranakan menjadi barang yang disukai dan dicari.

Nah, motif peranakan yang menarik ini dimunculkan lagi dalam koleksi Zen Porcelain Tableware secara terbatas, hasil kolaborasi dengan desainer terkenal yang sudah 40 tahun berkarya, yaitu Ghea Pangabean.

Ghea, yang juga keturunan campuran etnis, lahir dari Bapak Indonesia dan Ibu Belanda, selalu terinspirasi keindahan keragaman dan gaya hidup masyarakat Peranakan Tionghoa.

Selain inspirasi dari kebaya, sarung, dan pakaian yang dikenakan oleh para "Nyonya", Ghea juga terpesona oleh motif warna-warni dan dekorasi yang semarak dari porselen Peranakan.

Dalam kolaborasi ini, Ghea kemudian menerjemahkan porselen "Nyonya Ware" yang semarak dan meriah itu ke dalam koleksi peralatan minum teh dan peralatan makan dalam warna-warna romantis untuk rumah-rumah modern.

  1. Peralatan minum teh dan makan internasional dalam kombinasi warna toska dan pink dengan Motif Phoenix dan Peony
  2. Peralatan minum teh dan makan China Imperial Romantic Peranakan dalam kombinasi Kuning-Pink
  3. Peralatan minum teh dan makan Peranakan berupa gelas, tatakan teh, dan teko teh dalam kombinasi warna oranye-putih

Lewat koleksi ini Ghea menerjemahkan kecintaannya pada budaya dan warisan melalui karya yang bercerita. Cerita yang disuguhkan kali ini adalah tentang budaya yang unik, penuh semangat, dan meriah, yakni kisah perjalanan budaya Peranakan Tionghoa Indonesia!

Menariknya, selain indah digunakan sebagai peralatan makan dan minum, koleksi ini juga cocok digunakan untuk menghias rumah agar tampak lebih romantis dan berkelas. Minat?

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/19/180921220/kisah-budaya-peranakan-ghea-panggabean-dalam-peralatan-makan-minum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke