Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berdebat dengan Pasangan di Depan Anak, Bolehkah?

KOMPAS.com - Stres yang menumpuk selama di rumah saja bisa menimbulkan konflik antar pasangan, dan itu adalah hal yang wajar.

Namun saat di rumah, cara kita berselisih dengan pasangan harus diperhatikan, karena ada kemungkinan anak melihat perdebatan kita.

"Kita semua merasa gelisah saat ini," ucap Beth Proudfoot, LMFT, spesialis anak dan pelatih parenting di California, Amerika.

Bukan hanya pandemi yang dapat memicu stres. Perubahan politik, ekonomi dan cuaca juga bisa berperan.

"Ketika sistem emosi kita sudah 'sampai di atas', maka tidak perlu banyak kejadian untuk membuatnya memuncak," kata Proudfoot.

"Kebiasaan, keunikan, dan hal-hal kecil yang biasanya tidak terlalu mengganggu sebelum Covid-19, kini bisa menjadi pemicu yang membuat kita kesal."

Isolasi atau karantina di rumah memperburuk kondisi karena ruang kita untuk mengurangi stres semakin sempit.

Dan di rumah, hanya pasangan satu-satunya "tempat" untuk melampiaskan kekesalan kita. Itu sebabnya, konflik antar pasangan bertambah banyak.

Sebuah studi yang dilakukan University of Michigan pada Mei 2020 menemukan, pasangan menikah lebih banyak bertengkar mengenai keuangan dan masalah rumah tangga lain selama pandemi karena kesulitan ekonomi.

Tapi apa yang terjadi jika anak menyaksikan perselisihan kita dengan pasangan? Apakah anak boleh melihat perdebatan kita?

Sulit untuk mencegah hal itu terjadi, menurut Proudfoot.

"Salah satu masalah mendalam yang muncul selama pandemi ini adalah kurangnya privasi bagi pasangan. Selalu ada anak-anak," katanya.

Dia menyebutkan, ada sebagian masalah yang seringkali diperdebatkan, namun kita sulit menemukan solusinya.

Di sisi lain, jika kita membahas masalah yang bisa dicari solusinya di depan anak, itu bisa menjadi pelajaran bagus bagi anak untuk melihat bagaimana orang dewasa memecahkan masalah.

"Pertengkaran adalah bentuk komunikasi. Perselisihan dan kebutuhan akan resolusi adalah hal wajar dan bagian dari kehidupan keluarga," kata Penny Mansfield.

Mansfield adalah pakar hubungan dan direktur amal penelitian dan inovasi hubungan terkemuka di Inggris, One Plus One.

Kesalahan yang sering dilakukan banyak orangtua, kata Mansfield, yaitu memulai pertengkaran di depan anak namun tidak menyelesaikan masalahnya di depan anak.

Akibatnya, anak-anak kemungkinan terus mengkhawatirkan masalah itu.

Lalu bagaimana cara berdebat yang baik di depan anak?

Berikut adalah beberapa cara yang direkomendasikan para ahli untuk menyelesaikan argumen, terutama jika anak-anak menyaksikannya.

1. Tetap tenang, jangan berteriak

"Tetap tenang. Latih pernapasan Anda, agar perdebatan tidak penuh emosi," ujar Mansfield.

Melatih pernapasan akan membantu kita untuk tidak kehilangan kesabaran dan kita bisa lebih mengendalikan emosi.

2. Mendengarkan pasangan

Kita mungkin merasa benar dan pasangan adalah pihak yang salah, tetapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan cara itu.

Para ahli mengatakan pentingnya memberi pasangan kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau alasannya di lingkungan yang tidak menghakimi.

3. Fokus pada satu permasalahan

Jangan berbicara tentang satu masalah dan kemudian merembet ke masalah lain, kata Mansfield.

Kita harus tetap fokus pada satu permasalahan yang sedang dihadapi.

4. Memilih kata-kata yang tepat

Gunakan kata-kata seperti "saya pikir" dan "saya merasa", karena para ahli mengatakan kedua kata-kata tersebut bisa membantu pasangan memahami penyebab kekesalan kita.

Kedua kata-kata itu juga tidak terkesan mengancam, menunjukkan kerentanan, dan memungkinkan keterlibatan pasangan daripada membuat orang lain merasa diserang.

5. Memilih momen yang tepat

Ada kalanya kita ingin membicarakan suatu masalah kepada pasangan, namun ia baru pulang dari kantor.

Kita bisa mengucapkan kalimat seperti "saya ingin membicarakan sesuatu, tetapi bukan sekarang waktunya."

Temukan momen yang tepat di mana kamu dan si dia dapat membicarakan masalah tersebut dengan pikiran yang jernih.

6. Tidak menggunakan metode destruktif

Metode destruktif yang dimaksud adalah agresi dalam bentuk verbal dan fisik, mendiamkan pasangan, atau bertengkar hebat yang bisa berbahaya jika dilihat anak.

7. Memikirkan kondisi anak

Di beberapa kesempatan, anak mungkin ingin terlibat dalam masalah, bahkan memberi tahu salah satu atau meminta kedua orangtua untuk berhenti berdebat.

Dalam situasi seperti itu, penting bagi kita untuk berhenti.

"Pergilah ke ruangan lain dan membuat janji membicarakan masalah ini nanti, ketika Anda berdua punya waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan solusinya," kata Proudfoot.

"Minta maaf kepada anak dan mengingatkan anak bahwa bukan tugas mereka untuk terlibat dalam perselisihan orang tua, dan katakan Anda berdua akan menemukan jawabannya saat sudah tenang."

Selain itu, beri anak kesempatan untuk mengungkapkan kepada kita bagaimana perasaannya saat melihat kedua orangtuanya berargumen.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/01/133201320/berdebat-dengan-pasangan-di-depan-anak-bolehkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke