Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perhatikan, Langkah Kecil yang Mampu Atasi Stres di Tengah Pandemi

Apakah ada kecemasan? Atau kesedihan yang terasa? Atau mungkin kamu hanya menjadi sedikit apatis dan tak bersemangat?

Pandemi Covid-19 yang seperti tanpa ujung tentu kian membuat banyak hal menjadi tidak pasti, stres dan depresi pun menjadi rentan melanda. 

Sesungguhnya, stres adalah bagian yang wajar dari hidup. Persoalan ini patut menjadi perhatian hanya ketika porsinya menjadi semakin berlebih, dan kita kesulitan untuk mengelolanya.

Pada akhirnya, kondisi itu berimpas buruk pada kondisi kesehatan fisik dan juga mental.

Respons fisiologis terhadap stres memang mengaktifkan respons melawan-atau-lari yang juga disebut sebagai "pembajakan amigdala".

Kondisi ini menyebabkan jantung berpacu, napas menjadi lebih cepat, dan otot menegang saat tubuh bersiap untuk mengambil tindakan.

Keadaan ini juga dapat merusak otak, hingga menyebabkan kita kesulitan untuk membuat keputusan yang baik.

Meskipun kondisi "default evolusioner" ini dikembangkan untuk melindungi kita dalam keadaan darurat, namun hal ini bisa menjadi masalah jika berlangsung terlalu lama.

Awalnya kita mungkin tidak menyadari gejala fisik akibat stres. Misalnya ada sakit kepala sesekali, kesulitan tidur, atau masalah pencernaan.

Atau, mungkin kita hanya merasa sedikit lebih cemas dari biasanya, atau mulai kesulitan berkonsentrasi.

Jika kondisi ini dibiarkan berkepanjangan, efek negatif ini dapat berdampak pada pekerjaan, karena produktivitas pasti menurun.

Keadaan ini bisa memengaruhi tidak hanya pekerjaan atau bisnis, tetapi juga kehidupan sehari-hari, hingga pada akhirnya hanya meningkatkan stres.

Stres yang kita rasakan saat ini juga bisa memengaruhi rekan kerja. Mereka mungkin lebih rentan untuk meninggalkan pekerjaan dan, kalau pun bertahan kondisi itu bisa memengaruhi kinerja.

Sebuah riset yang dilakukan di University of Warwick mengungkap, ketika karyawan lebih bahagia, mereka mengalami lonjakan 12 pesen dalam produktivitas.

Sementara, pekerja yang tidak bahagia 10 persen menjadi kurang produktif.

Fakta ini tentu mengonfirmasi bahwa kesejahteraan bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan bagi setiap orang, tetapi juga hal yang tepat untuk bisnis secara keseluruhan.

Kesejahteraan adalah istilah yang relatif sederhana untuk subjek yang agak rumit tentang perasaan baik atau positif tentang hidup kita.

Demikian penjelasan Andrea J. Miller yang adalah CEO dari Andrea J Miller Wellbeing and the Digital Patient.

Andrea adalah konsultan, dan pembicara mengenai isu-isu kesehatan mental, yang telah bekerja sama dengan banyak pihak, antara lain, Siemens Healthineers, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dia pun dikenal telah memperkenalkan kombinasi unik pengalaman profesional dan pribadi ke dalam karyanya di situs web andreajmiller.com.

Selanjutnya, Andrea menegaskan, meski rumit, namun ada elemen dasar sederhana dan praktis yang dapat kita lakukan demi meningkatkan perasaan dan kesejahteraan kita.

1. Bernapas

Sebuah penelitian di Yale baru-baru ini menunjukkan, pernapasan dalam adalah salah satu cara paling efektif untuk mengelola stres dan kondisi terkait stres.

Dengan mendorong respons relaksasi dari sistem saraf parasimpatis, maka bernapas bisa membantu "mematikan" kecenderungan tubuh terhadap respons "melawan-atau-lari".

Dengan demikian kondisi ini akan memberikan dampak langsung pada stres, suasana hati, dan kesadaran.

Yang lebih menarik, penelitian tersebut menemukan, efek ini bahkan lebih kuat bila diukur pada tiga bulan kemudian.

Jadi, tindakan yang perlu dilakukan adalah, bereksperimenlah dengan menggunakan pernapasan untuk mengurangi stres.

Menghirup napas panjang bisa menyebabkan detak jantung meningkat, sementara menghembuskan napas memperlambatnya.

Dengan demikian, ketika kita merasa stres atau gelisah, coba perlambat napas dan ambil napas lebih lama.

2. Makanan sebagai obat

Pepatah yang berbunyi "kamu adalah apa yang kamu makan" adalah fakta yang nyata.

Makanan yang kita santap pada dasarnya memengaruhi perasaan dan pengalaman hidup kita.

Tanyakan pada diri, bagaimana perasaan kita setelah makan besar? Atau, ketika di malam hari minum terlalu banyak? Atau terlalu banyak kafein?

Kemungkinan, pada titik tertentu, kita pernah mengalami "mabuk" setelah makan, bukan hanya karena alkohol.

Ini juga berpengaruh pada kesehatan mental. Jumlah gula yang berlebihan dapat membuat kita merasa lebih cemas atau tertekan.

Sedangkan alkohol, dan depresan, juga dapat membuat kita merasa lebih stres.

Stres juga dapat menyebabkan masalah pencernaan, memengaruhi kesehatan usus, yang secara langsung terkait dengan kesehatan mental.

Fakta ini tidak mengherankan, karena 90 persen reseptor serotonin -hormon utama yang menstabilkan suasana hati, perasaan sejahtera, dan kebahagiaan- berada di usus.

Ini membuat pola makan dan kesehatan usus menjadi komponen penting dari perasaan.

Tindaka yang bisa kita lakukan adalah membantu memastikan usus yang baik dan kesehatan secara keseluruhan.

Kita harus memasang tujuan untuk makan berbagai macam buah dan sayuran, sambil mengurangi gula, kafein, dan alkohol.

3. Bergeraklah

Manfaat olahraga untuk kesehatan fisik dan mental telah didokumentasikan dalam banyak penelitian.

Olahraga teratur membantu mengurangi kecemasan dan depresi dengan melepaskan endorfin, bahan kimia alami otak yang meningkatkan rasa sejahtera.

Ini juga dapat membantu mengalihkan perhatian kita, dan mengalihkan pikiran dari pikiran negatif yang dapat menyebabkan depresi atau kecemasan yang lebih lama.

Terapi tawa juga terbukti memberikan hasil positif untuk depresi, insomnia, dan kualitas tidur.

Dan, meskipun mungkin terasa sedikit yang bisa ditertawakan akhir-akhir ini, menonton komedi favorit mungkin bisa membantu.

Atau, mungkin lebih baik lagi, menggunakan salah satu dari daftar aplikasi yang terus bertambah untuk menonton bersama teman, dan dapatkan manfaat tambahan saat terhubung dengan orang lain.

Jadi, membuat olahraga sebagai bagian dari hari kita adalah pilihan yang bijak, bukan?

Baik itu hanya berjalan-jalan di luar, atau push-up di antara beban pekerjaan, pasti sudah bisa membantu.

Dan, gabungkan tawa ke dalam hari-hari kita, baik itu film dari beragam film yang ada, atau lewat obrolan Zoom dengan teman-teman.

4. Membangun koneksi

Pandemi Covid-19 memaksa kita semua untuk mendefinisikan kembali arti dari koneksi dan bersatu.

Dengan bantuan platform digital seperti Zoom, FaceTime, dan Skype, kolega, teman, dan orang yang dicintai masih bisa "berkumpul" secara online.

Pandemi sungguh menantang kita untuk menemukan cara yang bahkan mungkin tidak kita sadari.

Penelitian menunjukkan, tindakan sederhana dalam memberi dan bersikap baik kepada orang lain meningkatkan kegembiraan dan emosi positif kita.

Jadi, secara sadar marilah mencari peluang untuk melayani orang lain.

Jangkau kelompok-kelompok tertentu untuk menjadi sukarelawan secara virtual; hubungi teman dan kolega yang mungkin membutuhkan dukungan.

Atau, temukan cara untuk memasukkan lebih banyak kebaikan kepada orang lain di hari kita. Kita akan terkejut betapa nantinya hari kita akan terasa jauh lebih baik. 

5. Tidur

Kurang tidur sering kali dipandang sebagai tanda yang menunjukkan seberapa keras kita bekerja.

Sebenarnya, kita mungkin bekerja lebih keras, tetapi kemungkinan besar pencapaiannya yang lebih sedikit.

Selain rasa kantuk, dan kasus tertidur saat meeting Zoom, kurang tidur secara lebih besar telah terbukti memengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, dan kinerja.

Para ilmuwan menemukan, gangguan tidur memengaruhi tingkat neurotransmitter dan hormon stres.

Kondisi ini bisa mendatangkan malapetaka di otak, mengganggu regulasi emosional, dan berpotensi menyebabkan peningkatan stres atau kecemasan, yang mungkin sebelumnya sudah kita rasakan.

Nah, untuk membantu meningkatkan kualitas tidur, ada banyak langkah yang harus dilakukan secara konsisten.

Mulai dari mengurangi asupan kafein dan alkohol, berolahraga lebih banyak, serta menerapkan kebiasaan tidur yang baik.

Kebiasaan tidur yang baik antara lain -misalnya, menjaga jadwal tidur dan bangun yang teratur, dan mematikan perangkat setidaknya satu jam sebelum tidur.

Juga, menjaga kamar tetap gelap dan bebas dari gangguan, seperti komputer atau televisi adalah pilihan yang bagus.

Tak apa merasa tak baik

Ini adalah waktu yang sulit dan belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan demikian, bukan merupakan masalah besar jika kita merasa tak baik.

Uraian di atas hanyalah beberapa saran untuk membantu mengelola stres dan kecemasan yang terjadi secara alami.

Namun di atas semua itu, penting untuk mengetahui perasaan yang sesungguhnya, dan meminta bantuan orang terdekat jika diperlukan. 

Jika kita tidak yakin tentang apa yang harus dilakukan atau harus mulai dari mana, kita dapat memulai dengan menanyakan program konseling di perusahaan -misalnya.

Jika tidak ada, mungkin bisa menari literatur lewat layanan kesehatan mental gratis di Google.

Percayalah, ada kekuatan yang bakal datang dalam usaha meminta bantuan. Ini mungkin tidak mudah.

Mungkin terasa tidak nyaman. Bahkan, kita mungkin percaya bahwa kita harus menanganinya sendiri. Tetapi kenyataannya, pada titik tertentu, kita semua membutuhkan bantuan. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/26/134407120/perhatikan-langkah-kecil-yang-mampu-atasi-stres-di-tengah-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke