Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Buang Air Besar Terasa Nikmat, Kenali 3 Penyebabnya

Terlepas dari itu, buang air besar juga memiliki efek fisiologis dan psikologis yang mungkin terasa nikmat dan menyenangkan.

Artikel ini menjelaskan mengapa buang air besar mungkin terasa menyenangkan.

Juga akan diuraikan beberapa karakteristik kotoran yang sehat, dan membahas beberapa masalah yang terkait dengan kesulitan buang air besar.

Pertama, ada beberapa alasan yang membuat momen buang air besar terasa nikmat. 

1. Stimulasi saraf pudendal

Satu tinjauan pada tahun 2014 mencatat, saraf pudendal mengontrol sfingter anal. Saraf ini juga merupakan saraf utama perineum dan alat kelamin.

Bagian ini membawa sensasi dari uretra dan klitoris pada wanita serta sensasi dari penis pada pria.

Stimulasi saraf pudendal saat buang air besar ini lah yang dapat menyebabkan perasaan senang.

2. Stimulasi saraf vagus

Saraf vagus adalah saraf panjang yang membentang dari usus besar ke batang otak.

Saraf ini membantu mengatur berbagai fungsi tubuh dan memainkan peran penting dalam sederat reaksi fisiologis.

Reaksi fisiologis itu antara lain, batuk, bersin, tertawa, muntah, dan tentu saja buang air besar.

Melewati gerakan usus melibatkan otot-otot tertentu di usus besar dan rektum. Begitu tubuh mengeluarkan kotoran, otot-otot ini mengendur, hingga menyebabkan eksitasi saraf vagus.

Satu artikel tahun 2020 mencatat, eksitasi ini dapat menyebabkan penurunan detak jantung dan tekanan darah.

Seseorang mungkin mengalami efek fisiologis ini sebagai periode relaksasi yang singkat.

3. Efek psikologis

Secara anekdot, mungkin juga ada aspek psikologis untuk merasa nyaman, setelah buang air besar.

Sensasi atau keinginan untuk buang air besar mungkin terasa tidak nyaman secara fisik dan mental.

Nah, ketika buang air besar meredakan ketidaknyamanan ini, maka kondisi itu mungkin yang membuat kita merasakan kenyamanan.

Mengapa buang air besar sehat?

Meskipun frekuensi buang air besar bervariasi bagi tiap-tiap orang, namun sebuah artikel pada tahun 2020 menyebut rata-rata BAB normal adalah 1-3 kali sehari.

Melakukan buang air besar secara teratur diperlukan untuk membersihkan usus besar dari, makanan yang tidak tercerna, kandungan sisa, dan juga bakteri berbahaya.

BAB secara teratur juga membantu membersihkan ruang di dalam usus besar agar bisa ditempati oleh kotoran baru.

Jadi, fungsi utama buang air besar adalah membuang kotoran dari tubuh.

Namun lebih dari itu, kotoran tersebut juga dapat memberikan informasi tentang pola makan dan kesehatan pencernaan seseorang.

Bagian di bawah menguraikan beberapa karakteristik yang dapat digunakan orang untuk menilai kesehatan pencernaan mereka dari kotoran yang keluar.

Konsistensi feses

Konsistensi feses bisa menjadi indikator kesehatan usus besar.

Sebuah studi pada tahun 2016 mencatat, Bristol Stool Form Scale (BSFS) adalah pengukur konsistensi feses yang berguna dan akurat pada individu yang sehat.

Feses yang sehat

Menurut BSFS, tinja yang sehat umumnya padat, halus, dan berbentuk sosis.

Tinja mudah keluar dari usus dan tidak mengharuskan orang tersebut untuk memaksa atau mengejan secara berlebihan.

Mengetahui jenis feses ini dapat menjadi indikator waktu transit yang baik, yaitu waktu yang dibutuhkan makanan untuk keluar dari tubuh.

Feses yang tidak sehat

Perubahan konsistensi feses dapat mengindikasikan masalah pencernaan. Misalnya, sembelit bisa muncul sebagai tinja yang kecil, berbentuk bola, keras dan sulit dikeluarkan. 

Kotoran dengan karakteristik di atas dapat menunjukkan waktu transit yang lambat, karena tubuh menarik lebih banyak air dari kotoran yang semakin lama di dalam usus.

Ini mungkin juga merupakan gejala dehidrasi.

Di sisi lain, kotoran yang sangat encer mungkin merupakan gejala waktu transit yang cepat. Diare dapat disebabkan oleh infeksi saluran cerna atau kondisi kesehatan lainnya.

Warna

Warna feses juga dapat memberikan indikasi kesehatan pencernaan seseorang.

Seperti review pada tahun 2019, feses yang secara umum sehat cenderung berwarna coklat karena adanya zat pencernaan, seperti empedu dan bilirubin.

Pada anak kecil, bagaimana pun, warnanya mungkin hijau.

Warna feses dapat sedikit berubah berdasarkan faktor-faktor seperti apa yang dimakan seseorang.

Namun demikian, perubahan warna dapat menjadi indikator masalah kesehatan lain. Misalnya, tinja berwarna merah cerah, coklat tua, atau hitam dapat mengindikasikan pendarahan usus.

Siapa pun yang khawatir tentang warna kotoran harus menghubungi dokter mereka.

Bau

Kotoran berbau tidak sedap adalah hal yang normal. Ini karena adanya bakteri dan senyawa organik tertentu di usus besar.

Namun, buang air besar yang berbau busuk terkadang dapat mengindikasikan berkurangnya kemampuan mencerna makanan tertentu.

Hal ini tentu bergantung pada tiap individu, yang mungkin dipicu oleh -misalnya, produk susu atau makanan tinggi oligosakarida yang dapat difermentasi, disakarida, monosakarida, dan poliol (FODMAP).

Lalu, ketidakmampuan memecah makanan tertentu akan memicu pelepasan berbagai gas. Hal ini dapat menyebabkan feses bau, perut kembung, dan gejala pencernaan lainnya.

Ukuran

Ukuran kotoran rata-rata bervariasi dari orang ke orang. Namun, perubahan ukuran kotoran yang drastis terkadang dapat menandakan adanya masalah kesehatan.

Misalnya, satu ulasan tahun 2012 mencatat, sembelit kronis atau parah dapat menyebabkan impaksi tinja.

Kondisi ini mengacu pada saat timbunan feses keras yang sangat besar bersarang di usus besar.

Meskipun perubahan ukuran kotoran satu kali atau sementara biasanya tidak perlu dikhawatirkan, namun perlu diperhatikan jika ada perubahan signifikan dan berkepanjangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/08/141218020/buang-air-besar-terasa-nikmat-kenali-3-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke